Ira Wahyu Wardhani
Kontributor
NU Online Jombang,
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Desa Sambongdukuh, Kecamatan Jombang mengadakan pembaretan bagi 15 anggota Banser yang sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar (Diklatsar) di halaman Masjid At-Taqwa, Sambongdukuh, Jombang, Sabtu-Ahad (25-26/12/2021). Pembaretan dilakukan untuk menandai bahwa mereka sah menjadi kader Banser.
Arif Lukman Hakim, Ketua Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sambongdukuh, Kecamatan Jombang mengatakan, tujuan dari pembaretan yaitu untuk memperkuat khidmah Banser sebagai garda terdepan GP Ansor dan penjaga para kiai NU.
Pria yang akrab disapa Arif ini menjelaskan, para anggota Banser telah melalui proses panjang sebelum pembaretan. Salah satunya saat jelajah malam mereka berjalan dari halaman Masjid At-Taqwa ini mengikuti rambu-rambu yang sudah disiapkan oleh panitia menuju beberapa pos. Setelahnya, mereka diarahkan ke makam orang tuanya. Dan ke makam leluhurnya bagi anggota Banser yang orang tuanya masih hidup.
Hal ini menurutnya dilandasi dari lirik mars Banser “izinkan ayah, izinkan ibu”. Mereka ke makam orang tua ataupun leluhurnya sebagai bentuk rasa hormat anggota Banser terhadap orang tuanya dalam berkhidmah menjadi Banser.
"Saat di makam, setiap anggota Banser mengambil baret, kopel, dan sepatu khas Banser," jelasnya.
Pihaknya mengharapkan, anggota Banser yang sudah mengikuti pembaretan bisa menjadi pribadi yang loyal, dapat mengemban amanah dengan baik, apapun medan maupun persoalan yang dihadapi.
“Saya juga berharap, kegiatan pembaretan di tingkat Pimpinan Ranting Sambongdukuh ini bisa menjadi icon yang dapat memotivasi Pimpinan Ranting lain untuk mengadakannya juga," tambahnya.
Ruswanto, Anggota Banser yang mengikuti pembaretan ini menyatakan, mengikuti proses pembaretan membutuhkan persiapan mental yang kuat. Namun, karena sebelumnya ia sudah pernah mengikuti Diklatsar, ia mengaku saat pembaretan ini bisa lebih siap menjalani semua rangkaian pembaretan.
Peserta lainnya, Muhammad Bachrudin mengaku sangat terharu ketika mengambil baret, sepatu, dan sabuk kopel di atas makam orang tuanya.
"Saya teringat akan Mars Banser yang berbunyi "izinkan ayah izinkan ibu, relakan kami berjuang di bawah kibaran bendera NU". Ini sangat sakral dan penuh makna betul-betul tersayat hati saya," ujarnya sembari mengusap air matanya
Kontributor: Ira Wahyu Wardhani, Ali Purnomo
Editor: Ahmad
Terpopuler
1
Latih Jiwa Kewirausahaan Siswa, RA-MI Gondekan, Jombang Gelar Bazar Tahunan
2
Pengajian Rutin Muslimat NU Diwek: Thalabul Ilmi dan Gerakkan Ekonomi Keluarga
3
Beberapa Doa agar Resepsi Pernikahan Berjalan Lancar
4
Ibnu Atoillah, Kaligrafer Muda Jombang Yang Berhasil Masuk Nominasi IRCICA Turki 2025
5
Sepak Terjang Farida Mawardi, Memimpin Organisasi Pelajar Putri NU di Masa Sulit (Periode 1963-1966)
6
Pra-Bahtsul Masail: LF PBNU Susun Standar Penerimaan Laporan Rukyat
Terkini
Lihat Semua