Daerah

Mengenang KH Asy’ari Mahfudz Sengon, Sosok Kiai Visioner Kembangkan Dunia Pesantren

Jumat, 31 Januari 2025 | 10:30 WIB

Mengenang KH Asy’ari Mahfudz Sengon, Sosok Kiai Visioner Kembangkan Dunia Pesantren

Flyer ucapan duka terhadap KH Asy’ari Mahfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Sengon, Jombang. (Foto: Istimewa)

NU Online Jombang,
KH Asy’ari Mahfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Sengon, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang wafat pada Selasa (28/01/2025). Kabar itu tersiar cepat melalui media sosial. Almarhum tutup usia sekitar pukul 04.00 WIB pada usia 84 tahun di RS Petrokimia Gresik.


KH Asy’ari Mahfudz merupakan alumnus Pondok Pesantren Modern Gontor pada tahun 1965.


Kiai Asy’ari, demikian biasanya disapa, lahir pada 10 Maret 1941 di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Almarhum merupakan putra dari pasangan orang tua Mahfudz dan Hj Marfu’ah. Dalam catatan keluarga, keduanya merupakan santri Tebuireng yang kemudian dipertemukan dan dinikahkan langsung oleh KH M Hasyim Asy’ari.


Pernikahan tersebut bukan tanpa alasan, sebab sang Ibunda, Marfu’ah, memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Tebuireng lantaran berasal dari garis keturunan yang sama dengan Nyai Nafiqoh atau istri KH M Hasyim Asy’ari, yaitu keturunan keluarga Sewulan, Madiun.


Pribadi visioner 

Salah satu cucu Kiai Asy’ari, Gus Faiz Akbar Kurniawan menyampaikan bahwa almarhum adalah sosok yang memiliki pandangan progresif dalam pengembangan pendidikan, khususnya dalam hal ini pesantren.


Hal ini dapat dilihat corak dan sistem pondok pesantren di bawah asuhan kakeknya itu merupakan pesantren modern yang tidak meninggalkan tradisi salaf-klasik.


"Karakter berpikir yang demikian menunjukkan bahwa Kiai Asy'ari merupakan pribadi yang visioner," terangnya beberapa waktu berselang.


Karakter dan pribadi tersebut menjadi fondasi dunia pesantren untuk menyongsong konstelasi di masa mendatang, karena pesantren menurutnya memang harus mampu memberikan respons aksi-reaksi. 


"Sehingga pesantren yang ideal adalah pesantren yang mampu berdialog dengan modernitas, tanpa mengeliminasi tugas utamanya sebagai pengemban justifikasi moral, pusat pendidikan, dan penanaman nilai-nilai Islam dan kaderisasi ulama," jelasnya.


Dalam setiap kesempatan, lanjut dia, almarhum selalu menyampaikan bahwa betapa pentingnya berperan sebagai penyeimbang penjaga kedamaian.


"Inilah yang kemudian menjadi akar historis otentisitas dan genuinitas corak sebagai identitas Darussalam Ngesong-Sengon, Jombang, yang kemudian diaktualisasikan ke dalam relasi holistik integratif, “agama saintifik-sains religius,” tandasnya.