• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Daerah

Guru Besar Sosiologi Agama UINSA: Gagasan Gus Dur Lebih Besar dari Sekedar Moderasi Beragama

Guru Besar Sosiologi Agama UINSA: Gagasan Gus Dur Lebih Besar dari Sekedar Moderasi Beragama
Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Prof Masdar Hilmy saat memberikan materi dalam Seminar Nasional Ke-13 Gus Dur di Aula Lantai 3, Gedung KH Yusuf Hasyim, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Rabu (21/12/2022). (Foto: Tebuireng Official)
Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Prof Masdar Hilmy saat memberikan materi dalam Seminar Nasional Ke-13 Gus Dur di Aula Lantai 3, Gedung KH Yusuf Hasyim, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Rabu (21/12/2022). (Foto: Tebuireng Official)

NU Online Jombang,

Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Prof Masdar Hilmy mengatakan, tidak tepat kalau mengerdilkan sosok pemikiran KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selevel dengan pemikiran atau kebijakan moderasi beragama. Karena gambar Gus Dur lebih luas dari sekedar moderasi beragama.

 

"Keberadaan moderasi Beragama itu semacam bid'ah yang baru ditemukan kemarin. Gus Dur tidak pernah mengatakan bahwa yang beliau lakukan itu adalah bagian dari moderasi beragama," kata Prof Masdar dalam Seminar Nasional Haul Ke-13 Gus Dur di Aula Lantai 3, Gedung KH Yusuf Hasyim, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Rabu (21/12/2022).

 

Artinya, lanjut Prof Masdar, dalam hal pemikiran dan tindakan serta praktik yang sudah dicontohkan oleh Gus Dur tentang poin-poin moderasi beragama, itu sudah tamat. Sekalipun beliau tidak pernah berkata yang beliau praktikkan itu adalah moderasi beragama.

 

Ia menambahkan, moderasi beragama sebagai bagian dari wacana kebangsaan yang akhir-akhir ini sering didiskusikan di ruang kuliah, diperdebatkan di ruang-ruang seminar itu baru lahir kemarin. Sedangkan Gus Dur sudah paripurna dengan semua itu. 

 

"Sebagaimana dicetuskan oleh kementerian agama tentang cakupan moderasi beragama, semua hal itu Gus Dur sudah tuntas semuanya. Kebetulan, bicara moderasi beragama itu memang diseriusi sejak kementerian agama dipimpin oleh Pak Lukman," ujar Prof Masdar.

 

Kita patut bersyukur dan berbangga karena menurut Prof Masdar, santri-santri yang berkiprah di kementerian ini menelurkan gagasan dan kebijakan yang konstruktif untuk menjaga NKRI. 

 

"Pertama, misalnya toleransi beragama itu tadi. Gus Dur sudah mempraktikkan dan tuntas. Contohnya, ada kontroversi ketika beliau menyampaikan pidato di gereja. Itu bukti bahwa pemikiran dan tindakan Gus Dur tentang toleransi beragama sudah paripurna," ungkapnya.

 

Yang kedua, lanjutnya, gagasan tentang agama tanpa kekerasan. Hal ini sudah dicontohkan Gus Dur misalnya ketika membuka hubungan diplomasi dengan Israel. 

 

"Saya kira itu ada nilai implisit beliau ingin menyampaikan kalau kita ingin berdamai, maka ada banyak cara. Salah satunya adalah dengan membuka hubungan dengan Israel, meskipun itu gagal. Karena Israel itu menjadi bagian dari Amerika Serikat yang begitu digdaya," paparnya.

 

Direktur Pascasarjana UINSA ini melanjutkan, yang ketiga adalah wawasan kebangsaan. Misalnya ketika Gus Dur menjadi ketua PBNU. Beliau mengantarkan khittah NU 26 di Muktamar Situbondo 1984. Hal itu menunjukkan kematangan dan paripurnanya wawasan kebangsaan yang dimiliki oleh Gus Dur. 

 

"Yang terakhir, gagasan tentang akomodatif terhadap tradisi atau budaya lokal. Gus Dur pernah melontarkan gagasan tentang pribumisasi Islam. Ini juga gempar karena masyarakat kita belum siap dengan gagasan yang sangat progresif seperti beliau," pungkasnya.


Daerah Terbaru