Pada hari Jumat, tanggal 28 April 2023 kemarin, saya bertemu dengan santri pengamal Tarekat Naqsabandi asal Jakarta yang sedang berburu kisah Sayyid Hamzah Syatho pada guru alfaqir KH Minanur Rochman Pengasuh Pondok Al-Taroqqi.
Pasalnya ia penasaran dengan Sayyid Hamzah Syatho bin Abdillah Syatho bin Umar Syatho (saudara pengarang Ianatuttholibin Sayyid Bakri) yang sering disebut-sebut kakek gurunya Sayyid Muhamad Izzi Mursyid Thoriqoh Naqsabandiyah.
Guru alfaqir KH Minanur Rochman dengan santai dan diselingi canda bercerita tentang beliau.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Mbah Ndoro, demikian panggilan akrab Sayyid Hamzah adalah seorang yang alim, wira'i, dan zuhud.
Namun karena khumulnya beliau tidak kerso (tidak berkenan) ngimami shalat apalagi mulang (ngajar), yang beliau lakukan setiap kali jamaah hanyalah menata shaf sampai beres.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Mungkin hal itu sudah dirasa cukup dengan kehadiran ulama Sedan yang 'allamah, sebut saja Kiai Zawawi abah guru alfaqir, Mbah Thoyyib kakek guru alfaqir, Mbah Nahrowi bin Ustman, dan lain-lain.
Yang Mbah Ndoro lakukan justru sering mengundang masyayikh untuk mayoran (liwetan atau makan-makan bersama).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Baca Juga
Kiai Nashir The Silent Leader
Sehingga dengan seringnya bertemu dalam acara liwetan yang diprakarsai Mbah Ndoro tersebut para masyayikh tampak guyup rukun.
Mbah Ndoro kemudian menginisiasi majma'ul masyayikh dengan mendeklarasikan Mbah Nahrowi sebagai syaikhul masyayikh Sedan, Rembang yang diamini oleh para masyayikh tersebut, sehingga semua keputusan keagamaan harus tertashih dulu oleh Mbah Nahrowi.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Mungkin karena faktor sejarah inilah kiai Sedan sampai turun temurun selalu menjaga kerukunan.
Di tahun 90-an dan 2000-an, alfaqir masih menyaksikan almarhum KH Haizul Ma'alilah yang dianggap syaikhul masyayikh, sehingga semua masyayikh menaruh hormat.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND