Esensi Idul Fitri menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani: Lebih dari Sekadar Tradisi
Jumat, 4 April 2025 | 09:00 WIB
Di tengah gegap gempita perayaan Hari Id yang sarat dengan tradisi dan sukacita, penting kiranya kita menelisik lebih dalam makna dan esensi hari kemenangan ini melalui perspektif Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Dilansir dari Hari Id menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Ghuniyah li Thalibi Tariqil Haq Azza wa Jalla fil Akhlaq, wat Tashawwuf, wal Adabil Islamiyah, mengemukakan definisinya sendiri mengenai esensi Hari Raya Id.
ليس العيد بلبس الناعمات وأكل الطيبات ومعانقة المستحسنات والتمتع باللذات والشهوات. ولكن العيد بظهوره علامة القبول للطاعات وتكفير الذنوب والخطيئات وتبديل السيئات بالحسنات والبشارة بارتفاع الدرجات والخلع والطرف والهبات والكرامات وانشراح الصدر بنور الإيمان وسكون القلب بقوة اليقين وما ظهر عليه من العلامات وانفجار بحور العلوم من القلوب على الألسنة وأنواع الحكم والفصاحة والبلاغة
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Artinya, “Idul Fitri itu bukan mengenakan pakaian bagus, mengonsumsi makanan enak, memeluk orang-orang tercinta, dan menikmati segala kelezatan duniawi. Idul Fitri adalah kemunculan tanda penerimaan amal ibadah; pengampunan dosa dan kesalahan; penghapusan dosa oleh pahala; kabar baik atas kenaikan derajat di sisi Allah, ‘pakaian’ pemberian, ‘harta benda’ baru, aneka pemberian, dan kemuliaan; kelapangan batin karena cahaya keimanan; ketenteraman hati karena kekuatan keyakinan; tanda-tanda Ilahi lain yang tampak; pancaran lautan ilmu dari dalam sanubari melalui ucapan; pelbagai kebijaksanaan, kefasihan, dan kekuatan retoris.” (Lihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghuniyah li Thalibi Tariqil Haq Azza wa Jalla, Beirut, Darul Kutub Al-Islamiyah, 1997 M/1417 H, juz II, halaman 34).
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak menolak hal-hal materi, tetapi beliau menekankan bahwa aspek spiritual dan diterimanya ibadah jauh lebih penting.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Beliau mengutip contoh Sayyidina Ali RA yang tetap makan roti sederhana di hari raya, karena bagi beliau, Idul Fitri adalah bagi orang yang puasanya dan ibadahnya diterima serta dosanya diampuni. Bahkan, Sayyidina Ali RA mengatakan bahwa setiap hari adalah Id baginya jika ia tidak berbuat maksiat kepada Allah.
Jadi, Idul Fitri yang sejati bukan tentang tradisi mudik, baju baru, atau bagi-bagi uang. Esensi Idul Fitri adalah peningkatan ketakwaan, kebijaksanaan, dan perbaikan kualitas hidup beragama berdasarkan iman dan keyakinan kepada Allah swt.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
ADVERTISEMENT BY ANYMIND