• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Senin, 29 April 2024

Amaliyah NU

Puasa Sya'ban Berapa Hari?

Puasa Sya'ban Berapa Hari?
Ilustrasi puasa Sya'ban. (Fotob NU Online)
Ilustrasi puasa Sya'ban. (Fotob NU Online)

Rasulullah saw mengisi bulan Sya'ban dengan memperbanyak berpuasa. Ajaran ini yang sampai sekarang menjadi spirit umatnya untuk mengamalkan puasa sunnah tersebut. Hadits Rasulullah saw diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah menyatakan:


فَمَا رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ اِلَّا رَمَضَانَ وَمَارَاَيْتُهُ اَكْثَرَ صِيَامُا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ رواه البخاري


Artinya, “Saya tidak pernah melihat Rasulullah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan tidak pernah melihat Rasulullah memperbanyak puasa dalam satu bulan selain bulan Sya’ban” (HR. Bukhari).


Jumlah puasa Sya'ban tidak dirinci, berapa dan di tanggal berapa saja. Ulama kemudian membahas terkait persoalan ini. Ada dua hadits yang menjadi tolok ukur penjelasan mengenai jumlah puasa Sya'ban. Pertama, hadits berikut ini:


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ؛ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ. وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ)


Artinya, “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw sering berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berbuka’; beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berpuasa’; aku tidak pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan; dan aku tidak pernah melihat beliau dalam sebulan (selain Ramadhan) berpuasa yang lebih banyak daripada puasa beliau di bulan Sya’ban’.” (Muttafaqun ‘Alaih. Adapun redaksinya adalah riwayat Muslim).


Hadits yang kedua seperti di bawah ini:


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: ... كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً. (رواه مسلم)


Artinya, “Diriwayat dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘… Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya; beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja’.” (HR Muslim).


Menjelaskan tentang hadits di atas dengan mengacu pada Imam an-Nawawi, para ulama mengemukakan bahwa redaksi kedua: “Beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja”, merupakan penjelas bagi redaksi pertama, yaitu: “Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya”. Maksudnya, redaksi kedua itu menjelaskan, maksud Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya adalah berpuasa pada sebagian besarnya. (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmû’ Syarhul Muhaddzab, juz VI, h. 386).


Penjelasan di atas memberikan petunjuk kepada kita tentang puasa Sya'ban sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw dan pandangan ulama tentang hadits mengenai puasa Sya'ban. Penjelasan tersebut di antaranya adalah Rasulullah berpuasa di bulan Sya’ban cukup sering dan bahkan disebutkan di sebagain besar bulan Sya’ban tersebut.


Di samping itu, hadits lain diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah menyebutkan bahwa Rasulullah saw sempat berpuasa satu bulan penuh di bulan Sya’ban. 


 عن عائشة رضي الله عنها قالت: لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ


Artinya, “Belum pernah Nabi saw berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Syaban. Terkadang beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari Muslim).


Ummu Salamah meriwayatkan hadits yang menguatkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra itu bahwa Nabi saw belum pernah berpuasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan. (HR. Nasai).


Hadits dari Ummu Salamah juga menjelaskan bahwa Nabi saw tidak pernah berpuasa terus menerus selama dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadhan. Secara lengkap teks hadits riwayat Ummu Salamah adalah sebagai berikut:


مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ


Artinya, “Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i, 1078, Abu Daud, 2056, At Turmudzi, 2176).


عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ


Artinya, “Bahwa Nabi saw belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (H.R. An Nasa’i, 1273).


Dari semua keterangan hadits-hadits di atas dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, sangat baik melaksanakan puasa sunnah sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban, tetapi tidak sebulan penuh. Kedua, melaksanakan puasa sunnah di bulan Sya’ban secara penuh dan disambung dengan Ramadhan. Ketiga, bagi mereka yang belum merutinkan puasa sunnah di bulan Sya’ban hendaklah menghindari puasa-puasa sunnah satu atau dua hari menjelang memasuki Ramadhan. Mengenai hal ini Nabi bersabda: 


 لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ


Artinya, "Jangan kamu dahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang mempuasakan puasa tertentu, maka ia boleh meneruskan puasanya”. (Hadis Shahih, riwayat Bukhari: 1781 dan Muslim: 1812. teks hadis riwayat al-Bukhari).

 
*Tulisan ini diambil dan diolah dari artikel NU Online berjudul Tata Cara Puasa Sya’ban: Hukum, Hikmah, Keutamaaan, dan Niat dan Puasa Sunnah di Bulan Sya'ban


Editor:

Amaliyah NU Terbaru