• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Senin, 29 April 2024

Amaliyah NU

Puasa Dzulhijjah dan Keutamaannya

Puasa Dzulhijjah dan Keutamaannya
Ilustrasi bulan Dzulhijjah. (Foto: NU Online)
Ilustrasi bulan Dzulhijjah. (Foto: NU Online)

Bukan semata tentang kurban dan ibadah haji, bulan Dzulhijjah juga memiliki sejumlah keistimewaan yang patut dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh umat Islam, sehingga bisa meraih aneka keistimewaan tersebut. Misalnya pada saat memasuki 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah, Muslim dianjurkan memperbanyak ibadah, seperti perbanyak dzikir, sedekah, baca Al-Qur’an, dan berbagai macam amalan sunnah lainnya. Termasuk di antaranya adalah puasa sunnah pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah. 


Anjuran ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:


مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ


Artinya, “Tidak ada hari di mana amal saleh padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.”


Hadits tersebut hendaknya dapat memberikan spirit umat Islam untuk kembali meneguhkan sikap spiritual dengan cara meningkatkan pelaksanaan ibadah-ibadah kepada Allah swt. Ibnu Hajar (w. 1449 M) dalam Fath al-Bari menjelaskan, keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah disebabkan pada hari itu terkumpul banyak ibadah utama, yaitu shalat, puasa, sedekah, dan haji. Sesuatu yang tidak ditemukan di bulan lain. (Ibnu Hajar, Fath al-Bari, juz 3, h. 390).


Dalam hal kesunnahan berpuasa, Syekh Zakaria al-Anshari (w. 1520 M) dalam Asna al-Mathalib menjelaskan lebih rinci. Di kitabnya, ia menyampaikan bahwa untuk tanggal 1 sampai 7 disunnahkan bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak, sementara tanggal 8 (Hari Tarwiyyah) dan 9 (Hari Arafah), hanya disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.


Pada tanggal 8 (Hari Tarwiyyah) dan 9 (Hari Arafah) tidak dianjurkan berpuasa bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji. Hukumnya khilaful aula (menyalahi yang lebih utama), bahkan makruh menurut Imam An-Nawawi. Jamaah haji lebih dianjurkan memperbanyak berdoa pada waktu tersebut. Demikian ini juga karena untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw (ittiba'). (Asna al-Mathalib Syarhu Raudhah al-Thâlib).


Keutamaan puasa Dzulhijjah

Puasa adalah ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah di sembilan hari pertama bulan tersebut. Bahkan puasa itu memiliki keutamaan tersendiri, di antaranya sebagai berikut:

  1. Menghapus dosa dua tahun 

Keutamaan berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (Hari Arafah) dapat menghapus dosa selama dua tahun. Rasulullah saw bersabda:  


صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ


Artinya, “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR Muslim)


Mayoritas ulama berpendapat bahwa dosa yang dimaksud sebagaimana dijelaskan dalam hadits tersebut adalah dosa-dosa kecil. (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).

  1. Pahala dilipatgandakan

Pahala ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, tentu juga termasuk ibadah puasa akan dilipatgandakan. Rasulullah saw bersabda:


مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ


Artinya, “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Trmidzi).

  1. Dibebaskan dari siksa neraka

Di Hari Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada hari ini dibanding hari-hari lainnya. Kesempatan ini sebaiknya tidak disia-siakan. Kita sebagai umat Islam hendaknya lebih memacu untuk melaksanakan ibadah, termasuk ibadah puasa. Khusus ibadah puasa pada tanggal ini hanya dianjurkan untuk orang-orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. 


Rasulullah saw bersabda:


مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ؟


Artinya, "Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?" (HR Muslim).

 


Editor:

Amaliyah NU Terbaru