• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Minggu, 28 April 2024

Amaliyah NU

3 Amalan Utama Bekal Menyambut Ramadhan

3 Amalan Utama Bekal Menyambut Ramadhan
Ilustrasi bulan Ramadhan. (Foto: Canva)
Ilustrasi bulan Ramadhan. (Foto: Canva)

Bulan Sya’ban hampir selesai, maka itu, kita segera akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan dengan banyak keistimewaan di dalamnya. Penting bagi segenap umat Islam agar menyambutnya dengan hal-hal yang istimewa pula. 


Lalu, apa saja amalan-amalan terbaik dan utama yang dapat kita lakukan untuk menyambut bulan Ramadhan? Berikut ini penjelasannya:

 
  1. Amalan Hati atau Niat

Amalan hati atau niat merupakan hal yang terpenting. Kita bisa untuk berniat menyambut bulan Ramadhan dengan hati yang lapang (ikhlas) dan bersuka cita (bergembira). Dengan niat tersebut kita akan mendapat pahala dijauhkan dari api neraka. Hal itu sesuai dengan hadits yang tercantum dalam Durrotun Nasihin sebagai berikut. 


  مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
  

Artinya, "Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka"


Hadits di atas menjelaskan bahwa bulan Ramadhan begitu istimewa, Allah memberikan jaminan keselamatan dari api neraka. Para ulama salaf selalu membaca doa ini untuk menyambut bulan Ramadhan:


  اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ


Artinya, "Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan".


Kebahagiaan yang luar biasa adalah saat kita bisa menjumpai bulan Ramadhan. Karena bulan ini kita bisa mendapat kenikmatan dan karunia dari Allah swt. Nabi Muhammad dan para sahabat dengan sangat gembira menyambut Ramadhan dengan penuh senyum dan tahmid (besyukur), serta merasa sedih bahkan menangis ketika Ramadhan akan berakhir. 

 
  1. Ziarah Kubur  

Amalan selanjutnya adalah ziarah kubur ke makam orang tua. Dalam ziarah kubur bisa untuk  mengirim doa kepada orang tua. Setiap daerah menyebut kirim doa dengan berbeda-beda, ada yang menyebut dengan istilah kirim dungo poso (kirim doa puasa). Tidak hanya berziarah ke orang tua, kita bisa mengirim doa dan bertawasul para leluhur dengan harapan diberi keselamatan dan keberkahan dalam menjalankan puasa selama bulan Ramadhan. Dasar untuk tawasul dalam berdoa salah satu dari anjuran dalam Islam. Sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Maidah ayat 35, yang berbunyi: 


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." 


Dalam riwayat dari sahabat Ali bin Abi Thalib, memaparkan bahwa Rasulullah saw saat memakamkan Fatimah binti Asad (ibu dari Ali bin Abi Thalib), berdoa sebagai berikut:


اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ


Artinya, "Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku setelah  Engkau ampuni ibu kandungku. (H.R.Thabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain." 

 
  1. Saling Memaafkan

Menyambut bulan Ramadhan, kita perlu menyucikan diri secara lahir maupun batin. Karena bulan Ramadhan adalah bulan yang suci. Membersihkan secara lahir bisa dengan cara membersihkan rumah, pekarangan, serta menghias masjid dengan mengecat agar terlihat indah. Sedangkan membersihkan diri secara batin biasanya dengan cara saling memaafkan sesama umat Muslim. Terutama kepada keluarga, tetangga, teman, dan orang di sekitar kita. Hal tersebut sesuai dengan surat al-Baqarah ayat 178 yang berbunyi:


فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ 


Artinya, "Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.


Nabi Muhammad saw dalam salah satu haditsnya menganjurkan agar siapa yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, baik itu menyangkut kehormatan atau apa saja, segera menyelesaikannya di dunia ini, sehingga tanggung jawab itu menjadi bebas (bisa dengan menebus, bisa dengan meminta halal atau meminta maaf). Sebab nanti di akhirat sudah tidak ada lagi uang untuk tebus menebus. Orang yang mempunyai tanggungan dan belum meminta halal ketika dunia, kelak akan diperhitungkan dengan amalnya. Apabila dia punya amal saleh, dari amal salehnya itulah tanggungannya akan ditebus; bila tidak memiliki, maka dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya, dengan ukuran tanggungannya. (Lihat misalnya, jawahir al-Bukhori, hlm. 275, hadis nomer: 353 dan shahih Muslim, II/430).

 
*Keterangan di atas diambil dari artikel NU Online berjudul 3 Amalan Utama Menyambut Ramadhan


Amaliyah NU Terbaru