• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 27 April 2024

Amaliyah NU

10 Adab Ziarah Kubur yang Perlu Diperhatikan

10 Adab Ziarah Kubur yang Perlu Diperhatikan
Adab ziarah kubur penting diperhatikan oleh masyarakat Muslim. Apalagi jelang Ramadhan. Biasanya warga mulai banyak mendatangi tempat pemakaman untuk berziarah, seperti halnya di gambar ini. (Foto: NU Online/Suwitno)
Adab ziarah kubur penting diperhatikan oleh masyarakat Muslim. Apalagi jelang Ramadhan. Biasanya warga mulai banyak mendatangi tempat pemakaman untuk berziarah, seperti halnya di gambar ini. (Foto: NU Online/Suwitno)

Ziarah kubur atau makam leluhur ataupun orang tua merupakan ritual yang memang dianjurkan dalam ajaran agama Islam. Ada banyak tujuan mulia di balik anjuran ziarah kubur tersebut. Satu di antaranya mengingatkan kita terhadapnya kematian.


Kapan, di mana, dan dalam keadaan bagaimana kematian itu akan tiba, kita tidak pernah mengetahuinya. Hanya Allah swt yang tahu. Sebagai Muslim yang baik, tentu harus banyak introspeksi diri terkait amal ibadah yang memang sudah menjadi keharusan dilaksanakan umat manusia, terutama umat Islam.


Karena itu, ziarah kubur hendaknya menjadi sarana dalam memacu kedekatan diri kita kepada Allah dengan meningkatkan kualitas takwa. Sebagai umat Islam tentu sangat berharap sudah membawa bekal yang cukup bila kematian sudah waktunya menghampiri kita. Kemudian kembali ke sang khaliq atau dzat yang menciptakan manusia.


Ulama telah memberikan rambu-rambu, aturan atau adab ziarah kubur yang mesti diketahui dan perlu dijaga oleh kita bersama. 10 adab ziarah kubur sebagai berikut:

  1. Membacakan doa dan ayat-ayat Al-Qur’an untuk orang yang meninggal dunia
  2. Menjaga perilaku yang baik
  3. Menghadirkan hati dengan harapan dijauhkan dari keburukan-keburukan atau maksiat
  4. Tidak duduk di atas kuburan atau makam
  5. Mengucapkan salam 'Assalamu alaika dara qaumi mu’minin, wa inna insya Allahu bikum lahiqun (semoga kesalamatan tertuju pada engkau wahai rumah perkumpulan orang-orang mukmin, sesungguhnya kami, jika Allah menghendaki akan menyusul kalian)
  6. Mengucapkan salam dengan menyebut nama mayat yang dikenal
  7. Mendatangi mayat yang dikenal dari arah wajahnya
  8. Merenungkan keadaan orang-orang yang telah dikubur. Mereka sudah terpisah dengan keluarganya masing-masing
  9. Merenungkan keadaan teman atau sahabatnya yang sudah meninggal dan mungkin tidak bisa lagi mengejar mimpi-mimpinya
  10. Menghadirkan kesadaran bahwa pada waktunya akan merasakan kematian sebagaimana sahabat atau teman sudah meninggal lebih dulu


Sejumlah adab di atas disarikan dari penjelasan dua ulama. Yakni Imam Syekh Nawawi Al-Bantani dan Syekh Khatib Asy-Syirbini. Imam Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayat al-Zain, halaman 281 menyebutkan:


قال النووي في الأذكار أجمع العلماء على أن الدعاء للأموات ينفعهم ويصلهم ثوابه اه روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال ما الميت في قبره إلا كالغريق المغوث بفتح الواو المشددة أي الطالب لأن يغاث ينتظر دعوة تلحقه من ابنه أو أخيه أو صديق له فإذا لحقته كانت أحب إليه من الدنيا وما فيها


Artinya: Imam Nawawi berkata dalam kitabnya, Al-Adzkar, ‘Para Ulama sepakat bahwa doa pada orang yang meninggal, bermanfaat dan sampai pada mereka‘ diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw bahwa sesungguhnya beliau bersabda, ‘Tidak ada perumpamaan mayat di kuburnya kecuali seperti orang tenggelam yang ingin ditolong, mayat menunggu doa yang ditujukan padanya baik dari anaknya, saudaranya ataupun temannya. Ketika doa itu telah tertuju padanya, maka doa itu lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya.


Penjelasan selanjutnya seperti yang diuraikan oleh Syekh Khatib Asy-Syirbini dalam Tafsir as-Siraj al-Munir, halaman 5277. Ia menerangkan:


وينبغي لمن زار القبور أن يتأدّب بآدابها ويحضر قلبه في إتيانها، ولا يكون حظه منها الطواف عليها فقط فإنّ هذه حالة يشاركه فيها البهائم، بل يقصد بزيارته وجه الله تعالى وإصلاح فساد قلبه، ونفع الميت بما يتلوه عنده من القرآن والدعاء، ويتجنب الجلوس عليها


 ويسلم إذا دخل المقابر فيقول: «السلام عليكم دار قوم مؤمنين، وإنا إن شاء الله بكم لاحقون». وإذا وصل على قبر ميته الذي يعرفه سلم عليه أيضاً، وأتاه من قبل وجهه لأنه في زيارته كمخاطبه حياً، ثم يعتبر بمن صار تحت التراب، وانقطع عن الأهل والأحباب، ويتأمّل حال من مضى من إخوانه كيف انقطعت آمالهم ولم تغن عنهم أموالهم، ومجيء التراب على محاسنهم ووجوههم، وافترقت في التراب أجزاؤهم، وترمل من بعدهم نساؤهم، وشمل ذل اليتم أولادهم وأنه لا بدّ صائر إلى مصيرهم، وأنّ حاله كحالهم وماله كمالهم.

 

Artinya: Hendaknya bagi orang yang berziarah di kuburan untuk berperilaku sesuai dengan adab-adab ziarah kubur dan menghadirkan hatinya pada saat mendatangi kuburan. Tujuannya datang ke kuburan bukan hanya sebatas berkeliling saja, sebab perilaku ini adalah perilaku binatang. Tetapi tujuan ziarahnya karena untuk menggapai ridha Allah, memperbaiki keburukan hatinya, memberikan kemanfaatan pada mayat dengan membacakan di sisinya Al-Qur’an dan doa-doa. Dan juga ia menjauhi duduk di atas kuburan.


Ketika telah masuk di area sekitar kuburan ia mengucapkan salam 'Assalamu alaika dara qaumi mu’minin, wa inna insya Allahu bikum lahiqun (semoga kesalamatan tertuju pada engkau wahai rumah perkumpulan orang-orang mukmin, sesungguhnya kami, jika Allah menghendaki akan menyusul kalian.’ Ketika sampai di kuburan mayit yang ia kenal, maka ucapkan salam padanya dan datangilah dari arah wajah mayit itu, karena menziarahi kuburannya sama seperti berbicara dengannya sewaktu hidup. Lalu orang yang berziarah merenungkan keadaan orang yang telah dikubur di bawah tanah, yang telah terpisah dari keluarga serta orang-orang yang dicintainya. 


Orang yang berziarah hendaknya juga merenungkan bagaimana keadaan teman-temannya yang telah meninggal. Bagaimana impian mereka telah pupus dan bagaimana harta mereka sudah tidak lagi menolong mereka. Debu-debu telah bertaburan pada keindahan tubuh dan wajah mereka, organ tubuh mereka telah terpisah-pisah dalam tanah, lalu istri mereka menjanda, anak-anak mereka menjadi yatim. Dan nantinya giliran bagi dirinya untuk menjadi seperti teman-temannya akan tiba. Keadaannya di kubur sama persis seperti keadaan temannya, dan hartanya nantinya juga sama persis seperti harta teman-temannya (tidak dapat menolongnya).

 


Editor:

Amaliyah NU Terbaru