Syariah

Adakah Batas Waktu Qadha Puasa Ramadhan di Bulan Sya'ban? Begini Penjelasannya

Sabtu, 8 Februari 2025 | 18:08 WIB

Adakah Batas Waktu Qadha Puasa Ramadhan di Bulan Sya'ban? Begini Penjelasannya

Ilustrasi piring kosong saat berpuasa. (Foto: Freepik)

Terhitung sudah sepekan lebih umat Islam memasuki bulan Sya’ban, artinya sebentar lagi bulan puasa akan tiba. Bagi mereka yang memiliki hutang puasa Ramadhan, diharuskan untuk mengganti puasa sebelum Ramadhan tiba.


Puasa untuk membayar hutang puasa disebut dengan qadha dalam istilah fiqih, yaitu mengganti puasa yang ditinggalkan pada saat Ramadhan kemudian dibayar dengan puasa di bulan setelahnya sesuai syariat.


Bulan Sya’ban merupakan waktu terakhir mengqadha puasa sebelum Ramadhan selanjutnya tiba. Namun, ada sebagian pendapat yang mengharamkan qadha puasa setelah nisfu sya'ban sebagai antisipasi masuknya bulan Ramadhan.


Sejatinya, berpuasa setelah 15 Sya’ban merupakan puasa yang terlarang. Akan tetapi, hal itu hanya berlaku pada puasa yang sifatnya sunah, bukan puasa wajib seperti kewajiban qadha puasa Ramadhan. 


Dikutip dari NU Online, Alhafiz Kurniawan menjelaskan, menurut mazhab Syafi’i yang dianut mayoritas Muslim Indonesia, membayar hutang puasa Ramadhan setelah tanggal 15 Sya’ban adalah perkara yang diperbolehkan.


Sedangkan konsekuensi bagi orang yang menunda qadha puasanya karena kelalaian hingga Ramadhan berikutnya tiba, akan mendapatkan beban tambahan yaitu membayar fidyah dan tetap mengqadha.


Selanjutnya, Alhafiz Kurniawan dalam artikel NU Online lainnya juga menyebutkan, apabila belum mengganti puasa hingga Ramadhan berikutnya datang, dan hal itu disebabkan karena kelalaian, maka yang wajib mengqadha dan membayar fidyah sebesar satu mud untuk satu hari utang puasanya.


Hal itu dikutip dari keterangan Syekh M Nawawi Banten dalam kitab Kasyifatus Saja ala Safinatun Najah halaman 114.


Sebagaimana diketahui, fidyah sebesar satu mud untuk satu hari hutang puasanya. Satu mud setara dengan 543 gram menurut Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Sedangkan Hanafiyah, satu mud seukuran dengan 815,39 gram bahan makanan pokok seperti beras dan gandum.