• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 20 April 2024

Nyantri

Menuju Allah dengan Syariat, Tarekat, dan Hakikat

Menuju Allah dengan Syariat, Tarekat, dan Hakikat
ilustrasi berdoa. (Foto: Istimewa)
ilustrasi berdoa. (Foto: Istimewa)

Hidup ini adalah perjalanan dalam meraih ridha Allah. Agar ketakwaan, juga ikhtiar penjauhan dari hawa nafsu terus terjaga dengan mudah, maka manusia pejalan memerlukan metode-metode suluk (perjalanan). 

 

Jalan menuju Allah agar manusia berbahagia di akhirat itu ada tiga jenis, dimulai dengan syariat, kemudian tarekat, dan buahnya, yaitu hakikat. Ketiganya saling terkait dan tidak boleh dinegasikan salah satu di antara ketiganya. 

 

Mengapa demikian? Karena (1) hakikat tanpa syariat itu batal, dan (2) syariat tanpa hakikat itu kosong. 

 

Contoh penyimpangan pertama, seumpama seseorang yang enggan shalat dengan alasan bahwa ia tak lagi membutuhkan shalat (karena sudah merasa dalam taraf hakikat). Ia mengatakan, "Sesungguhnya seorang yang berbahagia itu adalah sesiapa yang ditakdirkan menjadi orang yang berbahagia pada azali. Jika memang saya sebagai orang yang berbahagia, maka pasti saya akan masuk surga, walaupun saya tidak mendirikan shalat. Dan seandainya ditakdirkan celaka, toh saya akan tetap masuk neraka, walaupun saya shalat.

 

Contoh penyimpangan kedua adalah seseorang yang amal ibadahnya karena semata-mata ingin masuk surga. Karena itulah ia mengatakan, "Kalau bukan karena amal ibadahku, tentu aku tak akan bisa masuk surga." 

 

Ini adalah kategori syariat yang kosong. Karena seolah syariat itu seperti tidak ada (wujuduha ka'adamiha). Padahal manusia masuk surga itu bukan karena amal ibadahnya, melainkan karena mendapatkan anugerah Allah Ta'ala. 

 

Syariat adalah perintah-perintah Allah, dan larangan-larangan-Nya. Thariqah adalah perjalanan dan aplikasi syariat. Sedangkan hakikat adalah melihat dengan dimensi dalam.

 

إن الطريق شريعة وطريقة* وحقيقة فاسمع لها ما مثلا

 

Catatan: artikel ini merupakan intisari kajian kitab Hidayatul Adzkiya'

 

*Ditulis oleh Ustadz Yusuf Suharto, alumni Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang. 


Editor:

Nyantri Terbaru