• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 27 April 2024

Nasional

Kiai Miftach Puji Tafsir Hidayatul Qur'an: Metode Tafsir Paling Tinggi Pahami Al-Qur'an

Kiai Miftach Puji Tafsir Hidayatul Qur'an: Metode Tafsir Paling Tinggi Pahami Al-Qur'an
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan tausyiah saat Tasyakkuran dan Launching Tafsir Hidayatul Qur'an di Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Sabtu (10/2/2024). (Foto: Tangkapan layar Youtube)
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan tausyiah saat Tasyakkuran dan Launching Tafsir Hidayatul Qur'an di Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Sabtu (10/2/2024). (Foto: Tangkapan layar Youtube)

NU Online Jombang, 
Kitab Tafsir Hidayatul Qur'an, fii Tafsiril Qur'an bil Qur'an karangan KH M Afifudin Dimyathi (Gus Awis) telah terbit dan resmi diluncurkan. Sejumlah tokoh mengapresiasi terhadap karya kiai muda asal Kabupaten Jombang ini. Di antaranya seperti Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar.


Ia menyampaikan, menulis kitab adalah tradisi ulama, dan Gus Awis adalah salah seorang kiai yang berhasil melestarikan tradisi baik tersebut. Dalam pandangannya, Gus Awis adalah sosok kiai muda yang memiliki semangat yang tinggi dalam menulis kitab. Banyak kitab berbahasa Arab yang sudah ditulis dengan baik.


"Dari Darul Ulum lahir kiai muda, energik, yang diberikan Gusti Allah kemampuan sekaligus kesempatan, apalagi tasik mengurus pondok, mengajar, dan lain sebagainya. Ini adalah ma'unah, fadhlun minallah," ucapnya saat menghadiri Tasyakkuran dan Launching Tafsir Hidayatul Qur'an di Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Sabtu (10/2/2024).


Menurutnya, kitab yang ditulis pengasuh Asrama Hidayatul Quran Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang ini sangat menarik untuk dibaca. Penulis berhasil memberikan penafsiran kepada ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan ayat-ayat yang lain. Ia menyebut bahwa metode penafsiran semacam ini adalah metode tafsir tingkat tinggi dalam memahami Al-Qur’an.


"Gusti Allah shahibul Qur'an, shahibul kalam yang lebih mengerti makna, faedah, serta penjelasannya. Sehingga Tafsir Hidayatul Qur'an ini merupakan metode tafsir yang paling tinggi untuk memahami Al Qur'an," imbuhnya.


Kitab Tafsir Hidayatul Qur'an, fii Tafsiril Qur'an bil Qur'an ditulis Gus Awis sebanyak 4 jilid berisi 1988 halaman, dicetak Darun Nibros, Kairo, Mesir. Pada bagian pengantar kitab ini dipercayakan penulis kepada KH Miftachul Akhyar.


Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum (MPPDU), KH Cholil Dahlan menyampaikan, Gus Awis adalah kiai yang sangat produktif menulis di lingkungan Pesantren Darul Ulum.


"Mulai zaman Kiai Tamim Irsyad hingga zaman sekarang, yang paling produktif menulis kitab adalah Kiai Afifudin (Gus Awis)," terang Kiai Cholil, sapaan akrabnya.


Ia menegaskan, pengaruh Islam yang mendunia ini berawal dari penulisan kitab-kitab oleh ulama-ulama dunia. Sehingga dengan ikhtiar penerbitan kitab-kitab yang telah disusun oleh Gus Awis dapat menjadi momentum Islam untuk bangkit kembali.


Sementara itu, Gus Awis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan hingga penerbitan karyanya.

 
"Terkhusus kepada almarhum ayah saya KH A Dimyathi Romly beserta Ibu saya Ny Hj Muflichah Dimyathi tak lupa juga istri saya yang senantiasa mendoakan dan mendukung perjalanan kehidupan saya sehingga mendapatkan kemudahan yang luar biasa," katanya.


Ia juga berterima kasih secara khusus kepada keluarga besar Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang, Majelis Pimpinan PPDU, Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar sebagai pemberi kata pengantar dalam kitab Tafsir Hidayatul Qur'an, serta keluarga besar PBNU wabil khusus Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang telah mengenalkan tagline 'Merawat Jagat, Membangun Peradaban'. 


"Tagline inilah yang memantapkan cita-cita saya dalam menulis tafsir. Cita-cita yang telah hidup sejak tahun 1994 di mana saat saya menulis dalam kitab pertama saya yang berjudul At-Tafsir Ad Dimyathi," jelasnya.


Nasional Terbaru