Habib Ali Baqir Asaqqaf, Ulama Semarang yang memiliki fokus di bidang Kalam, Akidah dan wawasan tentang Ahli sunnah wal jamaah di kanal NU Online (Foto: Source Youtube NU Online)
Denmas Amirul
Kontributor
NU Online Jombang,
Imam Abu Hasan Al As'ary disebut-sebut sebagai pendiri mahdzab Ahlusunnah Waljamaah ternyata merupakan anggapan yang keliru. Menurut Habib Ali Baqir Asaqqaf dalam kanal NUÂ Online, akar sejarah Ahlusunnah Wal Jamaah tidak hanya dimulai dari dekade Abu Hasan Al Asy'ari semata melainkan sebelum itu.
Habib Ali Baqir Asaqqaf mengatakan, Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) dulu digawangi oleh Haris Al muhasibi Al Qolanisi dan Abdullah bin Said bin Qulab yang pada saat itu menjadi pejuang-pejuang Aswaja sebelum datangnya Imam Abu Hasan Al Asy'ari.
Baca Juga
Sejarah Ahlussunnah wal Jama'ah
"Imam Haris Al muhasibi Al Qolanisi dan Abdullah bin Said bin Qulab merupakan pejuang-pejuang Aswaja sebelum datangnya Imam Abu Hasan Al Asy'ari. Sebetulnya pada zaman dahulu tidak ada kebingungan di dalam menentukan siapa itu Ahlussunnah Wal Jamaah. Baru akhir-akhir ini kembali dipertanyakan kembali," jelasnya.
Pertanyaan siapa golongan Ahlussunnah itu, lanjut dia, muncul per hari ini bahkan sampai dibuat seminarnya.Â
"Jika kita memahami, beberapa waktu tahun yang lalu untuk menjelaskan siapa itu Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Kata-kata Ahl maknanya adalah sohib. Ahlul Bait adalah shohibul bait, yang maknanya orang yang suka di rumah. Sohibul maal artinya memiliki harta," paparnya.
Sementara Sunnah, dalam definisi ilmu ilmu musthalah hadits, lanjut dia, sunnah dimaknai perkataan perbuatan atau persetujuan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
"Jadi Ahl Sunnah artinya orang yang suka dan menggunakan sunnah," ujarnya.
Sebagian ulama, kata dia, memberikan kritik dalam penamaan Ahl Sunnah. Karena harusnya merujuk pada Ahl Quran.
"Mengapa kok bukan Ahl Qur'an? Dalam Hal ini, Al quran derajatnya lebih tinggi daripada sunnah. Dan kunci atau sunnah itu sebenarnya juga diambil dari Al quran," jelasnya.
Lalu, lebih lanjut Habib menjelaskan, Mahdzab yang benar dinisbatkan kepada sunnah karena pada zaman dahulu bahkan mungkin pada zaman sekarang akan ada banyak orang-orang hanya mengambil pada Alquran saja. Yang kita kenal dengan nama madzhab Quraniyun.
"Jadi Ahl Sunnah sebenarnya lebih menegaskan bahwa jangankan Al Quran, sunnah saja kami ambil. Jadi jangan menuduh Ahli sunnah wal jamaah tidak mengambil dari Al Qur'an. Sebab, dalil yang derajatnya lebih rendah dari Al Qur'an saja digunakan. Apalagi Al Quran sebagai kunci dari sunnah," terangnya.
Ulama Semarang yang memiliki fokus di bidang Kalam, Akidah dan wawasan tentang Ahli sunnah wal jamaah ini menjelaskan, Al Jamaah dalam segi bahasa maknanya adalah kelompok. Siapa orang yang selalu bersamaan dengan kelompok? Para Ulama menyebut kelompok ini adalah para sahabat.
"Bahwasanya, madzhab Ahlussunnah Waljamaah maknanya adalah orang yang mengambil sunnah dan semua dalil-dalil yang dilegitimasi oleh syariat dan tidak membenci sahabat," jelasnya.
Sebab, lanjut dia, zaman dulu ada kelompok yang membenci para Sahabat Rasulullah. Dikatakan, Ahli Sunnah wal Jamaah ini kemudian menegaskan bahwa kelompok ini tidak membenci para Sahabat dan mengambil pendapat dari para sahabat.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Rajab, Isra' Mi'raj, dan Kesungguhan Tingkatkan Kualitas Shalat
2
Prof KH Ridwan Nasir Mustasyar PWNU Jatim Sosok Komplet, Santri, Kiai, dan Akademisi
3
Khutbah Jumat: Menembus Pintu Rahmat Allah
4
7 Amalan di Pertengahan hingga Akhir Bulan Rajab
5
Harlah Ke-8 JRA Jombang Jadi Momen Perkuat Ukhuwah Bagi Para Praktisi
6
Jadi Titik Penyebaran PMK Paling Rawan, Pasar Hewan di Jombang akan Ditutup Sementara
Terkini
Lihat Semua