Khutbah

Khutbah Jumat: Kiat Sukses Mendidik Anak

Kamis, 20 Juni 2024 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat: Kiat Sukses Mendidik Anak

Ilustrasi mendidik anak. (Foto: Freepik)

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ


  اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. 


Pada hari Jumat yang mulia ini, khatib berpesan kepada diri khatib pribadi, maupun kepada jamaah sekalian. Marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan imtitsaalul awaamir, wajtinaabun nawahiih. Menjalankan segala perintah Allah sejauh batas maksimal kemampuan kita. Dan menjauhi segala larangan Allah tanpa terkecuali.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. 


Bulan Dzulhijjah adalah momentum untuk meneladani kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Termasuk mengkaji bagaimana Nabi Ibrahim mentarbiyah, mendidik keluarganya. Hingga sekeluarga mampu menjadi hamba Allah yang saleh. Perlu direnungkan pula bagaimana cara agar anak mampu menjadi generasi penerus sujud kepada Allah, saat orang tuanya telah tiada. Allah telah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 133, tentang betapa Nabi Ya’qub, cucu Nabi Ibrahim, amat memperhatikan dan berusaha memastikan ketauhidan anak-anaknya. 


اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ


Artinya, "Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. 


Anak saleh adalah dambaan setiap orang tua. Orang tua rela banting tulang demi memastikan anaknya mendapat asupan yang bergizi, pendidikan berkualitas dan pakaian yang layak. Orang tua Muslim berharap agar anaknya menjadi penerus sujud kepada Allah, kelak ketika mereka telah wafat. Menjadi salah satu dari tiga amal yang tak terputus, yaitu waladun shalihun yad’u lah. Anak saleh yang senantiasa mendoakan orang tuanya di alam kubur. 


Pada hakikatnya, anak bukanlah milik orang tua. Anak adalah titipan Allah. Amanah yang Allah berikan. Tugas orang tua merawat amanah tersebut sebaik mungkin. Lawan dari amanah adalah khianat. Maukah kita berkhianat kepada Allah, dengan lalai menjaga amanahnya?


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. 


Modernitas berimbas pada bergesernya norma dan nilai luhur di masyarakat. Banyak orang tua khawatir dengan pengaruh negatif lingkungan dan pergaulan anaknya. Ketidakpedulian terhadap ajaran agama, pornografi, penyalahgunaan narkoba, kecanduan gadget, game online, penyimpangan seksual, kesehatan mental, dan kerusakan moral, merupakan berbagai masalah yang dikhawatirkan orang tua dalam tumbuh kembang anaknya.


Orang tua perlu untuk memastikan lingkungan pergaulan yang baik bagi buah hatinya.  Agar mampu menghindarkan anak dari berbagai masalah di atas. Anak perlu dibekali dengan pemahaman tentang baik-buruk, benar-salah, tepat-tidak tepat, pantas-tidak pantas, skala prioritas. 


Anak perlu ditanamkan akidah sedari kecil, kepatuhan terhadap syariat sejak dini, hingga membiasakan akhlak terpuji.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS. Luqman ayat 13:


وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ


Artinya, "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.


Dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi dinyatakan:


عن أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا خَيْرًا لَهُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ


Artinya, "Dari Ayyub bin Musa, dari bapaknya, dari kakeknya, Rasulullah saw bersabda, ‘Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik dari adab yang baik."


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. 


Orang tua perlu membaca berbagai cerita tentang potret keteladanan hubungan orang tua dan anak. Bagaimana tarbiyah Nabi Ibrahim terhadap Nabi Ismail, bagaimana Lukman Hakim mendidik putranya, bagaimana Imam Malik dididik oleh Ibundanya, bagaimana ibunda Imam Syafi'i mendidik putranya, dan sederet kisah teladan lainnya.


Menjadi orang tua memerlukan persiapan. Bukan sekadar disebut orang tua karena telah melahirkan anak. Tanpa memiliki pengetahuan tentang mendidik anak secara benar. Memang, tidak ada ilmu pasti dalam mendidik anak. Yang ada adalah ikhtiar sekuat tenaga disertai dengan totalitas kepasrahan pada Allah. Mendoakan anak tanpa henti, dalam setiap hembusan napas. Menghadiahkan fatihah serta melangitkan doa. Sebagaimana Nabi Ibrahim memasrahkan dan memohon kepada Allah. Disebutkan dalam QS. Ibrahim ayat 37:


رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ


Artinya, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur."


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. 


Pepatah menyatakan, "Didiklah anakmu sesuai keadaan zamannya. Mereka hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu". Penting bagi guru dan orang tua untuk mengetahui karakteristik umum dari generasi anak masa kini (Gen Z dan Gen Alpha). Untuk kemudian mencari pola pendekatan yang sesuai. Namun tetap perlu diperhatikan mana perkara yang tidak boleh berubah walaupun zaman telah berubah. Yaitu tentang akidah, etika, keteguhan mengikuti sunnah nabi dan mengambil kebijaksanaan salafus sallih. Jangan sampai zaman semakin maju, namun moral semakin merosot.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. 


Memasrahkan anak kepada lembaga pendidikan yang berkualitas dan guru yang  berdedikasi, akan menjadikan anak berilmu dan beradab. Allah anugerahkan pada Guru, rasa segan di hati murid padanya. Seringkali anak tidak menghiraukan perkataan orang tuanya. Tapi sangat memperhatikan pesan gurunya.


Orang tua perlu menghormati guru anaknya. Mendorong anak untuk menghormati gurunya. Sikap orang tua yang memuliakan guru, akan terekam di sanubari anak. Dan anak pun akan menghormati guru. Guru perlu menekankan pentingnya birrul walidayn. Semua guru mengajarkan akhlak. Pendidikan akhlak bukan hanya tanggung jawab guru mata pelajaran tertentu. Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru, sangat berperan dalam keberhasilan pendidikan anak.


Setiap anak memiliki bakatnya masing-masing. Tugas guru dan orang tua  untuk berusaha menemukan dan melejitkan potensi anak. Rumus Kesuksesan adalah temukan bakat dan kembangkan.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.


Inti pendidikan adalah keteladanan. Dengan mencontohkan, membiasakan, dan membersamai. Anak adalah cerminan orang tua. Anak adalah peniru terbaik. Sikap dan sifat anak, adalah potret dari apa yang diamati dan dialaminya sehari-hari. Keteladanan adalah metode terbaik dalam pendidikan anak.


Kesibukan orang tua bekerja, menjadi tantangan tersendiri dalam mendidik anak. Peran orang tua tidak 100 persen tergantikan oleh guru. Orang tua tetap perlu meluangkan waktu untuk mendidik sendiri anaknya. Di sela waktu yang terbatas. Berusaha menciptakan Quality time dengan anak. Mengajak jamaah ke masjid, mengajak silaturahim, menyimak bacaan Al-Qur'an, mendongeng kisah teladan, dan beragam aktivitas kebersamaan lainnya. Penting membangun kedekatan dan kelancaran komunikasi orang tua dan anak.


Anak yang memiliki rasa belas kasih pada sesama, berawal dari kasih sayang berlimpah yang didapatkannya. Mereka yang mendapatkan kasih, akan paham bagaimana mengasihi. Kekerasan pada anak lain/bullying, baik perbuatan maupun ucapan (verbal), dilakukan oleh anak yang tidak memahami makna belas kasih.


Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang tua, yang mampu mengantarkan anak-anak kita, menuju jalan yang diridhai-Nya.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر



*Ditulis oleh Akhmad Taqiyuddin Mawardi, Pengasuh Pesantren An-Nashriyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Redaktur Pelaksana Keislaman NU Online Jombang.