Rahasia di Balik Kelahiran Nabi Muhammad di Hari Senin Bulan Rabiul Awwal
Senin, 18 September 2023 | 08:23 WIB
Achmad Subakti
Kontributor
NU Online Jombang,
Kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid) diperingati setiap tahunnya di berbagai daerah di dunia. Mereka merayakannya dengan beraneka macam bentuk tradisi dengan keunikannya masing-masing.
Waktu kelahirannya disambut gembira oleh umat Islam sebagai simbol terbitnya fajar budi pekerti dan nilai-nilai luhur kemanusiaan serta keilahian.
Nabi Muhammad saw lahir pada hari Senin, tanggal 12 bulan Rabiul Awwal. Pilihan kelahiran (maulid) Nabi tersebut jatuh bukan di hari yang dinilai baik dalam Islam. Pun bukan pada bulan yang dinilai mulia dalam Islam.
Allah memilih kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid) jatuh pada Senin, 12 Rabiul Awwal. Allah tidak memilih hari kelahirannya (maulid) pada malam lailatul qadar, malam nishfu Sya’ban, hari Jumat, atau malam Jumat.
Selain hari yang dimuliakan, terdapat juga bulan-bulan yang dimuliakan Allah swt, seperti Ramadhan sebagai bulan turunnya Al-Qur’an, atau bulan-bulan mulia dalam Islam (asyhurul hurum), yaitu Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.
Jalaluddin As-Suyuthi dalam karyanya Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid mengutip penjelasan Ibnul Haj Al-Abdari Al-Maliki Al-Fasi terkait hikmah di balik kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid) pada hari Senin, bulan Rabiul Awwal.
Ibnul Haj, seperti dikutip Jalaluddin As-Suyuthi, menyebut empat hikmah di balik kelahiran Nabi Muhammad saw (maulid) pada hari Senin, bulan Rabiul Awwal. (As-Suyuthi, Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa tahun], halaman 67-68).
Pertama, hari Senin adalah hari diciptakannya pohon. Oleh karena itu, Senin mengingatkan pada penciptaan makanan pokok, rezeki, aneka buah, dan ragam kebaikan yang menjadi logistik dan asupan manusia serta menyenangkan hati manusia.
Kedua, jika dilihat dari perspektif bahasa, kata Rabi’ (pada lafadz Rabi'ul Awal) mempunyai arti musim semi sebagai isyarat dan optimistis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Abu Abdirrahman As-Shaqli, bahwa "Setiap orang memiliki ‘nasib’ (baik) dari namanya.”
Ketiga, musim semi (Ar-Rabi’) merupakan musim yang paling pas (adil) dan terbaik. Hal ini memberikan penjelasan mengenai syariat Nabi Muhammad saw yang paling adil dan toleran.
Keempat, Allah swt memang ingin memuliakan waktu tersebut dengan kelahiran Nabi Muhammad saw. Seandainya Nabi Muhammad saw dilahirkan pada waktu mulia yang sudah ada, niscaya orang mengira kemuliaan Nabi Muhammad saw karena lahir pada waktu atau bulan mulia.
Oleh karenanya, merayakan maulid Nabi Muhammad saw adalah sebagai bentuk pengungkapan rasa syukur dan bahagia atas kelahiran manusia paling mulia.
* Artikel ini diolah dari tulisan Hikmah di Balik Maulid Hari Senin Rabiul Awwal
Terpopuler
1
H Shodiqin Utsman, Ketua PRNU Sambirejo yang Aktif Syiarkan NU Itu Wafat di Tanah Suci
2
Khutbah Jumat: Kematian Sering Dilupakan, padahal Pasti Tiba, Saatnya Siapkan Amal Terbaik
3
Sutradara Serial Klasik 'Mak Lampir' Ternyata Pernah Nyantri di Tebuireng dan Seblak, Ini Sosoknya
4
Festival Banjari Santri Expo Jombang 2025 Rampung Digelar, Berikut Daftar Juaranya
5
Kisah Mbah Suro: Sosok Lelaki Sepuh di Balik Kelahiran Bung Karno di Jombang
6
Kabar Duka, 2 Jamaah Haji Asal Jombang Meninggal Dunia di Makkah
Terkini
Lihat Semua