Daerah

Pegiat Aswaja Gelar Halaqah di Tebuireng, Gus Kikin Jelaskan Keterkaitan Ilmu dan Adab

Jumat, 9 Mei 2025 | 10:00 WIB

Pegiat Aswaja Gelar Halaqah di Tebuireng, Gus Kikin Jelaskan Keterkaitan Ilmu dan Adab

Suasana Halaqah Aswaja di ndalem kesepuhan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Rabu (7/5/2025). (Foto: Tebuireng Online)

NU Online Jombang, 
Pegiat Aswaja Kabupaten Jombang kembali menggelar Halaqah Aswaja kedua kalinya di ndalem kesepuhan Pondok Pesantren Tebuireng, Rabu (7/5/2025). Halaqah yang didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfduz tersebut antara lain membahas seputar parameter Aswaja Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dalam kitab Risalah Aswaja.


Mengawali halaqah tersebut, kiai yang kerap disapa Gus Kikin ini membuka pertemuan dengan penjelasan mengenai keterkaitan antara ilmu, adab, dan kemajuan teknologi masa kini.


Gus Kikin menerangkan bahwa kemajuan teknologi saat ini makin berkembang pesat, sehingga landasan ilmu yang kuat adalah kunci utama seseorang mendapat manfaat dari suatu ilmu.


Ketua PWNU Jawa Timur ini melanjutkan, dengan adab maka ilmu dapat dirasakan manfaatnya, sebaliknya, tanpa adab ilmu hanya akan memberi mudarat kepada manusia.


"Maka, kita harus punya ilmu berlandaskan adab sebagai patok yang kuat, sehingga ketika pengetahuan atau sains itu berkembang, kita tetap terkendali dengan patok itu,” ujarnya.


Dalam kesempatan yang sama, Mudir Ma’had Aly Denanyar, Kiai Yusuf Suharto dalam bahasan kitab Risalah Aswaja mengungkapkan bahwa perlunya ta'liq atau tahqiq terhadap kitab Mbah Hasyim. 


"Jadi, memang perlu adanya syarah atau catatan kaki terhadap kitab Mbah Hasyim ini, karena dalam kitab Risalah Aswaja terdapat muatan yang perlu penjelasan lebih lanjut," ungkapnya.


Kiai Yusuf melanjutkan, pandangan Mbah Hasyim yang tercatat dalam kitabnya kala itu bukanlah sebagai satu pandangan mutlak dalam NU. Beberapa muassis pada masa itu juga memiliki pandangan yang berbeda mengenai suatu masalah atau hukum.


"Seperti ketika Mbah Hasyim menulis tentang kentongan dan kemudian dijawab oleh Kiai Faqih Maskumambang dalam karyanya Hazzur Ru’us, dari sini kita bisa melihat, bahwa adanya variasi pandangan antarmuassis NU, ini menarik betapa para muassis NU dulu memiliki pandangan masing-masing, sehingga umat bebas memilih yang mana,” terangnya.


Terkait konsep Ahlussunnah wal Jamaah yang ditulis oleh KH Hasyim Asy’ari, Ketua Aswaja NU Center Jombang, Kiai Abdul Majid mengelaborasi dalam pendekatan turats. Mbah Hasyim dalam kitabnya menjelaskan makna sunnah dalam tiga pola definisi, yakni berdasarkan lughot, syar'i, dan 'urf


"Sunnah secara lughot (etimologi) adalah jalan, walaupun tidak diridhai, sedangkan sunnah secara syar'i (terminologi) adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah atau orang yang ahli di dalamnya, dan sunnah secara ​​​​​​'urf adalah sesuatu yang menjadi tradisi orang yang diikuti baik itu nabi atau wali," paparnya.


Selain itu, Mbah Hasyim juga merujuk definisi Aswaja dari Syekh Ahmad Zaruq seorang ulama Malikiyyah, dan ada kutipan juga dari Syekh Izzudin bin Abdissalam yang bermazhab Syafi’i.


"Formulasi konsep yang ditawarkan oleh Mbah Hasyim dalam kitab Risalah Aswaja adalah memadukan pendapat antar madzhab semaksimal mungkin," pungkas Kiai Abdul Majid.