Daerah

Napak Tilas Jejak Sejarah Mbah Ihsan Ulama Pejuang Asal Kediri Jatim

Senin, 19 Juni 2023 | 18:43 WIB

Napak Tilas Jejak Sejarah Mbah Ihsan Ulama Pejuang Asal Kediri Jatim

Sampul Buku Mbah Ihsan Jogos-Dungus-Kunjang-Kediri : Kiprah dan Jejak Perjuangan Kemerdekaan Yang Tersembunyi. Foto: Dok. Pribadi Aang Fatihul Islam

NU Online Jombang,

Perjalanan perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari peran para santri dan ulama Nusantara. Namun masih banyak peran santri dan ulama yang kisahnya tidak masuk dalam catatan sejarah, salah satunya sosok H Ihsan.

 

"Sapaan beliau adalah Mbah Ihsan yang berasal dari Dusun Jogos, Desa Dungus, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri. Mbah Ihsan merupakan salah satu santri Hadratus Syeh KH. Hasyim Asy'ari," tutur Aang Fatihul Islam, penulis buku Mbah Ihsan Jogos-Dungus-Kunjang-Kediri : Kiprah dan Jejak Perjuangan Kemerdekaan Yang Tersembunyi. 

 

Di masa perjuangannya, Mbah Ihsan rela mewakafkan rumahnya untuk dijadikan markas para pejuang yang tergabung dalam Laskar Hisbullah pada Agresi Militer Belanda ke II.

 

Rumah yang sama juga menjadi tempat sejumlah keturunan dari Hadratus Syeh KH. Hasyim Asy'ari seperti KH. Yusuf Hasyim, Gus Muhammad Baidhowi dan Gus Abdul Haq Idris untuk melakukan pertemuan membicarakan strategi dan konsolidasi. 

 

"Beliau semua merupakan anggota Laskar Hisbullah Jombang yang berada di bawah pimpinan KH Munasir Ali atau yang lebih dikenal dengan Batalyon Munasir. Selain itu ada juga H Syafi'i Sulaiman , santri KH Mahrus Aly juga sering bergabung untuk berkonsolidasi," imbuh Aang sapaannya.

 

Selain itu, lanjut Aang, Mbah Khobsoh yang merupakan istri Mbah Ihsan turut turun tangan merawat para pejuang yang membutuhkan bantuan dan juga menyediakan makan untuk para pejuang bersama para ibu di Dusun Jogos.

 

"Beliau membantu tanpa pamrih. Para pejuang itu sudah dianggap seperti anak sendiri. Jadi kalau Mbah Ihsan itu punya peran dalam perjuangan sedangkan sang istri merawat para pejuang," tambahnya. 

 

Aang yang juga merupakan ketua Lingkar Studi Santri (Lissan) sendiri mengaku tertarik untuk menelusuri jejak perjuangan Mbah Ihsan setelah mendengar cerita dari keluarga dan sesepuh.

 

"Buku itu sendiri saya mulai dari tahun 2018 dan baru selesai tahun 2023 ini. Menyelamatkan jejak sejarah yang hampir terkubur menjadi tantangan tersendiri dalam penulisan buku ini," ungkapnya.

 

Menurutnya, selama masih ada saksi hidup, sejarah akan berlanjut. Tetapi ketika sudah tidak ada maka jejak sejarah akan terhenti.

 

"Dalam penelusuran saya kala itu, Mbah Ihsan tutup usia pada tahun 1976, pada usia 81 tahun. Namun rumah yang dijadikan markas pejuang sampai saat ini masih ada," jelas Aang.

 

"Selain rumah yang masih ada, ada juga langgar atau mushala yang sering digunakan untuk mengaji dan shalat. Langgar ini juga sering dibuat sebagai tempat persembunyian ketika penjajah datang. Uniknya, ketika para penjajah masuk, para pejuang tadi tidak terlihat oleh mata para penjajah. Mereka pun akhirnya kembali," imbuhnya.

 

Buku ini sendiri telah diserahkan langsung oleh Aang kepada cucu Hadratus Syeh KH M Hasyim Asy'ari, yaitu KH Fahmi Hadzik saat Haflah Akhirussanah Darul Huda Jogos, Kediri.