Kisah Sugito, Warga Wonosalam Kehilangan Rumah Akibat Tanah Bergerak
Jumat, 8 Maret 2024 | 22:57 WIB

Sugito saat menunjukkan keretakan tanah dihalaman rumahnya. Kamis (7/3/2024). (Foto: NU Online Jombang/Karimatul Maslahah)
Karimatul Maslahah
Kontributor
NU Online Jombang,
Sugito tidak pernah membayangkan, peristiwa kelam pergerakan tanah bakal menggerus belasan rumah di kampungnya, tak terkecuali rumahnya. Peristiwa ini terjadi di Dusun Sumber Lamong, Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, pada Kamis (07/03/2024).
Akibat dari peristiwa pergerakan tersebut, sedikitnya ada 34 warga dari 12 Kartu Keluarga (KK) mengungsi di Posko Bencana yang didirikan di halaman Kantor Desa Sambirejo beberapa ratus meter dari titik bencana, termasuk Sugito.Â
Detik-detik tanah bergerak
Tengah malam itu sekitar pukul 23.00 WIB sebagian warga kampung sedang tertidur lelap. Tak sedikit hewan-hewan piaraan milik warga kampung tiba-tiba bersuara sekencang-kencangnya seakan mengisyaratkan kepanikan.
Warga yang sudah berada di luar rumah langsung menggedor satu per satu pintu warga agar keluar bangunan.
"Pertama kali yang mengabarkan itu kakak saya, dia menggedor pintu ruang tamu untuk membangunkan saya dan istri," ujar Sugito.
Usai berusaha menyelamatkan diri, rupanya Sugito telah kehilangan tempat tinggal. Rumah yang menjadi aset satu-satunya untuk berteduh dan beristirahat keluarganya retak dan miring hingga tak lagi bisa dihuni.
"Dari halaman depan hingga belakang sekitar 3 hektare semuanya retak," jelasnya.Â
Proses evakuasiÂ
Sugito hafal betul bagaimana jam demi jam pergerakan tanah itu terjadi. Jauh sebelum merusak bangunan, retakan tanah sudah terjadi sejak pukul 22.00 WIB.
"Beberapa pekan kemarin itu hujan deras dulu di sini. Waktu itu belum terasa apa-apa. Warga juga masih hidup normal beraktivitas biasa," ujar Sugito.
Pergerakan tanah itu memang sudah terlihat jauh pada beberapa hari lalu. Terlihat retakan yang membentang dari ujung halaman sampai ke ruang tamu.Â
"Semakin hari rekahannya dirumah saya semakin besar. Tapi warga masih belum khawatir, meski telah diteliti oleh tim ahli sebagai zona garis merah (rawan bencana)," sebutnya.
Kemudian, malam tadi rekahan semakin meluas bahkan hampir mengepung permukiman warga. Ia bersama seorang istri terpaksa berlari menyelamatkan diri.
"Barang-barang berharga sudah saya amankan termasuk surat-surat, sementara menumpang sambil menunggu petugas BPBD," tuturnya.Â
Perkiraannya benar, rumah miliknya retak dan miring parah beberapa saat setelah ia mengungsi. Saat ini, Sugito dan keluarganya sementara tidur di pengungsian.Â
"Semoga ada kejelasan dari pemerintah. Apakah harus relokasi, atau bagaimana. Insyaallah kami ikhlas menerima cobaan bencana ini," tandasnya.
Terpopuler
1
Pakar Linguistik Nilai Bendera One Piece sebagai Suara Warga Sampaikan Pikirannya Lewat Bahasa Visual
2
Khutbah Jumat: Mencintai Tanah Air dan Kepedulian Kita Memperbaiki Nasib Bangsa dan Negara
3
Mursyid KH Syamsuddin Ali Tegaskan Pengikut Thariqah Pasti Mencintai Tanah Airnya
4
Fatwa Haram Tak Ampuh Hentikan Sound Horeg, PBNU Soroti Aspek Ekonomi
5
Didampingi MWCNU Bandarkedungmulyo, 20 Wakif di Pucangsimo Mantap Wakafkan Tanahnya
6
PBNU dan Pemerintah Australia Jalin Kerja Sama Strategis, Fokus pada Pendidikan hingga Penanggulangan Bencana
Terkini
Lihat Semua