Daerah

KH Hasyim Asy'ari Sosok Idola Sejak Pra Kemerdekaan hingga Sekarang

Sabtu, 24 Agustus 2024 | 17:56 WIB

KH Hasyim Asy'ari Sosok Idola Sejak Pra Kemerdekaan hingga Sekarang

Konferensi Pemikiran Islam Indonesia 2024 yang membahas sosok KH Hasyim Asy'ari. (Foto: NU Online Jombang/Syaiful Habib)

NU Online Jombang,
Konferensi Pemikiran Islam Indonesia 2024 berlangsung khidmat di Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA), Tebuireng Jombang pada Jumat (23/8/2024) hingga Sabtu (24/8/2024).


Kegiatan ini bertujuan untuk mendiskusikan dan menganalisis tentang keislaman Indonesia dan konsep negara, serta mengkaji pemikiran tokoh besar seperti KH Hasyim Asy'ari.


Salah satu narasumber, Erwin Kusuma mengatakan, sosok Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh sentral, yang sering dimintai nasehat-nasehatnya oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik nasehat tentang agama maupun kondisi kenegaraan pada waktu itu.


"Pada zaman sebelum kemerdekaan itu, Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari itu tokoh seperti bintang, yang banyak diidolakan oleh rakyat. Mungkin kalau sudah ada media sosial akan sering mampang di medsos," ucapnya.
 

Senada dengan itu, Imam Aziz menyampaikan, KH Hasyim Asy'ari merupakan ulama yang pemikirannya sangat besar. Seperti konsep beliau dalam negara kebangsaan itu bisa diterima dan dapat menyatukan negara yang majemuk ini.


Indonesia, lanjutnya, adalah negara yang mayoritas muslim tetapi karakter keislamannya pun berbeda beda. Menurutnya, Mbah Hasyim Asy'ari sangat memahami dan moderat dalam menyikapi hal apapun. 


"Indonesia adalah negara kepulauan yang plural, dari sisi apapun berbeda-beda. Tapi mampu menjadi negara kesatuan. Ketika kerajaan-kerajan hilang, muncul organisasi modern seperti SDI, Budi Utomo, SI, Muhammadiyah dan NU. NU agak terakhir tapi mbah Hasyim Asy'ari mampu menafsirkan realitas Indonesia dengan baik sekali," ungkapnya. 


Sementara itu, Faturrochman Karyadi mengungkap bahwa KH Hasyim Asyari selain ahli di bidang agama, beliau juga sosok yang mandiri dan sukses di bidang ekonomi.


Ia menambahkan, Mbah Hasyim sangat sukses dalam mengelola pertanian dan juga perdagangan. Sehingga ia memiliki kemandirian, bahkan ia pernah mewakafkan sebagian tanahnya untuk pasar.


"Diantara manuskrip Mbah Hasyim, salah satunya ada tulisan tangan beliau berbunyi 'Seorang ulama yang datang pada penguasa maka tidak ada keberkahan', karena di situ dikhawatirkan tidak ada kemandirian, khususnya mandiri secara ekonomi," pungkasnya.


Untuk diketahui, kegiatan tersebut merupakan kerjasama dari pihak Museum MINHA dengan Tim Inayah Wahid. Dengan menghadirkan banyak narasumber dan diikuti oleh perwalikan lintas agama dan berbagai ormas.