• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Daerah

Umat Islam, Bekerjalah!, dan Jangan Ngemis

Umat Islam, Bekerjalah!, dan Jangan Ngemis

NU Jombang Online, 
Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak berpangku tangan dalam hidup. Sehingga perintah bekerja mencari nafkah sangat diutamakan dalam Islam. Hal ini terlihat dari sejarah para ulama besar yang tetap bekerja walaupun sudah menjadi wali.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, KH Mohammad Djamaluddin Ahmad para ulama besar seperti Hatim Al-Ashom dan Janaidi Al-Baghdadi tetap bekerja setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Wali syariat itu kabeh (semua) bekerja. Hatim buka toko. Juned Al-Bahgdadi juga buka toko. Mereka adalah wali tapi setiap hari masih buka toko,’’ katanya di Al-Muhibbin, Jumat (19/4).
 
Dikatakannya, bekerja secara mandiri itu penting agar tidak terjerumus pada pekerjaan minta-minta atau mengemis pada manusia. Bekerja juga penting agar kita tidak berharap pemberian manusia. ’’Orang yang suka minta-minta, nanti di akhirat dikumpulkan dalam kondisi wajahnya tanpa daging. Seperti tengkorak,’’ tambah Kiai Jamal.
 
Kiai Jamal lalu menjelaskan, suatu ketika Nabi Muhammad SAW didatangi seorang pengemis. Nabi lalu bertanya kepada orang itu. Di rumah kamu punya apa?. Ternyata dia benar-benar miskin. Pakaian yang dia punya hanya yang menempel di tubuh.

Orang tersebut hanya punya dua barang. Pertama siwur atau gayung. Dengan alat ini ia dan keluarganya minum. Dengan alat itu pula mereka mandi. Kedua, tikar yang bolong-bolong. Jika ada tamu, diterima di tikar itu. Di rumahnya tidak ada meja atau kursi. Untuk tidur, juga pakai tikar itu.
 
“Nabi lalu meminta dua barang itu diambil. Nabi lalu melelangnya. Siapa yang mau membeli dua barang itu. Barang itu akhirnya dibeli seorang sahabat seharga dua dirham. Nabi lantas memberikan dua dirham itu sembari berpesan. Yang satu dirham belikan bahan makanan. Satu dirham sisanya belikan kapak,” jelas Kiai Jamal.

Tujuan nabi memerintahkan membeli kapak agar orang tersebut bisa mencari kayu di hutan untuk dijual ke pasar. Minggu depan, ia disuruh menghadap nabi lagi. Orang itu datang sudah tidak mengemis. Dia cerita, selama satu minggu mencari kayu di hutan, dapat hasil delapan dirham. Yang empat dirham dipakai membeli bahan makanan. Sisanya, empat dirham, dipakai membeli pakaian.
 
“Dari sini, berarti menyikapi pengemis itu ada tiga cara. Pertama diarahkan, dibina dan diberi modal. Seperti kasus diatas. Kedua, diberi sesuai permintaannya. Ketiga, ditolak secara halus,” bebernya.
 
Kiai Jamal juga mengingatkan untuk tidak sampai menghina pengemis. Jangan berprasangka jelek terhadap pengemis. Walaupun dalam hati.
 
“Semoga Allah memberikan kita bisa berbuat baik kepada siapa saja. Tanpa memandang tampilan fisik, pakaian, asal usul dan pekerjaannya,” pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Syamsul Arifin) 


Editor:

Daerah Terbaru