Keislaman

Kenapa Muharram Ditetapkan sebagai Awal Bulan dalam Kalender Hijriah?

Jumat, 27 Juni 2025 | 16:52 WIB

Kenapa Muharram Ditetapkan sebagai Awal Bulan dalam Kalender Hijriah?

Ilustrasi Bulan Muharram. (Foto: Freepik)

Kalender Hijriah, yang kini menjadi sistem penanggalan resmi dalam Islam, mulai diberlakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Sistem ini mengambil momen hijrah Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah sebagai dasar penanggalannya, yakni pada tahun 622 M. Namun, mengapa sistem penanggalan ini perlu ditetapkan? Dan mengapa bulan Muharram, bukan Rabi’ul Awwal (bulan terjadinya hijrah), yang dipilih sebagai awal tahun?


Latar Belakang Penetapan Kalender Hijriah
Melansir NU Online, sejak zaman dahulu, manusia telah memiliki kebiasaan mencatat waktu dengan mengaitkannya pada peristiwa-peristiwa besar. Namun, sistem ini belum bersifat universal dan cenderung bersifat lokal. Hal tersebut kerap menimbulkan kebingungan, terutama dalam hal administrasi dan pencatatan peristiwa sejarah.


Beberapa peristiwa besar yang pernah dijadikan acuan waktu antara lain adalah saat turunnya Nabi Adam as. ke bumi, diutusnya para nabi seperti Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, hingga Nabi Muhammad saw. Di luar konteks kenabian, masyarakat juga menggunakan peristiwa besar lainnya sebagai penanda waktu, seperti banjir besar di masa Nabi Nuh, pembakaran Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud, maupun peristiwa serangan pasukan bergajah oleh Raja Abrahah yang dikenal sebagai Tahun Gajah.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Di Jazirah Arab pra-Islam, banyak pula peristiwa monumental lain yang menjadi acuan waktu, seperti pembangunan Ka’bah, Perang Fijar, hingga banjir Arim (sailul arim). Masing-masing daerah dan komunitas memiliki sistemnya sendiri, sehingga tidak ada kesatuan penanggalan secara menyeluruh.


Inisiatif Umar bin Khattab
Ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah, sejumlah persoalan administratif mulai muncul akibat tidak adanya sistem penanggalan yang baku. Salah satunya adalah keluhan Abu Musa al-Asy’ari, gubernur di wilayah Bashrah, yang menerima surat dari Khalifah Umar tanpa keterangan tanggal. Hal ini membuat proses administrasi menjadi tidak efisien.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Menyadari pentingnya penanggalan yang jelas dan seragam, Umar segera mengumpulkan para sahabat senior untuk membahas masalah tersebut. Dalam musyawarah itu, muncul berbagai pendapat mengenai titik awal kalender Islam. Sebagian mengusulkan agar awal tahun Islam merujuk pada kelahiran Nabi Muhammad saw. atau saat beliau menerima wahyu pertama. 


Namun, Umar menilai bahwa peristiwa hijrah Nabi ke Madinah merupakan tonggak sejarah besar yang menandai perubahan besar dalam dakwah Islam dan awal pembentukan masyarakat Islam yang terstruktur. Maka, hijrah dipilih sebagai penanda awal kalender Islam.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Riwayat lain dari Maimun bin Mahran menyebutkan bahwa Umar pernah menerima dokumen tentang kasus utang piutang, namun waktu jatuh temponya hanya tertulis “bulan Sya’ban” tanpa keterangan tahunnya. Hal ini memunculkan kebingungan, apakah yang dimaksud Sya’ban tahun ini, tahun lalu, atau tahun depan? Dari sinilah muncul perintah tegas Umar, “Buatlah penanggalan yang bisa dipahami oleh semua orang.”


Beberapa ide sempat dipertimbangkan, seperti mengadopsi sistem kalender Romawi atau Persia. Namun ditolak karena tidak sesuai dengan realitas umat Islam. Kalender Persia misalnya, kerap berubah setiap kali raja berganti. Kalender Romawi pun dinilai terlalu jauh dan asing.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Akhirnya disepakati bahwa kalender Islam akan dimulai dari tahun hijrah Nabi Muhammad saw., meskipun secara teknis peristiwa hijrah terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 622 M.


Alasan Muharram Jadi Awal Bulan
Kendati sistem penanggalan Hijriah dimulai mengacu pada peristiwa hijrah, akan tetapi bulan pertama dalam kalender ini adalah Muharram, bukan Rabi’ul Awwal. Mengapa demikian? Mari kita simak penjelasan Muhammad bin Sirin sebagaimana dikutip Ibnul Atsir dalam Al-Kamil fit Tarikh. 


Sekali waktu seorang laki-laki datang menghadap Umar dan mengusulkan untuk dibuat sistem penanggalan. “Penanggalan yang bagaimana maksudmu?” tanya sang khalifah penasaran. “Sistem penanggalan sebagaimana dibuat oleh orang-orang non Arab tentang bulan dalam tahun tertentu,” terang laki-laki. “Ide yang bagus,” timpal Umar. 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Dibuatlah sistem penanggalan dengan mengacu pada peristiwa hijrah. “Kira-kira dimulai dari bulan apa?” tanya Umar. “Dari Ramadhan saja,” jawab orang-orang. “Lebih baik Muharram saja, sebab pada bulan tersebut umat Muslim baru saja selesai menunaikan ibadah haji,” usul sebagian lainnya yang kemudian disepakati. 


Dari riwayat di atas jelas bahwa ide Muharram untuk dijadikan awal bulan dalam kalender Hijriah adalah karena motivasi teologis. Sebab, orang yang pulang haji terbebas dari dosa, sehingga cocok untuk mengawali tahun. Harapannya, momen suci ini menjadi keberkahan tersendiri dalam satu tahun ke depan. (Ibnul Atsir, Al-Kamil fit Tarikh, 1987, juz I, h. 12-14) 


Dalam versi lain yang lebih ilmiah, Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan. Alasan Muharram sebagai awal bulan karena pada bulan tersebut umat Muslim memulai tekad untuk melaksanakan hijrah ke Madinah. Adapun perjanjian untuk hijrah dilakukan pada pertengahan Dzulhijjah yang merupakan awal hijrah. 


Sedangkan, hilal pertama yang tampak setelah perjanjian dan bertekad untuk hijrah tersebut jatuh pada Muharram. Sehingga pantas jika Muharram ditetapkan sebagai awal tahun baru Islam. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, tanpa tahun: juz VII, h. 330). Wallahu a’lam. 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND