Amaliyah NU

Tradisi dan Tinjauan Hadits dalam Amalan 10 Muharram

Rabu, 2 Juli 2025 | 12:05 WIB

Tradisi dan Tinjauan Hadits dalam Amalan 10 Muharram

Ilustrasi Asyura. (Foto: Freepik)

Para ulama dari kalangan mazhab Syafi’i melakukan kajian mendalam terhadap kekuatan hadits-hadits yang menjadi dasar dari sepuluh atau dua belas amalan yang biasa dilakukan masyarakat dalam memperingati hari Asyura (10 Muharram). Mereka menyebutkan adanya sejumlah amalan yang bersumber dari berbagai riwayat, baik yang sahih maupun yang memiliki kelemahan sanad.


Beberapa ulama, seperti yang dilansir NU Online bahkan menggubah nazham atau syair yang merangkum amalan-amalan tersebut. Salah satu nazham itu berbunyi: “Fi yawmi Asyura asyrun tattashil // bihatsnatāni wa lahā fadhlun nuqil // shum, shalli, shil, zur ‘āliman, ‘ud, waktahil // ra’sal yatīmimsah, tashaddaq, waghtashil // wassi‘ ‘alal ‘iyāl, qallim zhufran // wa sūratal ikhlāshi qul alfan tashil.” (Sayyid Bakri bin Sayyid M. Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anatut Thalibin ala Halli Alfazhi Fathil Mu‘in, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, hlm. 301–302)


Artinya, dalam nazham tersebut disebutkan 10 amalan yang memiliki nilai dan keutamaan, seperti puasa, shalat, silaturahmi, mengunjungi ulama, menjenguk orang sakit, memakai celak, mengusap kepala anak yatim, bersedekah, mandi, memperluas nafkah keluarga, memotong kuku, dan membaca surat Al-Ikhlas seribu kali.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Dalam teks Arabnya juga disebutkan:


وقد عدها بعضهم اثنتي عشرة خصلة وهي الصلاة والصوم وصلة الرحم والصدقة والاغتسال والاكتحال وزيارة عالم وعيادة مريض ومسح رأس اليتيم والتوسعة على العيال وتقليم الأظفار وقراءة سورة الإخلاص ألف مرة

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Artinya, “Sebagian ulama menghitung ada dua belas amalan pada 10 Muharram, yaitu: shalat, puasa, silaturahmi, sedekah, mandi, bercelak, mengunjungi ulama, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memberi kelapangan pada keluarga, memotong kuku, dan membaca surat Al-Ikhlas seribu kali,” (Sayyid Bakri, 2005 M/1425-1426 H: II/301)


Namun demikian, Sayyid Bakri mengemukakan bahwa tidak seluruh hadits yang mendukung dua belas amalan tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah atau landasan hukum. Sebagian di antaranya diketahui lemah (dhaif), bahkan ada yang tergolong mungkar dan maudhu (palsu).

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu‘in yang menjadi rujukan dalam Hasyiyah I’anatut Thalibin, secara tegas menyatakan bahwa sebagian hadis yang berkaitan dengan amalan Asyura seperti bercelak, mandi, dan memakai parfum, adalah hasil rekayasa para pendusta.


وأما أحاديث الاكتحال والغسل والتطيب في يوم عاشوراء فمن وضع الكذابين

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Artinya, “Adapun hadis tentang bercelak, mandi, dan memakai parfum pada hari Asyura termasuk buatan para pendusta,” (Syekh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu‘in dalam Hasyiyah I’anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, hlm. 301)


Lebih lanjut, Sayyid Bakri menjelaskan bahwa hadits-hadits tentang amalan 10 Muharram memiliki status yang beragam. Hanya beberapa saja yang tergolong sahih, sementara yang lainnya ada yang dhaif dan ada pula yang tergolong mungkar maupun maudhu.


قال وحاصله أن ما ورد من فعل عشر خصال يوم عاشوراء لم يصح فيها إلا حديث الصيام والتوسعة على العيال وأما باقي الخصال الثمانية فمنها ما هو ضعيف ومنها ما هو منكر موضوع

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Artinya, “Kesimpulannya, dari sepuluh amalan yang disebutkan dalam rangka memperingati hari Asyura, hanya hadits tentang puasa dan memberi kelapangan nafkah kepada keluarga saja yang sahih. Adapun delapan amalan lainnya, ada yang didukung hadis dhaif dan ada yang mungkar atau maudhu,” (Sayyid Bakri, 2005 M/1425-1426 H: II/301)


Dengan demikian, penilaian terhadap amalan-amalan Asyura perlu disertai dengan kehati-hatian dalam menilai kekuatan hadits yang mendasarinya. Meski demikian, amalan seperti mandi, memakai parfum, ataupun menyantuni anak yatim tetaplah perbuatan yang baik dan dianjurkan dalam Islam secara umum. Kita tidak memerlukan hari tertentu atau dalil khusus untuk melakukan kebaikan-kebaikan tersebut, sebab nilai maslahatnya tetap berlaku kapan pun. Wallahu a’lam.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND