• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Senin, 6 Mei 2024

Daerah

Kajian Hadits, antara Kebutuhan dan Minat Masyarakat 

Kajian Hadits, antara Kebutuhan dan Minat Masyarakat 
Direktur Marhalah Tsaniah (Pascasarjana) Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah. (Foto: Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng)
Direktur Marhalah Tsaniah (Pascasarjana) Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah. (Foto: Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng)

NU Online Jombang,

Mayoritas umat Islam sepakat bahwa hadits Nabi merupakan sumber primer ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hadits sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi kehidupan umat Muslim.

 

Sebagi produk sejarah, hadits memiliki sejarah yang panjang, mulai dari penyebaran, penulisan, pembukuan hingga pengembangan metode kritik hadits. Namun seiring perkembangan zaman, kebutuhan umat Muslim terhadap hadits semakin beragam. Hal ini pada gilirannya menuntut akan adanya kreatifitas dan kebaharuan dalam media juga metode penggunaan hadits.

 

Dalam hal ini, Direktur Marhalah Tsaniah (Pascasarjana) Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah menjelaskan perihal fenomena perkembangan kajian hadits di masa kini. 

 

Penulis buku "Nalar Tekstual Ahli Hadits" ini mengawali penjelasannya dengan satu fakta yang memprihatinkan, bahwa dalam dua dekade terakhir ini, minat mahasiswa pada kajian hadits mengalami penurunan. Hal ini bisa dilihat dari minimnya mahasiswa yang mendaftar di prodi ilmu hadits.

 

"Minat mahasiswa yang mendaftar di prodi ilmu hadist itu menurun, bahkan sampai ada (prodi hadits) yang ditutup," ujarnya pada acara Stadium Generale di Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng, pada Sabtu (18/11/2023).

 

Jika dilihat sekilas, lanjutnya, fakta ini seakan menunjukkan bahwa kini masyarakat tidak lagi membutuhkan atau tertarik pada kajian hadits.

 

Kendati demikian, ia juga mencermati beberapa fenomena yang terjadi di tengah masyarakat modern. Seperti adanya politisasi dan cocokologi hadits, ustadz selebritis yang sering mengutip hadits, sehingga lembaga-lembaga fatwa yang dalam prosesnya juga mengutip hadits-hadits Nabi.

 

Menurutnya, fenomena-fenomena di atas secara jelas menunjukkan bahwa sejatinya masyarakat masih dan akan terus membutuhkan hadits sebagai landasan dalam menjalani kehidupan mereka. Meski dalam dimensi akademik, minat pada hadits sedang mengalami penurunan.

 

"Itu menunjukkan sebenarnya masyarakat sangat butuh, meskipun kalau kita lihat dari wajah prodi kelihatannya tidak," imbuhnya.

 

Ia juga menekankan bahwa hal ini kemudian menjadi pekerjaan rumah bagi para mahasiswa dan akademisi yang aktif dalam kajian hadits untuk membangkitkan minat dan semangat masyarakat terhadap kajian hadits.

 

Lebih lanjut, Ustadz Ubaydi menegaskan bahwa kebutuhan umat Muslim terhadap hadits sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka akan selalu tinggi dan relevan sepanjang waktu. Tinggal kemudian bagaimana para aktivis kajian hadits mampu menyesuaikan dan mengembangkan pola, corak, dan media kajian hadits dalam pengembangannya.

 

"Maka kebutuhan terhadap nama Rasulullah saw itu akan selalu sangat tinggi dan relevan terus sepanjang masa. Hanya saja pola, warna, rupa, dan medianya yang harus berubah," tandasnya.

 

Kontributor: Muhammad Rizky Fadillah


Daerah Terbaru