• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Senin, 29 April 2024

Daerah

Fenomena Kajian Hadits di Era Media Sosial 

Fenomena Kajian Hadits di Era Media Sosial 
Direktur Marhalah Tsaniah (Pascasarjana) Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah. (Foto: Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng)
Direktur Marhalah Tsaniah (Pascasarjana) Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah. (Foto: Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng)

NU Online Jombang,

Direktur Marhalah Tsaniah (Pascasarjana) Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah mengatakan, di era disrupsi ini kebutuhan terhadap kajian keislaman tetaplah tinggi, termasuk di dalamnya kajian hadits.

 

Di samping itu, di era yang serba instan seperti sekarang ini yang menjadi perhatian adalah konten-konten yang ringkas dan ringan. Begitupun dengan kajian keislaman, mereka yang memiliki otoritas dalam bidang keagamaan kini dituntut untuk menghadirkan corak kajian yang lebih ringan dan rileks.

 

Hal itu disampaikan pada acara Stadium Generale "Paradigma Kajian Hadits Multidisipliner dalam Menanggapi Isu-isu Kontemporer" di Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng, pada Sabtu (18/11/2023).

 

"Betapa hakikatnya hadits itu sangat dibutuhkan, hanya saja kemasannya harus baru," katanya.

 

Ia juga menyoroti beberapa tokoh yang saat ini dikenal dan dijadikan rujukan oleh banyak orang. Seperti Habib Umar, Habib Ali, Ustadz Abdul Somad, Gus Baha, hingga seorang dokter juga pendakwah Zaidul Akbar. Mereka adalah contoh orang-orang yang kerap kali mengutip hadits dan ramai diperbincangkan di media sosial.

 

Menurutnya, mereka inilah yang saat ini meramaikan dunia maya dengan hadits-hadits Nabi. Dengan kenyataan bahwa orang-orang di atas sering mengutip hadits dan memiliki pengaruh bagi masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa kajian hadits sangat dibutuhkan dan dicari banyak orang.

 

"Mereka ini sekarang yang meramaikan dunia medsos, dan itu pertanda bahwa kajian hadits saat ini betul-betul sangat-sangat dibutuhkan dan dicari orang," ujar pria kelahiran 1986 yang juga alumni Pesantren Tebuireng itu.

 

Ia menambahkan bahwa fakta ini menunjukkan kajian hadits saat ini agar bisa dikemas semenarik mungkin. Lahirnya budaya virtual mengharuskan konten-konten tampil dengan corak yang lebih ringan dan santai, begitupun dengan konten keislaman yang termasuk di dalamnya adalah kajian hadits.

 

"Ini pertanda bahwa kajian hadits itu perlu dikemas. Bahkan perlu dipadukan dengan disiplin ilmu lain," imbuhnya.

 

Kemudian, ia juga mengisahkan Imam Dailami (Syirawaiyh bin Syahradar al-Dailamiy) yang berupaya mensyiarkan hadits melalui salah satu karyanya, yaitu Firdaus al-Akhbar bi Ma'tsurat al-Khithab.

 

Kitab ini berisikan kisah-kisah, qaul ulama, hadits Nabi, hingga mitos-mitos. Dan yang menarik adalah dengan secara sengaja, Imam Dailami tidak mencantumkan sanad hingga nama Rasulullah pada hadits-hadits yang ia sisipkan dalam karyanya itu.

 

Kendati demikian, lanjut Ustadz Ubaydi, Imam Dailami lewat karyanya ini bertujuan agar orang-orang pada saat itu menyukai hadits. Karena pada saat itu, kajian terhadap hadits Nabi tidak diminati oleh kebanyakan orang.

 

Hal inilah yang kemudian mendorong Imam Dailami untuk mencari cara agar orang-orang tetap mau dan suka terhadap hadits Nabi. Maka, disusunlah kitab yang bermuatan kisah hingga mitos yang pada saat itu digemari oleh banyak orang yang ternyata di dalamnya justru terselip hadits-hadits Nabi. Hingga kemudian secara tidak langsung mereka mulai sadar dan tertarik pada kajian hadits.

 

Lebih lanjut, penulis buku "Ilmu Living Qur'an-Hadits" ini menegaskan, dari kisah itu memberi penjelasan bahwa perlu adanya upaya untuk merumuskan formula kajian keagamaan-hadits yang relevan dengan kebutuhan dan minat masyarakat. 

 

"Masyarakat itu masih butuh banget untuk kembali kepada agama, tapi dengan kemasan yang lebih rileks. Itulah yang dibutuhkan masyarakat. Dan itu pertanda bahwa hadits itu sangat dibutuhkan," tutupnya.

 

Kontributor: Muhammad Rizky Fadillah 


Daerah Terbaru