• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Tiga Peristiwa Penting di Bulan Maulid

Tiga Peristiwa Penting di Bulan Maulid
Gambar (Tribunnews.com)
Gambar (Tribunnews.com)

Begitu kita memasuki bulan Rabiul Awal atau Maulid, maka kita akan mengetahui dan melihat --dimana-mana, di desa-desa, di kota-kota kecil maupun kota-kota besar, di mushalla-mushalla dan di Masjid-masjid-- umat Islam secara bersama-sama menyelenggarakan Mauludan atau Maulidan (Muludan, Jawa) untuk mengenang sejarah hidup dan perjuangan Baginda Rasulillah Muhammad SAW. Sebenarnya, di dalam bulan Rabiul Awal atau Maulid terdapat tiga peristiwa yang amat penting dan menyangkut langsung sejarah hidup dan perjuangan Baginda Rasulillah Muhammad SAW.

Peristiwa pertama adalah lahirnya Baginda Rasulillah SAW di kota Makkah pada hari Senen, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, yang betepatan dengan tanggal 23 April 571 M. Beliau dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan bermacam-macam kebobrokan, keburukan, kebodohan, kedhaliman dan kekufuran.

Kelahiran Baginda Rasulillah SAW ini menjadi antitesa dari kondisi yang terjadi di tanah Makkah ketika itu. Kelahiran beliau membawa kebaikan, membawa kebenaran, membawa keadilan, membawa kemakmuran dan kebahagiaan yang penuh dengan keberkahan dan kasih sayang. Kelahiran beliau bagaikan lampu pelita yang menyinari dunia yang gelap gulita.

Baca juga artikel lainnya : Pelopor Pertama Peringatan Maulid Nabi SAW

Peristiwa penting yang kedua adalah hijrahnya Baginda Rasulillah Muhammad Saw dari kota Makkah menuju kota Madinah pada hari Senen, 12 Rabiul Awal. 13 tahun setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan setelah beliau menetap di Makkah selama 53 tahun untuk menanam keadilan, menanam kebenaran, menanam kebahagiaan dan menanam rasa kasih sayang dengan sesama manusia. Dalam mengemban tugas kenabian tersebut, tidak sedikit beliau mengalami berbagai macam hambatan dan ancaman. Bahkan beliau mendapat ancaman pembunuhan, jika beliau tidak menghentikan risalah dakwahnya dalam mengajak umat manusia memeluk agama Islam yang sempurna dan diridlai Allah SWT. Semua hambatan dan ancaman tersebut beliau hadapi dengan keteguhan, kesabaran, serta kepercayaan diri yang mendalam atas datangnya pertolongan Allah SWT.  

Hambatan dan ancaman tidak saja dilakukan secara langsung, tetapi juga dilakukan melalui orang-orang terdekat Rasulullah SAW. Misalnya yang pernah dilakukan paman beliau sendiri, Abu Thalib, yang meminta agar Rasulullah SAW mau menghentikan kegiatan dakwah Islamiyahnya atas desakan orang-orang kafir Makkah. Permintaan sang paman beliau tolak dengan berani dan tegas. Beliau berkata kepada pamandanya:

يَا عَمِّ، لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ فِيْ يَمِيْنِيْ وَالقَمَرَ فِيْ يَسَارِيْ عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَ مَا تَرَكْتُهُ

“Wahai paman, seandainya mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku menghentikan (meninggalkan) dakwah ini, maka aku tidak akan meninggalkannya.” (As Sirah Al Halabiyyah, I/ 408; Subulul Al Huda War Rasyad, II/ 327)

Selanjutnya, hambatan datang bertubi-tubi menimpa dan menghadang perjuangan baginda Rasulullah SAW. Pada satu kesempatan, salah seorang pembesar orang-orang kafir Makkah, Utbah bin Rabiah, mendatangi baginda Rasulillah SAW. Dia menawarkan harta benda yang melimpah, pangkat yang tinggi serta wanita-wanita tercantik. Semua yang ditawarkan Utbah bin Rabiah ditolak mentah-mentah oleh baginda Rasulillah SAW seraya membacakan 13 ayat dari surat Fushshilat.

    Setelah Utbah bin Rabiah mendengarkan bacaan ayat-ayat al Quran yang begitu indah, begitu mempesona, begitu menakjubkan, kemudian berubah pikiran dan kembali menemui orang-orang kafir Makkah seraya berkata kepada mereka bahwa, dia mendengar bacaan al Quran yang indah dan berpesan untuk tidak merintangi Muhammad SAW

Peristiwa penting yang ketiga adalah wafatnya Rasulullah SAW di Madinah, yang terjadi pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 23 H. Beliau mewariskan kebenaran, mewariskan kejujuran, mewariswkan kemakmuran, mewariskan kebahagiaan serta kasih sayang yang sempurna. Allah SWT berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.“ [QS. al Maidah: 3].

Jasa Rasulullah SAW bagi umat manusia sangat besar, agung dan banyak. Jasa beliau tidak bisa diterangkan dengan hanya perkataan. Tidak bisa ditulis dengan tinta dan tidak bisa pula digambarkan dengan otak dan pikiran.

Hidupnya Rasulullah SAW itu berguna bagi umat Islam. Wafatnya beliau juga berjasa terhadap umat Islam, Sebagaimana beliau bersabda:

حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُوْنَ وَيُحَدَّثُ لَكُمْ، فَإِذَا أَنَا مُتُّ كَانَتْ وَفَاتِيْ خَيْرًا لَكُمْ، تُعْرَضُ عَليَّ أَعْمَالُكُم، فَإِنْ رَأَيْتُ خَيْرًا حَمِدْتُ اللهَ، وَإِنْ رَأَيْتُ شَرًّا اِسْتَغْفَرْتُ لَكُمْ

“Hidupku itu lebih baik untuk kalian. Kalian menceritakan kepadaku masalah-masalah yang kalian hadapi, lalu aku menceritakan jalan keuarnya untuk kalian. Ketiaka aku wafat, maka wafatku itu juga lebih baik untuk kalian. Karena semua amal perbuatannu akan ditampakkan kepadaku. Ketika amal itu aku ketahui baik, maka aku memuji Allah dan jika amal itu aku ketahui jelek, maka aku mohonkan ampun untuk kalian.” (As Sirah Al Halabiyyah, III/ 486; Al Khashaais Al Kubra, II/ 491)

Baginda Rasulillah Saw wafat pada hari Senen. Selang tiga hari kemudian, pada malam Rabu tengah malam baru dimakamkan. Tidak ada suatu musibah yang paling besar yang menimpa umat Islam seperti musibah wafatnya baginda Rasul Muhammad SAW. Salah satu Nabi yang paling dicintai umat Islam pada masa itu, masa kini dan masa-masa yang akan datang.

Pada saat beliau wafat, ada diantara para sahabat yang mendadak bisu, tidak bisa berbicara. Seperti Sayidina Utsman bin Affan RA. Ada yang diam bagaikan tunggak, seperti Sayidina Ali RA. Ada yang mendadak meninggal dunia, seperti Abdullah bin Unais RA, dan ada pula yang bingung, mundar mandir kesana kemari, galau, seperti Sayidina Umar bin Khattab RA. (Hasyiyat Az Zarqaani ‘Alaa Al Mawaahib Al Ladunniyyah, XII/ 142). Kesemuanya ini adalah gambaran sebagian kecil dari kesusahan, kesedihan dan kegalauan yang dialami oleh para sahabat Radliyallahu anhum atas musibah wafatnya baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Itulah tiga peristiwa penting yang terjadi pada bulan Rabiul Awal atau bulan Maulid, yang bisa kita jadikan sebagai iktibar akan pentingnya bulan Maulid. Peringatan Maulid Nabi SAW adalah memperingati tiga peristiwa penting tersebut, yang menjadi tonggal bagi kehadiran agama Islam di dunia, yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.

Oleh Rais Syuriah PCNU Jombang, KH Abdul Nashir Fattah 


Editor:

Opini Terbaru