Sejarah Singkat Pesantren MQ Tebuireng Jombang dan Programnya
Rabu, 21 Agustus 2024 | 10:10 WIB
Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang atau yang dikenal Pesantren MQ Tebuireng merupakan salah satu pesantren yang berfokus pada pendidikan Al-Qur’an dan mencetak kader huffadz. Pondok pesantren ini dipilih sebagai lokasi pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa, Selasa (20/08/2024).
Terkait Pesantren MQ, dilansir dari disperpusip.jatimprov, Madrasatul Qur’an ada sejak masa Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari. Kiai Hasyim punya keinginan besar untuk mendirikan lembaga pendidikan Al-Qur’an, karena ia sangat mencintai orang yang hafal Al-Qur’an (hafidz).
Masa Pendirian
Konon, pada bulan Ramadhan tahun 1923, para santri Pesantren Tebuireng secara bergiliran menjadi imam shalat tarawih dengan bacaan Al-Qur’an bil hifdzi (dihafalkan) sampai khatam. Sayangnya, sistem hafalan Al-Qur’an di Tebuireng saat itu belum terorganisir dengan baik karena belum ada lembaga khusus yang menanganinya. Kondisi ini terus berlangsung sampai masa kepemimpinan KH Kholik Hasyim.
Pada masa kepemimpinan KH Muhammad Yusuf Hasyim (Pak Ud), tepatnya tahun 1971, rencana pendirian lembaga pendidikan Al-Qur’an dimatangkan. Ada 9 orang kiai yang dilibatkan dalam rencana tersebut. Hasilnya, pada tanggal 27 Syawal 1319 H atau 15 Desember 1971 M, lembaga itu secara resmi berdiri dengan nama Madrasatul Huffadz.
Pada tahun pertama, santrinya berjumlah 42 orang dan diasuh oleh Kiai Yusuf Masyhar, menantu Kiai Ahmad Baidhawi. Sesuai dengan namanya, lulusan lembaga ini diarahkan untuk menjadi kader penghafal Al-Qur’an sekaligus mendalami ilmunya.
Semula, Madrasah Huffadz bertempat di rumah Kiai Wahid, bagian barat Pesantren Tebuireng (sekarang kediaman KH Musta’in Syafi’i). Kemudian mulai tahun 1982, lokasinya dipindah ke belakang rumah peninggalan Kiai Baidhawi dengan tanah wakaf dari beliau.
Dari tahun ke tahun madrasah ini berkembang cukup pesat. Setelah dilakukan pemekaran, Madrasatul Huffadz secara struktural terpisah dari Yayasan Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng. Kini, jenjang pendidikannya meliputi Madrasah I’dadiyah (Persiapan), Tsanawiyah, SMP Al-Furqon, dan Madrasah Aliyah, dan berganti nama menjadi Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ) Tebuireng.
Kini, Pesantren MQ telah mengelola sejumlah unit-unit. Yakni, meliputi Unit Tahfidz, Unit Sekolah, Unit Pondok, Unit Perpustakaan, Biro Santunan, Unit Sarana dan Keuangan.
Program Tahfidz non-Hafalan
Program ini dikhususkan bagi mereka yang belum dapat mengambil program tahfidz karena belum memenuhi syarat. Di dalamnya terdapat empat tingkatan:
- Tingkat Mubtadi' (pemula); yakni mereka yang belum mampu membaca Al-Qur’an dan atau belum mempunyai dasar-dasar fashahah.
- Tingkat Mutawassith (menengah); sudah lancar membaca dan menguasai dasar- dasar fashahah, namun belum bisa membedakan ciri-ciri huruf dan cara melafalkannya.
- Tingkat Muntadbir; sudah lancar membaca dan fasih, namun kurang menguasai waqof, ibtida, serta musykilat ayat.
- Tingkat Maqbul; tingkat dimana santri tinggal menempuh qira’ah muwahhadah (standar MQ).
Artikel selengkapnya, baca di:
https://jatim.nu.or.id/matraman/sejarah-pesantren-mq-jombang-lokasi-rakernas-pagar-nusa-2024-zKlLg
Terpopuler
1
Zuhrotul Malachah Terpilih sebagai Ketua PCI Muslimat NU Mesir: Alumni Tambakberas, Aktif Berorganisasi
2
BEM-SI Gelar Aksi Damai di Jakarta, Desak Pemerintah Respons 11 Tuntutan
3
Warga Jombang Jadikan Kawasan Sungai Brantas Ikon Pemberdayaan Lingkungan: Dirikan Museum hingga Pasar
4
Uang Haram Dapat Dimaknai sebagai Rezeki? Ini Penjelasan dan Konsekuensinya bila 'Disedekahkan'
5
Buku Sejarah NU Jombang Mulai Ditulis, LTN PCNU Targetkan Rampung Sebelum Masa Khidmah Berakhir
6
Istiqamah Lestarikan Warisan Ulama, Khataman Shahih Bukhari di Jombang Telah Digelar 47 Kali
Terkini
Lihat Semua