Daerah

Mbah Ud, Pimpinan Cabang BMT NU Bareng: Khidmah di NU dari LBM hingga Dipercaya sebagai Rais MWCNU

Rabu, 23 Juli 2025 | 10:45 WIB

Mbah Ud, Pimpinan Cabang BMT NU Bareng: Khidmah di NU dari LBM hingga Dipercaya sebagai Rais MWCNU

Kiai Suudi Anis, Pimpinan Cabang BMT NU Bareng, Kabupaten Jombang. (Foto: NU Online Jombang/Annisa Rahma)

NU Online Jombang,
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Maal wat Tamwil Nahdlatul Ulama (BMT NU) Kabupaten Jombang Cabang Bareng lahir dari semangat dan keyakinan tiga orang yang tak kenal lelah.


Salah satu dari mereka adalah Kiai Suudi Anis, sosok yang dipercaya sebagai Pimpinan Cabang (Pinca) BMT NU Bareng dan tokoh penggerak ekonomi umat di lingkungan NU.


Kiai Suudi lahir dan tumbuh di Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Ia menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bareng, lalu melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng.


Sebagai jebolan pesantren, ia mulai harus berpikir tentang ladang kasab yang mesti dilakoni kala itu. Apalagi setelah memutuskan mengakhiri masa lajangnya, ekonomi tentu saja harus menjadi prioritas untuk menghidupi keluarganya. 


Dalam menjalankan pekerjaan, pria yang kerap disapa Mbah Ud itu tak pilah-pilih. Yang penting halal, pekerjaan apapun ia jalani dengan sungguh-sungguh, meskipun tak jarang mengalami kegagalan.


Mbah Ud mengenang, sepulang dari pesantren, hidup tidak serta merta mulus. Ia pernah menjalani berbagai profesi, seperti kuli batu, peternak ayam, hingga makelar sepeda motor. Nahasnya, semua profesi yang dilakoni itu belum memiliki takdir baik.


“Saya tidak punya skill apa-apa waktu itu. Semua pekerjaan saya coba, tapi gagal. Ternyata Allah menyiapkan jalan lain lewat NU dan BMT NU,” kenangnya saat diwawancarai NU Online Jombang, Selasa (22/7/2025).


Kiprahnya Sebelum di BMT NU

Sebelum aktif memimpin BMT NU Bareng, ia menyampaikan cukup terbiasa mengabdi di lingkungan NU, khususnya di Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bareng.


“Pengabdian saya dimulai sejak tahun 2003 sebagai bagian dari Lembaga Bahtsul Masail (LBM) MWCNU Bareng,” ujar Mbah Ud.


Ia mengungkapkan, seiring berjalannya waktu, dedikasi dan komitmennya terhadap organisasi membuahkan kepercayaan.


“Kala itu saya dipercayai untuk menjadi sekretaris MWCNU Bareng dua periode, dan pada 2021 yang lalu diamanahi menjadi rais syuriyah MWCNU hingga saat ini,” ungkapnya.


Mendirikan BMT NU Bareng dari Nol

Tahun 2013 menjadi tonggak penting dalam sejarah berdirinya BMT NU Jombang. Di tahun itu, lahirlah BMT NU Jombang (pusat) yang berkantor di Kantor PCNU Kabupaten Jombang lama, Jalan Gatot Subroto. Semangat besar untuk menggerakkan kemandirian ekonomi Nahdliyin mendorong pengurus BMT NU Jombang untuk mulai membuka cabang-cabang baru.


Salah satu sosok penting yang dipercaya untuk menjalankan amanah membuka cabang perdana adalah Kiai Suudi Anis, tokoh NU dari Kecamatan Bareng. Ia menjelaskan, perjalanan awal yang penuh tantangan dalam pendirian BMT NU Bareng, tepatnya pada tahun 2015 lalu. BMT NU Bareng adalah cabang BMT NU Jombang pertama.


“Saat itu saya diminta oleh pengurus pusat untuk membuka cabang BMT NU, karena saya tinggal di Bareng, maka secara otomatis kantor cabang pertama berdiri di sini. Keputusan itu muncul di masa kepemimpinan almarhum KH Isrofil Amar sebagai Ketua PCNU Jombang dan Pak Muchlis yang kala itu ketua Lembaga Perekonomian PCNU,” jelasnya.


Ia mengatakan, kala itu, tak ada dana operasional yang memadai, apalagi modal besar. Juga tidak ada gedung megah. Dalam situasi sulit, Mbah Ud dan dua rekannya bermodal keyakinan dan kekompakan untuk memulai melangkah membuka BMT NU Barang.


“Yang pertama nabung itu saya sendiri, almarhumah Mbak Qomariyah, dan saudara Romli. Uang yang terkumpul cuma Rp3.500.000 nekat buka kantor di MWCNU Bareng pada tanggal (3/1/2015),” terangnya.


Mbah Ud menceritakan, awal perjalanan BMT NU Bareng yang tak mudah, tak ada satupun dari mereka yang berlatar belakang pendidikan yang linier dengan urusan ekonomi atau keuangan.


“Yang penting serius sinau (belajar), belajar sambil jalan, bertanya kepada pengurus pusat, dan menggali ilmu dari berbagai pengalaman. Alhamdulillah, sekarang tim solid. Kami di sini nggak membedakan posisi. Semua kerja sama, take and give,” terangnya.


Meski ekonomi nasional kerap mengalami gejolak, pihaknya tetap meyakini bahwa BMT NU Jombang dan semua cabangnya memiliki daya saing yang mumpuni.


“Setelah saya amati dan teliti KSP maupun perbankan yang ada di sini, BMT masih bisa bersaing. BMT NU bukan 'musuh' pengusaha, 'musuhnya' ya sesama lembaga keuangan. Tapi alhamdulillah kita tetap bisa bersaing sehat. Jadi, tidak perlu takut,” tandasnya.


Ia juga menekankan bahwa dalam struktur lembaga, tidak ada yang lebih tinggi antara pimpinan, teller, dan marketing. “Kita ini hanya beda status dan tanggung jawab. Tapi soal kerja dan loyalitas, semua sama,” tegasnya.


Sebagian Gaji Karyawan untuk Dana Sosial

Salah satu keunikan BMT NU Bareng adalah sistem bonus yang disepakati bersama untuk tidak langsung dibagikan kepada para pengelola, melainkan dikumpulkan menjadi dana sosial.


“Dana ini kami gunakan untuk santunan, bantuan bencana, bahkan THR bersama. Ini bentuk solidaritas kita, tidak semua cabang seperti kami,” tambah warga yang berdomisili di Dusun Kedunggalih itu.


Sementara untuk gaji dan operasional, semua mengikuti aturan pengurus pusat. “Kita jualan pakai akad syariah. Dari situ ada biaya operasional yang salah satunya untuk bisyaroh karyawan. Semua transparan dan sesuai aturan,” tuturnya.


Ia mengaku, BMT NU Bareng selalu memadukan pendekatan struktural dan kultural. “Pendekatan kulturalnya, marketing, teller, dan admin harus aktif membangun hubungan emosional dengan nasabah jangan cuma nagih, ajak ngobrol kenalkan program-program syariah kita.


Sementara praktik pendekatan strukturalnya, lanjut dia, dirinya yang langsung melakukan komunikasi yang intensif dengan struktural atau pengurus NU dan badan otonom (Banom) NU di Bareng.


"Cukup saya yang melakukan pendekatan terhadap Banom NU, saya mewajibkan Banom-Banom menjadi anggota BMT NU. Sekarang kalau di Bareng dengar BMT NU, yang disebut ya Gus Suudi,” paparnya.


Sosok Mbah Ud, menjadi bukti bahwa pengabdian dan kesetiaan pada amanah bisa membuahkan hasil yang besar. Dari latar belakang sederhana, ia kini menjadi motor penggerak ekonomi warga NU di Kecamatan Bareng.


Ia menyebut kedua orang tuanya sebagai inspirasi hidup, dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai panutan dalam prinsip dan keberanian.


Mbah Ud mengajak warga NU di Kecamatan Bareng untuk mendukung dan memanfaatkan BMT NU sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan syariah. 


“Kalau ingin merasakan lembaga keuangan yang syar’i dan milik Nahdliyin, ya BMT NU tempatnya. Mari jadi anggota dan bersama membangun kemandirian umat,” pungkasnya.