• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Daerah

Ketua LDNU: Cegah Paham Radikal Sejak Dini

Ketua LDNU: Cegah Paham Radikal Sejak Dini
Ketua LDNU, Aang (Foto: NU Online/Siti Ratna Sari)
Ketua LDNU, Aang (Foto: NU Online/Siti Ratna Sari)

NU Online Jombang,

Resah dengan aktivitas diduga terorisme yang kembali mencuat, Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Jombang, Aang Fatihul Islam menekankan, pergerakan yang dilakukan oleh ISIS seharusnya dapat dicegah sejak dini.

 

Masa Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana gejolak muda sedang mencari jati dirinya dianggap masa yang tepat untuk menguatkan ideologi keagamaan mereka.

 

Baru-baru ini, terjadi penangkapan mahasiswa di kota Malang oleh Detasemen Khusus (densus) 88 terkait dugaan terorisme.

 

Melansir dari CNN Indonesia, mahasiswa tersebut berinisial IA (22) yang merupakan mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Malang.

 

Berdasarkan keterangan yang ada, IA diduga terlibat dalam proses pengumpulan dana untuk membantu kelompok teroris serta turut mengelola media sosial dengan menyebarkan materi-materi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

 

Pria yang akrab disapa Aang menilai islam radikal ini telah berkamuflase dengan menyelipkan ideologinya melalui Rohani Islam (Rohis).

 

"Itu sangat berbahaya sekali. Ketika kita tidak melakukan pengawalan sejak SMA maka akan mudah bagi mereka melakukan kaderisasi," lanjut Aang.

 

Menurut Aang, kampus umum seringkali menjadi sasaran strategis untuk kaderisasi yang massif. Jika dilihat, rata-rata mahasiswa yang kuliah di kampus umum, baik itu PTN maupun PTS berasal dari SMA umum, atau tidak mendapatkan pendidikan agama yang cukup matang sebelumnya.

 

"Apalagi yang baru-baru ini ditangkap bukan mahasiswa semester akhir. Artinya, ada indikasi bahwa sejak masih SMA, dia sudah dikader menjadi bagian dari gerakan mereka," sambungnya.

 

Aang menambahkan, jika tidak ada dasar pendidikan agama yang kuat, maka akan dengan mudah bagi kelompok radikal untuk melakukan brain wash dalam memasukkan ideologi mereka saat kaderisasi.

 

"Strategi dan misi yang mereka bawa adalah hijrah. Bagi yang belum belajar Islam secara holistik dan mendalam, maka akan tergiur dengan mudah. Apalagi jika kalimat ajakannya dikemas dengan cantik. Padahal itu adalah strategi untuk mempermudah mengendalikan kita. Ketika sudah dikendalikan maka mereka dengan mudah untuk mengkontrolnya," tambah Aang.

 

Dosen Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP PGRI Jombang itu menjelaskan, untuk meminimalisir, kampus harus bekerjasama dengan organisasi sosial keagamaan, seperti Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah untuk melakukan pengawalan atau filter terhadap calon mahasiswa.

 

"Kalau di Jombang Insyaallah aman karena Jombang dikelilingi dengan pesantren-pesantren. Walaupun ada, tapi tidak terlalu berani dan ekstrim seperti di kota-kota lain," imbuhnya.

 

"Kalau di pesantren-pesantren itu sudah ada sosialisasi tentang paham-paham yang mengepung Indonesia, termasuk yang kemudian berkembang Perguruan Tinggi. Kalau di Pondok Pesantren Denanyar itu sudah ada," jelasnya.

 

Kalau di SMA sudah ada kaderisasi, lanjut dia, berarti ada upaya untuk melakukan kerjasama antar organisasi sosial. Misalnya dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) atau Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

 

"Ciri-cirinya sederhana untuk mendeteksi. Biasanya mereka cukup ekstrim dan merasa benar sendiri. Kalau saya mendefinisikan sederhana. Mereka merasa menjadi Tuhan. Surga dan neraka itu milik mereka. Padahal dibalik itu, ada kepentingan politis dari luar yang tidak semata untuk Islam," paparnya.

 

Oleh karena itu, penting bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah Kabupaten Jombang serta aparat.

 

"Kalau di kampus bisa dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan bidang kemahasiswaan," lanjutnya.

 

Bekerjasama dengan organisasi-organisasi ini dimaksudkan untuk memberikan edukasi dan pengawalan bahwa ini tidak sesuai dengan ajaran yang ada di Nusantara. 

 

"Dengan organisasi tersebut, mereka bisa dikenalkan dengan Ahlussunnah Wal jamaah. Jadi harus sama-sama bergandeng tangan untuk memagar hal tersebut," pungkasnya.


Daerah Terbaru