Dalam Silatnas FKUB, Menag Ajak Jadikan Rumah Ibadah sebagai Rumah Kemanusiaan
Rabu, 6 Agustus 2025 | 16:58 WIB
NU Online Jombang,
Menteri Agama RI, KH Nasaruddin Umar, mengibaratkan agama layaknya nuklir, memiliki potensi besar untuk membawa manfaat, namun juga bisa menjadi kekuatan destruktif jika disalahgunakan. Pernyataan ini ia sampaikan saat membuka Silaturahim Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Lembaga Keagamaan se-Indonesia di Serpong, Tangerang, Banten, Rabu (6/8/2025).
Menurut Menag, sebagaimana nuklir dapat menjadi sumber energi pembangkit listrik paling efisien dan murah, agama pun memiliki daya luar biasa dalam membangun peradaban.
“Nuklir sangat berjasa. Listriknya murah dan menjadi sumber energi alternatif yang dipilih banyak negara,” ujarnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa di balik manfaatnya, nuklir menyimpan potensi kerusakan besar jika disalahgunakan. Hal yang sama berlaku bagi agama.
“Sebagaimana nuklir bisa menjadi bom pemusnah massal, agama juga bisa menjadi alat penghancur jika disalahpahami dan disalahgunakan,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Karena itu, Menag mengajak seluruh peserta Silatnas FKUB untuk menjadikan agama, serta rumah-rumah ibadah, bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual, tetapi juga sebagai “rumah kemanusiaan,” ruang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
“Mari kita jadikan rumah ibadah sebagai rumah kemanusiaan. Kemanusiaan itu tunggal, tak berwarna,” tegasnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Dalam pandangan Menag, semangat kemanusiaan seharusnya menjadi titik temu yang menyatukan semua umat beragama, dengan mengedepankan identitas bersama sebagai sesama manusia, warga bangsa, dan makhluk ciptaan Tuhan.
“Yang diperlukan saat ini adalah kesadaran bahwa kita semua anak bangsa, anak manusia, keturunan Nabi Adam, dan bagian dari peradaban maritim yang lahir dari sejarah panjang,” ujarnya penuh semangat.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin menekankan bahwa kedalaman pemahaman seseorang terhadap agamanya justru tercermin dari kemampuannya membangun harmoni dan menemukan titik persamaan antarumat beragama.
“Kalau umat kita masih sibuk menonjolkan perbedaan, itu tanda bahwa pemahamannya terhadap agama masih dangkal,” kata Rais Syuriyah PBNU itu.
Ia juga mengingatkan bahwa esensi keberagamaan tidak ditentukan oleh atribut lahiriah semata, tetapi oleh perilaku, tutur kata, dan kebijaksanaan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Kita bisa menilai dari bahasa tubuh, tutur kata, kebajikan, dan kearifan seseorang,” pungkasnya.
Silaturahim Nasional FKUB ini diikuti oleh perwakilan lembaga keagamaan dari seluruh provinsi di Indonesia. Hadir pula dalam acara pembukaan, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin, sejumlah pejabat eselon Kemenag, serta utusan dari berbagai kementerian.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND