Kisah Mbah Suro: Sosok Lelaki Sepuh di Balik Kelahiran Bung Karno di Jombang
Jumat, 13 Juni 2025 | 10:00 WIB

Roso Daras, Sejarawan dan penulis buku Bung Karno saat mengunjungi rumah kelahiran Bung Karno di Desa Rejoagung, Ploso, Jombang, tahun 2024 lalu. (Foto: Kevin Nizar)
NU Online Jombang,
Misteri mengenai siapa sosok yang menyambut kelahiran Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno atau Bung Karno, kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan pegiat sejarah.
Sejarawan nasional Roso Daras mengangkat kembali kisah tentang seorang lelaki sepuh yang disebut-sebut menjadi saksi sekaligus orang pertama yang menyentuh Bung Karno saat dilahirkan.
Dalam otobiografi Penyambung Lidah Rakjat karya Cindy Adams, yang memuat kisah langsung dari Bung Karno, disebutkan bahwa saat Bung Karno lahir, keluarganya berada dalam kondisi sangat sederhana hingga tak mampu memanggil dukun bayi.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Satu-satunya orang yang membantu proses kelahiran tersebut adalah “seorang kakek yang sudah sangat tua” yang menjadi saksi awal kehidupan sang proklamator.
Roso Daras menyebut, sosok ini penting untuk ditelusuri karena bisa menjadi kunci dalam memastikan kembali tempat dan waktu kelahiran Bung Karno yang masih sering diperdebatkan.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Ada jejak sejarah lokal yang perlu digali lebih dalam, karena ini bukan sekadar soal tempat lahir, tapi juga tentang akar spiritual dan sosial Bung Karno,” ujarnya dalam keterangan yang diterima pada Kamis (12/6/2025).
Baru-baru ini, pegiat sejarah dari Jombang mengklaim telah menemukan foto sosok tua tersebut yang diyakini sebagai Mbah Suro atau Kek Suro, sosok yang disebut dalam tradisi lisan keluarga sebagai orang yang menggendong Bung Karno sesaat setelah dilahirkan.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Mbah Suro, menurut keterangan dari pengurus Situs Persada Soekarno Wates, Kediri, adalah sahabat keluarga besar ayah angkat Bung Karno, RM Soerati Soemosewojo alias Den Mas Mendung. Lebih dari itu, Mbah Suro juga diketahui pernah menjadi penasihat spiritual Bung Karno saat menjalankan pemerintahan di Yogyakarta pada periode 1946-1949.
“Beliau bukan tokoh biasa. Selain menjadi saksi kelahiran, Mbah Suro punya hubungan spiritual yang cukup kuat dengan Bung Karno,” terang Kushartono, salah satu pengurus situs tersebut.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Keberadaan foto Mbah Suro terungkap dari koleksi keluarga Sulisyono Imam Jayaharja, yang menyimpan potret langka tokoh-tokoh lokal Kabuh, Jombang, tahun 1925. Dalam foto itu, tampak beberapa tokoh seperti Buyut Haji Ilyas, Raden Djamilun, serta Mbah Suro sendiri. Foto tersebut diambil oleh Moch. Ikhwan, cucu dari Buyut Ilyas yang saat itu bekerja di Kantor Bea Cukai era kolonial Hindia Belanda.
“Foto itu merupakan dokumentasi keluarga kami. Mbah Suro adalah sahabat dekat dari buyut kami, sekaligus figur spiritual penting di wilayah ini,” ungkap Sulisyono.
Lini keturunan keluarga yang terkait dengan Mbah Suro juga menunjukkan keterhubungan dengan tokoh-tokoh tarekat dan pemerintahan desa setempat pada masa itu. Bahkan, disebutkan bahwa guru spiritual Mbah Suro, yang dikenal dengan nama Mbah Bau Pumpungan, juga menjadi pembimbing spiritual bagi Bung Karno dan tokoh-tokoh penting lainnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Jejak sejarah ini memperkuat narasi alternatif bahwa Bung Karno dilahirkan di Ploso, Jombang, pada 6 Juni 1902. Selain dokumentasi tertulis, cerita turun-temurun dan bukti visual seperti foto-foto tua menjadi pelengkap penting dalam merangkai ulang kisah kelahiran sang proklamator dari sudut pandang akar budaya lokal.
“Ini bukan sekadar menelusuri tempat lahir, tapi menghidupkan kembali koneksi sejarah lokal yang selama ini tenggelam oleh narasi resmi,” tutup Roso Daras.
Penulis: Kevin Nizar
ADVERTISEMENT BY ANYMIND