• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 28 Maret 2024

Opini

Eksistensi Kiai Kampung

Eksistensi Kiai Kampung
Ustadz H. Machsun Shohib. (Foto: NU Jombang Online/Nabila Rahma Zalia)
Ustadz H. Machsun Shohib. (Foto: NU Jombang Online/Nabila Rahma Zalia)

Berpenampilan sederhana, namun tetap berwibawa. Beliau, sosok alim ulama yang jauh dari kesan hidup mewah, mencari nafkah sebagaimana masyarakat pada umumnya. Berpengetahuan agama luas, yang aktivitas keseharian diisi untuk mengajar para santri di madrasah maupun di kampung. Tak pernah beliau meminta belas kasihan kepada orang lain, hari-hari dijalani dengan penuh semangat disertai keikhlasan hati tanpa mengharap balasan apapun.

Ya, inilah sosok Ustadz H. Machsun Shohib. Beliau merupakan sesepuh yang sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat. Beliau bertempat tinggal di desa Cukir, tepatnya di Jl. Raya Kediri No. 2-3 Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Beliau orang yang sangat zuhud dan sangat kharismatik, penuh keikhlasan dan kesabaran dalam membentuk moral masyarakat, baik dalam bidang sosial maupun keagamaan. Dengan kedalaman ilmu dan kebijaksanaan beliau, terbukti mampu menggugah kesadaran dan menciptakan keharmonisan dalam masyarakat.

Di mata masyarakat, beliau memiliki posisi yang sangat strategis. Beliau selalu memberikan pengetahuan islam kepada penduduk kampung, disisi lain juga sebagai tauladan bagi siapa saja masyarakat yang bergantung. Beliau sangat diyakini oleh masyarakat, sebagai sosok yang telah dikaruniai berkah, karena memiliki keutamaan dan juga kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Dengan usia yang sudah tidak muda lagi, tenaga yang sudah tidak seperti dulu lagi, namun Ustadz Machsun masih tetap dengan semangatnya melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaaan  dalam masyarakat, Seperti memimpin tahlilan di kampung, atau pun memimpin shalat berjamaah baik di mushalla/masjid. Sekilas bagi masyarakat yang melihat dari tampilan sederhana beliau, mungkin mereka tidak akan menyangka kalau Ustadz Machsun sebenarnya memilki banyak sekali peran dan jasa jasa yang sangat berharga bagi kehidupan masyarakat.

Dalam perkembangan Yayasan Perguruan Mu’allimat dan Pondok Pesantren Walisongo Cukir, yang didirikan oleh KH. Adlan Ali, Ustadz Machsun juga turut ikut serta dalam pengembangan Yayasan dan juga memiliki peran yang sangat penting. Beliau merupakan orang pertama yang diserahi untuk mengurus wakaf dari KH. Adlan Ali. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, beliau melaksanakan amanah tersebut. Dibantu dengan dukungan dari masyarakat waktu itu.

Beliau, Ustadz Machsun yang keseharian diisi untuk mengajar santri santri di MAPM (Madrasah Aliyah Perguruan Mu’allimat) Cukir. Beliau menjadi pengajar agama tepatnya pada mata pelajaran Nahwu dan Ilmu Fiqih. Meski usia sudah sepuh, Ustadz Machsun selalu gigih dan bersemangat. Setiap hari beliau berangkat ke madrasah dengan berjalan kaki. Sepulang mengajar dari madrasah, beliau pun masih sanggup mengajar ngaji dan membaca kitab kitab kuning kepada para santri walisongo, mulai dari jam 4 sore hingga menjelang maghrib.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh Ustadz Machsun terbilang sangat efektif. Santri diwajibkan menguasai cara pembacaan kitab dan terjemahannya secara tepat, dan hanya boleh menerima tambahan pelajaran kalau memang sudah benar benar mendalaminya. Hal ini tentunya membutuhkan kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari santri santri

Selain itu beliau juga mengajar ngaji untuk anak anak di kampung. sosok yang luar biasa sekaligus pejuang nyata bagi kehidupan dan kemajuan masyarakat. Selama belasan tahun menjadi guru mengaji, beliau tak pernah mengharap imbalan apapun, karena beliau menyadari bahwa semua itu tidak semata untuk tujuan mengejar materi, popularitas dan dikenal banyak orang. Mengajar juga tidak sekedar memberi soal kemudian menilainya, tapi harus dibarengi dengan contoh dan keteladanan.

“Memang banyak sekali perbedaan antara anak anak zaman dulu dengan saat ini, terkadang kalau saatnya jam ngaji, ada saja anak yang tidak konsen dan kurang serius saat mengaji. Memang sekarang ini zaman HP, akhlak dan moral pun sedikit demi sedikit mulai luntur, sopan santun terhadap yang lebih tua pun mulai pudar," ujar stadz Machsun (26/4/2020).

Tapi, semua itu tak menyurutkan semangat dari diri Ustadz Machsun. Beliau tetap mendidik mereka dengan penuh ketekunan. Agar mereka semua memiliki masa depan yang baik dan hidupnya tetap terarah. 

Sebagian waktu yang seharusnya untuk mengumpulkan uang memenuhi kebutuhan keluarga, Ustadz Machsun malah disibukkan untuk memikirkan masyarakat. Rela berkorban harta dan waktu untuk kemajuan agama. Dalam setiap kegiatan, dapat kita lihat masyarakat selalu mengikut sertakan Ustadz Machsun dalam setiap urusan, ikut serta dalam bermusyawarah, bahkan dalam mengambil setiap keputusan pun, masyarakat selalu datang kepada beliau, untuk sekedar meminta pendapat dan juga saran. karena mereka yakin bahwa beliau memiliki keahlian juga berwawasan agama luas yang akan membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat.

Dengan semangat dan kepedulian sosialnya, tak jarang Ustadz Machsun mengadakan pengajian rutinan untuk masyarakat setempat. Beliau selalu istikamah menemani masyarakat. Semua beliau lakukan semata semata ikhlas untuk kehidupan masyarakat agar selalu ke jalan yang benar. Tanpa mengharap bayaran/gaji, bukan ingin mencari popularitas dan ketenaran, yang terpenting adalah keberkahannya dan keikhlasannya dalam membimbing masyarakat.

Dalam surat Yasin ayat 21, artinya “ikutilah orang yang tiada meminta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang orang yang mendapat petunjuk” sangatlah tepat dengan sikap dan akhlak dari Ustadz Machsun. Yang maksud dari ayat tersebut adalah ikutilah yang mengajak kepada kebaikan, sedang dia tidak menginginkan harta dan upah dari apa yang mereka kerjakan, kecuali semata mata hanya untuk mengharapkan ridha dari Allah SWT. di samping tidak mengharap dunia, dia juga berada di atas kebenaran.

Penulis: Nabila Rahma Zalia, juara 2 lomba Menulis Feature PC LTNNU Jombang


Editor:

Opini Terbaru