NU Online

Sejarah Poliklinik NU Jombang yang Didirikan Hanya dalam 2 Minggu, Diresmikan pada 1355 H

Senin, 7 Juli 2025 | 14:00 WIB

Sejarah Poliklinik NU Jombang yang Didirikan Hanya dalam 2 Minggu, Diresmikan pada 1355 H

KH Abdul Wahab Chasbullah, salah satu muassis NU yang mendorong berdirinya Poliklinik NU Jombang. (Foto: NU Online

Nahdlatul Ulama sebenarnya menaruh perhatian tersendiri atas pelayanan kesehatan beberapa tahun setelah berdiri. Namun, perhatian itu tertunda karena NU memiliki prioritas yang harus segera diselesaikan, yaitu masalah-masalah diniyah yang menjadi persoalan keseharian umat. 


Tak heran, dalam muktamar-muktamar awal, keputusan-keputusan NU tidak menyinggung perlunya layanan kesehatan yang dilaksanakan cabang-cabang. Namun, saat Muktamar Ke-11 di Banjarmasin pada 1936, utusan NU Cabang Serang, Banten, melaporkan tentang aktivitas mereka yang memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat umum melalui dua klinik yang beroperasi sejak 2 tahun sebelumnya. Artinya dua klinik itu berdiri sejak 1934. 


Sayang, klinik itu terpaksa berhenti memberikan pelayanan kesehatan karena dokter yang mengelolanya, Zainal Moechtarom, dipindahtugaskan ke Borneo. Zainal adalah dokter pemerintah yang saat itu bertugas di Serang. Sedangkan dokter pengganti Zainal tidak bisa dimanfaatkan jasanya.  


Setelah itu, tak ada kabar lagi tentang NU Cabang Serang mengupayakan kembali pelayanan kesehatan. Namun, pada tahun yang sama, 1936, NU Cabang Jombang, Jawa Timur, dikabarkan mendirikan poliklinik. Informasi itu didokumentasikan Berita Nahdlatoel Oelama edisi 1 Juni 1936 (hlm. 15) pada berita berjudul “NO Tjabang Djombang Beroesaha Mendirikan Moestasjfa (Polikliniek).”


Menurut BNO, poliklinik itu dimulai dengan sebuah pertemuan yang dihadiri KH Wahab Chasbullah pada malam tanggal 23 Muharam 1355 H. Pada kesempatan itu, Kiai Wahab menyampaikan pidato tentang pentingnya bekerja sungguh-sungguh untuk mewujudkan cita-cita, sebagaimana diungkapkan media tersebut: 


“Maka atas pendapatan toean terseboet, tentang maksoed apa sadja tidak akan tertjapai bilamana tidak soeka menggoenakan sendjata kita jang soedah terkandoeng dalam sanoebari kita selama-lamanja: ialah sendjata dan kapitaal soeka bekerdja dengan soenggoeh-soenggoeh2.” 


Menurut BNO, apa yang dikatakan Kiai Wahab sepertinya menyerap ke dalam alam pikiran para kiai dan pengurus NU Jombang. Selepas pidato Kiai Wahab itu, mereka membentuk kepanitiaan membangun poliklinik dengan susunan sebagai berikut: 

 
  1. H. Asj’ari (vorrzitter)
  2. M. Mashari (vice voorzitter)
  3. Noersjams (penningmeester)
  4. M. Madchan (adj. penningmeester)
  5. H. Abdoelkadir (secretaris)
  6. M. Sjarif (adj. secretaris)
  7. KH Bisri (commissaris)
  8. H. Mahfoed (commissaris)
  9. H. Hasjim (commissaris)
  10. M.A. Bakri (commissaris)
  11. KH Abdoelwahab (adviseur)
  12. Toean Dokter Angka (adviseur).


Selesai dalam Dua Minggu 
Setelah kepanitiaan terbentuk, menurut BNO, para pengurus NU Jombang tidak termangu-mangu di beranda rumah masing-masing, tapi melaksanakan sesuai tugasnya. BNO menggambarkan demikian:


“Dari hal pengobatan diterima oleh Toean Dokter Angka, dan hal pekerdjaan jang lain2 akan dikerdjakan oleh anggauta jang lain.”


Dokter Angka yang disebut BNO diabadikan dalam buku Berangkat dari Pesantren dan Guruku Orang-orang dari Pesantren karya KH Saifuddin Zuhri. 


Pada dua buku diceritakan bahwa suatu ketika pada 1947, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari mendengar kabar Sekutu merangsek dan menguasai Malang. Mendengar kabar tersebut, Rais Akbar NU yang berusia 76 tahun itu mendadak pingsan setelah mengucap “masya Allah, masya Allah.”


Kemudian para pembantu KH Hasyim memanggil Dokter Angka, dokter Poliklinik NU Jombang yang berdiri pada 1936.

 

Hal yang cukup menarik, BNO memberitakan tentang proses mewujudkan poliklinik tersebut, yaitu para pengurus NU Jombang hanya membutuhkan waktu 2 minggu. 


“Dalam tempo 15 hari sahadja, roemah dan alat jang digoenakan Polikliniek N.O. tertjapailah dengan lengkap.”


Mungkin kelengkapan poliklinik pada masa itu tidak bisa dibandingkan dengan saat ini. Namun, kekompakan dan segala daya upaya serta keberhasilan para pengurus NU Jombang dalam mewujudkan cita-cita mereka layak untuk diteladani para pengurus NU saat ini. 


Baca artikel ini selengkapnya di NU Online di sini.