Rekam Jejak Mbah Wahab Dirikan NU dan Pengembaraannya Menimba Ilmu
Senin, 9 September 2024 | 19:42 WIB
NU Online Jombang,
Sosok KH Abdul Wahab Chasbullah masih menjadi inspirasi banyak kalangan hingga sekarang. Ini lantaran kiprah dan perjuangannya yang begitu besar untuk berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang jamaahnya lebih dari setengah penduduk Indonesia secara keseluruhan.
Nahdlatul Ulama artinya kebangkitan para ulama. NU didirikan di Surabaya, Jawa Timur tepatnya di jalan Babatan VI pada tanggal 31 Januari 1926 M. NU didirikan oleh KH M Hasyim Asy'ari dan beberapa ulama yang lain. Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan motor penggerak adalah KH Abdul Wahab Chabullah.
“KH Abdul Wahab Chasbullah adalah seorang ulama, Pahlawan Nasional, penggerak sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama,” ucap Muhammad Saifud, salah satu penjaga makam dan sekaligus juru kunci Makam Mbah Wahab, masih dalam pekan ini.
Dalam rapat para pengagas yang dilakukan di Ketropaten Surabaya, muncul nama Nahdlatul Ulama. Sebagaimana nama-nama organisasi besar pada umumnya, nama Nahdlatul Ulama juga lahir dari pemikiran dan proses perdebatan yang intensif.
Nama itu bermula dari bertemunya para kiai terkemuka pada 31 Januari 1926. KH Abdul Hamid dari Sedayu Gresik kemudian mengusulkan nama Nuhudlul Ulama disertai penjelasan bahwa para ulama mulai bersiap-siap akan bangkit melalui perwadahan formal tersebut.
Pendapat ini disambut oleh KH Mas Alwi bin Abdul Aziz dengan sebuah sanggahan. Menurutnya, kebangkitan bukan lagi mulai atau akan bangkit untuk dirinya sendiri. Melainkan, kebangkitan itu sudah berlangsung sejak lama. Hanya saja, kata Kiai Mas Alwi, kebangkitan atau pergerakan ulama kala itu memang belum terorganisasi secara rapi.
Lewat argumentasi itu, Kiai Mas Alwi mengajukan usul agar jamiyah ulama itu diberi nama Nahdlatul Ulama (kebangkitan ulama), yang pengertiannya lebih condong pada gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau, gerakan bersama-sama yang terorganisasi.
Mbah Wahab, selain penggerak dan pendiri NU, ia juga adalah ulama yang memiliki rekam jejak pengembaraan yang panjang dalam menimba ilmu agama. Bahkan ini dilakukan sedari masih remaja. Kekayaan pengetahuan inilah yang menjadi bagian dari penunjang gagasan Mbah Wahab dalam pendirian NU.
KH Abdul Wahab Chasbullah pernah mendalami ilmu di Pondok Pesantren Langitan, Tuban. Dia berguru kepada KH Sholeh dari umur 15 sampai 17 tahun. Kemudian, berguru di Pesantren Nganjuk yaitu Pesantren Mojosari di bawah pimpinan KH Zainuddin menantu KH Sholeh, sepenuhnya belajar di Pesantren Cepaka. Lalu mondok lagi di Pesantren Tawang Sari, Kecamatan Sepanjang selama satu tahun.
"Sesudah itu beliau melanjutkan di Pesantren Tebuireng dan menjadi salah satu murid utama KH Hasyim Asy'ari. Selanjutnya, Mbah Wahab mukim ke Makkah pada usia 23 tahun, dan pulang pada usia 28 tahun," terang Masrukhan, penjaga makam lainnya.
Penulis: Bayu Dermawan Saputra, Mochammad Fadhillah Tsani
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Akhir Syawal: Merawat Silaturahim dengan Sesama
2
Gus Kikin Kisahkan Sepak Terjang KH Asy’ari, Ayahanda KH Hasyim Asy’ari
3
Ini Desain dan Makna Logo Harlah Ke-75 Fatayat NU, Unduh di Sini
4
Memahami Makna Halal Bihalal menurut Prof Quraish Shihab
5
Indahnya Syawal, Bulan Pernikahan Rasulullah dan Siti Aisyah
6
Halal Bihalal LTN MWCNU Diwek: Pompa Spirit Baru Tingkatkan Literasi dan Komitmen Rampungkan Buku
Terkini
Lihat Semua