Pengajian Rutin Ahad Pon di Kesamben, KH Akad Sujadi Bahas Hakikat Lebaran dan Halal Bihalal
Senin, 7 April 2025 | 10:30 WIB

KH Akad Sujadi, Rais MWCNU Kesamben saat pengajian rutin Ahad Pon di TPQ Al-Ishlah, Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang, pada Ahad (6/4/2025). (Foto: YouTube Al-Ishlah Multimedia Beluk)
Feni Kusumaningrum
Kontributor
NU Online Jombang,
Pengajian rutin Ahad Pon yang diselenggarakan di TPQ Al-Ishlah, Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang, pada Ahad (6/4/2025) berlangsung khidmat. Acara yang dimulai pukul 06.00 WIB diawali dengan istighasah serta menghadirkan KH Akad Sujadi, Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kesamben, sebagai penceramah.
Dalam tausiyahnya, KH Akad Sujadi mengupas tuntas makna hakiki dari Hari Raya Idul Fitri. Ia mengutip dawuh dari seorang ulama besar, Syekh Abu Yazid Al-Bustomi, yang menyatakan bahwa esensi lebaran bukanlah semata-mata memiliki pakaian baru.
“Hari raya bukanlah (sekadar) milik orang yang berbaju baru. Jika tidak mampu membeli baju baru, jangan bersedih. Sunah Nabi menganjurkan memakai pakaian terbaik, meskipun pakaian lama yang disukai," jelas KH Akad Sujadi.
Lebih lanjut, kiai asal Jombang ini menekankan bahwa yang disebut dengan "riyoyo" (berhari raya) sesungguhnya adalah orang yang ketaatannya kepada Allah swt makin meningkat setelah melewati bulan Ramadhan. Ia mengingatkan jamaah untuk tidak menjadi "budaknya Ramadhan" yang hanya beribadah secara intens di bulan suci tersebut, namun melupakan ibadah di bulan-bulan lainnya.
“Orang yang benar-benar berhari raya adalah mereka yang keluar dari bulan Ramadhan dengan membawa ampunan dosa dari Allah swt. Hadits Nabi Muhammad saw menjelaskan tentang tiga fasilitas utama yang diberikan kepada umatnya di bulan Ramadhan, yaitu ampunan dosa bagi yang berpuasa dan melaksanakan qiyamullail dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, serta keutamaan malam Lailatul Qadar,” imbuhnya.
Di bagian akhir tausiyahnya, KH Akad Sujadi menyoroti pentingnya halalbihalal, terutama dalam konteks hubungan antarsesama manusia. Ia juga mengisahkan sejarah munculnya tradisi halal Bihalal di Indonesia yang diprakarsai oleh KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai upaya untuk merukunkan kembali para tokoh bangsa setelah kemerdekaan.
“Barang siapa memiliki perbuatan buruk dan pernah menzalimi saudaranya, baik karena kehormatannya maupun hal lain, maka wajib saling menghalalkan pada hari ini," tegasnya.
KH Akad Sujadi mengingatkan jamaah tentang bahaya tidak menyelesaikan urusan dengan sesama di dunia, karena di akhirat nanti, pahala ibadah seseorang bisa diambil untuk membayar kezaliman yang pernah diperbuatnya. Ia juga menekankan pentingnya keikhlasan dalam meminta dan memberi maaf.
Pengajian rutin Ahad Pon ini dihadiri oleh sejumlah besar jamaah dari Jombok dan sekitarnya. Acara berlangsung dengan lancar dan diakhiri dengan doa serta makan bersama. Diharapkan, tausiyah yang disampaikan KH Akad Sujadi dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna Idul Fitri dan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah swt dan sesama manusia.
Terpopuler
1
Apakah Tetap Wajib Shalat Jumat Jika Paginya Shalat Id? Ini Penjelasannya
2
Bacaan Takbir Idul Adha Lengkap, Beserta Latin dan Terjemahannya
3
Khutbah Idul Adha: Meneladani Kesalehan dan Keteguhan Keluarga Nabi Ibrahim
4
Jadwal dan Link Live Streaming Timnas Indonesia Vs China
5
Bertepatan Hari Kamis, Pahala Puasa Arafah Jadi Berkali-kali Lipat
6
Berkurban untuk Tidak Korupsi
Terkini
Lihat Semua