• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Daerah

Meneladani Kiprah Mbah Hasyim melalui Bedah Buku 'Berguru ke Sang Kiai'

Meneladani Kiprah Mbah Hasyim melalui Bedah Buku 'Berguru ke Sang Kiai'
Pelajar di Jombang Belajar Kiprah KH M Hasyim Asy'ari melalui Bedah Buku. (Foto: Istimewa)
Pelajar di Jombang Belajar Kiprah KH M Hasyim Asy'ari melalui Bedah Buku. (Foto: Istimewa)

NU Online Jombang, 
SMA Primaganda Bulurejo menggelar bedah buku Berguru Ke Sang Kiai: Pemikiran dan Perjuangan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, Sabtu (13/11/2021). Acara digelar memperingati Hari Santri dan Bulan Bahasa dengan menghadirkan Mukani, penulis buku. Kegiatan di halaman sekolah ini dihadiri ratusan peserta. Termasuk utusan dari sekolah-sekolah sekitar. 


Ketua panitia Muhammad Afsada Yuslih menjelaskan bahwa kegiatan ini juga digelar menyambut Hari Pahlawan. “Dengan kegiatan ini, diharapkan generasi milenial bisa memahami makna pahlawan di era digital seperti sekarang,” ujarnya. 


Kepala Sekolah, Ulfu Henikningtyas menyambut positif kegiatan ini. “Semuanya disiapkan oleh panitia dari siswa, mulai perlengkapan acara hingga mencari pemateri,” jelasnya. Dirinya berharap agar motivasi yang diberikan oleh pemateri yang hadir mampu menggerakkan tradisi literasi di sekolahnya. 

 


Saat pemaparan materi, Mukani memaparkan bukunya yang diterbitkan Kalimedia Yogyakarta tahun 2016 lalu. “Tahun 2021 ini sudah cetak yang kedua kalinya, berawal dari tesis saya tahun 2005 silam di IAIN Sunan Ampel Surabaya,” kata pengurus LTN PWNU Jawa Timur ini.


Pria yang juga dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk ini menuturkan bahwa banyak pelajaran dari kisah perjuangan Kiai Hasyim. “Di samping tentunya berbagai pemikiran beliau dalam pendidikan yang dibahas dalam buku ini,” ujarnya.


Buku Berguru Ke Sang Kiai, lanjutnya, disusun dari hasil penelitiannya lewat studi literer. Dengan membaca 23 karya Kiai Hasyim sebagai referensi primernya. “Itu belum ditambah dengan berbagai sumber sekunder dan tersier, baik jurnal, kamus, artikel, wawancara maupun ensiklopedi,” imbuhnya.

 


Kiai Hasyim, jelasnya, adalah sosok lengkap. Ini karena tidak hanya menguasai ajaran Islam dengan sangat baik (‘alim). Namun juga mampu mencintai tanah air dan bangsanya dengan sepenuh jiwa (wathani). “Dikeluarkannya fatwa resolusi jihad adalah bukti nyata bagaimana Kiai Hasyim mencintai Indonesia, tidak heran jika beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional,” ujarnya.


Itu belum ditambah dengan usahanya untuk mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama. “Sejak berdiri 1926, NU berjuang menuntut Indonesia merdeka, dengan berbagai aksi nyatanya,” imbuhnya. Tidak heran jika Islam model NU dianggap paling cocok untuk rakyat Indonesia. “Bahkan sekarang NU menjelma sebagai ormas Islam terbesar di dunia, tidak hanya di negeri ini,” ucapnya.


Dosen STIT Urwatul Wutsqo Jombang ini juga mengapresiasi Kiai Hasyim saat mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899. Dengan mendirikan pesantren, Kiai Hasyim bersiap menyiapkan kader yang akan mengisi Indonesia setelah merdeka. “Dan ini terbukti bahwa alumni pesantren sekarang tidak hanya jadi kiai, namun kebermanfaatannya sangat dirasakan bagi kemajuan bangsa ini,” bebernya.


Salah satu hal menarik dari sosok Kiai Hasyim, menurut Mukani, adalah kemampuannya untuk menulis. “Sudah ada lebih dari 23 karya risalah dan kitab yang ditulis beliau, dan semuanya berbahasa Arab,” ujarnya. Karya-karya itu, biasanya memang tidak tebal. Namun menjadi jawaban solutif dari berbagai permasalahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya. “Dari peristiwa yang ada, Kiai Hasyim kemudian menuangkan jawabannya ke dalam satu tulisan,” ujarnya. 


Tradisi menulis ini menjadi keniscayaan di era modern sekarang ini. Terutama bagi generasi milenial yang otomatis dikepung kecanggihan teknologi dan informasi. “Generasi sekarang harus melek literasi, baik membaca maupun menulis, karena itu kunci untuk meraih ilmu di era digital saat ini,” ujarnya. 


Pada kesempatan itu, Mukani juga mengajak para peserta menulis buku. Teknisnya nanti bisa dikoordinir oleh pihak SMA Primaganda. Dirinya siap menerbitkan buku antologi lewat Griya Pustaka Kayangan yang dikelolanya. “Itu wujud komitmen saya mendorong tradisi literasi di dunia pesantren, semuanya saya gratiskan” ujarnya.


Pria yang juga guru di SMAN 1 Jombang ini menjelaskan bahwa menerbitkan buku di kalangan santri bukan hal yang sulit. Asal ada komitmen kuat untuk menulisnya. “Perkara teknis seperti lay out, desain cover, ISBN dan lainnya, biar itu urusan penerbit,” paparnya.


Dia menjelaskan bahwa menulis adalah profesi mulia. Banyak ulama hebat zaman dahulu yang namanya tetap harum hingga sekarang. Itu semua karena mereka meninggalkan karya. “Dengan begitu, kita akan tahu pemikiran-pemikiran beliau yang perlu kita pegangi,” ujarnya.


Menulis baginya juga menjadi salah upaya untuk menggerakkan peradaban. Terutama di dunia pesantren. “Kita tidak bisa membayangkan seandainya Al-Qur'an tidak ditulis dan dibukukan oleh para sahabat, kita yang sekarang akan jadi apa,” pungkasnya.


Kegiatan ini ditutup dengan pemberian hadiah kepada para peserta yang mengajukan pertanyaan. Termasuk buku yang dibedah kepada pengurus yayasan, kepala sekolah dan penanya terbaik, 
SMA Primaganda adalah lembaga di bawah naungan Yayasan KH M Yaqub Husein. Lokasinya berada di lingkungan Pondok Pesantren Urwatul Wutsqo Bulurejo Kecamatan Diwek. Sekolah ini berdiri sejak 2004. Prodi yang ada memang dikhususkan IPA.


Editor: Ahmad 


Daerah Terbaru