• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 28 Maret 2024

Daerah

Kelas Literasi, Cara SMP Islam Al Madinah Didik Muridnya Jadi Jurnalis

Kelas Literasi, Cara SMP Islam Al Madinah Didik Muridnya Jadi Jurnalis
Peserta didik SMP Islam Al Madinah Tambakrejo, Kabupaten Jombang saat mengikuti Kelas Literasi. (Foto: NU Jombang Online/Suci)
Peserta didik SMP Islam Al Madinah Tambakrejo, Kabupaten Jombang saat mengikuti Kelas Literasi. (Foto: NU Jombang Online/Suci)

NU Jombang Online, 
Setiap peserta didik memiliki impian yang beragam, termasuk menjadi jurnalis. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Al Madinah Desa Tambakrejo, Kecamatan/Kabupaten Jombang di bawah naungan Yayasan Pendidikan Sosial Nahdatul Ulama (YPSNU) Al Madinah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti kelas literasi, Sabtu (24/4) pagi, di aula SMP setempat.

Kelas literasi ini digelar sebagai wadah bakat minat siswa pada bidang kepenulisan. Pada kesempatan yang istimewa, peserta kelas literasi berkesempatan belajar langsung dari wartawan Jawa Pos Radar Jombang, Rojiful Mamduh.

Pada kesempatan tersebut, Rojif menjelaskan tentang pentingnya menulis, cara jitu jadi jurnalis serta tips agar yang ditulis menjadi tulisan yang baik. Selain itu, peserta kelas literasi diajak langsung praktik menuliskan berita dan memberikan contoh tulisan yang sudah terpublikasi di koran.

Rojif mengungkapkan, budaya kepenulisan atau literasi sangat penting dimiliki oleh generasi saat ini. Ada banyak tokoh dan pemuka agama terdahulu yang bisa dijadikan teladan untuk anak-anak bangsa sekarang, salah satunya Imam Ghozali 

"Imam Ghozali, ulama kelahiran tahun 1058 telah banyak menuliskan kitab yang karyanya masih dapat kita baca sampai sekarang, di antaranya Ihya Ulumuddin, Minhajul Abidn, Bidayatul Hidayah, dan lain-lain. Selama kitab yang beliau tulis dibaca oleh orang lain, maka pahalanya akan mengalir meskipun Imam Ghozali sudah wafat," katanya.

Rojiful menambahkan, cara menulis harus dimulai dari hal yang kecil, misalnya dengan menuliskan peristiwa yang ada di sekitar. “Jika ingin jadi jurnalis, langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah menulis apa yang ada disekitar dengan memperhatikan 4W meliputi what, when, where, who," imbuhnya.

Ia kemudian memberikan cara jitu jadi jurnalis, yakni. Pertama, menuliskan hal atau peristiwa yang langsung disaksikan oleh penulis. Misalnya, saat guru di dalam kelas menjelaskan tentang trik cepat menghitung rumus matematika. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan sekaligus menganalisis 4W.

Kedua, menuliskan atau mendeskripsikan menjadi sebuah informasi yang mudah dipahami oleh pembaca melalui data-data yang sudah dikumpulkan. Agar data-data tersebut mudah diingat, hendaknya terlebih dahulu menuliskan poin-poin penting di buku catatan.

Ketiga, mengoreksi hasil tulisan. Rojif menceritakan sebuah kisah penulis di Jepang yang selalu mengoreksikan tulisannya kepada sopir pribadinya, karena tulisan yang baik adalah yang bisa dipahami oleh pembaca tanpa melihat status pendidikan.

"Korektor yang tebaik untuk tulisan kita adalah orang lain. Oleh karena itu korektor dibutuhkan agar tulisan kita lebih pas dibaca oleh pembaca," ungkapnya.

Sementara itu, Abdul Mukhid, Kepala SMP Islam Al Madinah, mengapresiasi kelas literasi ini. Pasalnya, untuk membentuk kader jurnalis yang profesional dibutuhkan latihan yang kontinu.

"Karenanya, kegiatan ni akan terus berlanjut hingga siswa-siswi SMP Islam Al Madinah menghasilkan banyak karya yang bermanfaat bagi pembaca," tuturnya.

Kontributor: Suci Aristanti
Editor: Ahmad


Editor:

Daerah Terbaru