• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Minggu, 28 April 2024

Daerah

HARI SANTRI 2023

Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari: Bapak Umat Islam Indonesia

Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari: Bapak Umat Islam Indonesia
KH Hasyim Asy'ari. (Foto: NU Online)
KH Hasyim Asy'ari. (Foto: NU Online)

NU Online Jombang,

Penulis buku "Pemikiran KH M. Hasyim Asy'ari tentang Ahl as-Sunnah wa al-Jama'ah", H Achmad Muhibbin Zuhri mengungkapkan bahwa Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari adalah tokoh yang memiliki tekad dan komitmen kuat terhadap persatuan umat.

 

"Bahwa beliau Hadratussyekh memiliki komitmen yang sangat kuat pada persatuan umat," kata Kiai Muhibbin pada acara seminar nasional 78 Tahun Resolusi Jihad Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari di Pesantren Tebuireng, pada Sabtu (21/10/2023).

 

Ia menambahkan, pada tahun 1924 sebelum dibentuknya Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari tidak lantas menyetujui pembentukan organisasi tersebut lantaran khawatir hal itu akan memicu perpecahan di kalangan umat Islam akibat pembentukan organisasi keagamaan.

 

"Beliau tidak menghendaki umat Islam ini terpolarisasi yang disebabkan oleh pembentukan organisasi-organisasi agama Islam," paparnya.

 

Hingga kemudian pada tahun 1926, lanjut Kiai Muhibbin, Mbah Hasyim baru memberikan restu untuk membentuk jamiyah perkumpulan ulama yang kemudian dikenal sebagai Nahdlatul Ulama. Hal ini dikarenakan konteks zaman yang memang menuntut akan kehadiran organisasi yang menyatukan para ulama.

 

Kiai yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya tersebut mengatakan, ada dua hal yang mendorong pembentukan organisasi Nahdlatul Ulama pada saat itu. 

 

Pertama, konteks internasional, yaitu dinamika politik dan keagamaan yang terjadi di Hijaz. Kedua, konteks lokal, yakni masifnya gerakan dakwah kaum puritan atau modernis yang dasarnya adalah puritanisme.

 

"Baru di tahun 1926 restu itu diberikan, mengingat konteks yang sangat mendorong untuk hadirnya Nahdlatul Ulama," lanjutnya.

 

Di samping itu, Kiai Muhibbin juga menegaskan bahwa selain melalui pembentukan Nahdlatul Ulama, peran Mbah Hasyim dalam menyatukan umat dapat dilihat ketika Kiai Hasyim menjabat sebagai Penasihat Lajnah Ahli-ahli Hadits Indonesia.

 

"Hadratussyekh sebagai bapak umat Indonesia, bisa dilihat di dalam sebuah episode sejarah, yang mungkin jarang ditulis, beliau itu pernah pada satu fase tahun 1938-1941 menjadi penasihat Lajnah Ahli-ahli Hadits Indonesia," tegasnya.

 

Bertolak pada konteks lokal dengan masifnya gerakan kaum puritan, Kiai Muhibbin menuturkan bahwa pembentukan Lajnah Ahli-ahli Hadits Indonesia adalah sebagai upaya untuk meredam potensi perpecahan umat yang diakibatkan oleh perbedaan pandangan keagamaan antara kelompok pesantren dan kelompok puritan.

 

Peranan Hadratussyekh, lanjut Kiai Muhibbin, bersama Lajnah Ahli-ahli Hadits Indonesia dalam mengurai ketegang sangatlah sentral. Melalui otoritasnya dalam bidang hadits selain memberikan afirmasi kepada kaum pesantren, Mbah Hasyim juga memberikan otokritiknya baik kepada kelompok pesantren maupun kelompok puritan.

 

Keotoritasan Hadratussyekh inilah, tegas Kiai Muhibbin, yang kemudian menjadikan Hadratussyekh KH M. Hasyim Asy'ari sebagai bapak umat Islam Indonesia.

 

Kontributor: Muhammad Rizky Fadillah


Daerah Terbaru