• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 20 April 2024

Daerah

Delta Vs Omicron, Mana yang Lebih Berbahaya? Berikut Ulasannya!

Delta Vs Omicron, Mana yang Lebih Berbahaya? Berikut Ulasannya!
Ilustrasi (NU Online Jombang/Syafi'uddin)
Ilustrasi (NU Online Jombang/Syafi'uddin)

NU Online Jombang,

Saat ini diketahui muncul varian baru Covid19. Omicron yang disebut-sebut sebagai gelombang covid19 yang ketiga ini mulai merebak dan menimbulkan lonjakan angka pasien penderita Covid19. Namun, meski begitu varian Delta ternyata tidak sepenuhnya menghilang.

 

Hal ini disampaikan spesialis Paru Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) Jombang, dr Miftaqul Arifin.

 

Ia menyampaikan, meski saat ini pasien lebih banyak menderita Omicron namun, penderita varian Delta juga masih ada.

 

Dokter yang akrab disapa Arifin itu mengatakan varian delta yang sebelumnya memiliki gejala yang lebih berat seperti, sesak nafas dan kehilangan indera perasa serta penciuman atau anosmia. Sementara gejala yang dirasakan ketika terserang virus varian omicron, lebih ringan. Tidak sampai ada yang gagal nafas atau sesak nafas berlebihan. Anosmia pun jarang ditemukan.

 

Arifin menambahkan, gejala varian omicron tidak jauh berbeda dengan gejala yang dialami saat flu biasa. Seperti sakit kepala, batuk, pilek dan demam. 

 

Karena itu, lanjut dia, ada imbauan jika sedang batuk pilek dan demam dalam tempo yang lama sampai berhari-hari, harus segera melakukan swab atau PCR.

 

"Varian Omicron ini gejalanya tidak jauh berbeda dengan flu biasa. Jadi untuk memastikan harus melakukan swab atau PCR," imbuhnya.

 

Meski tergolong ringan, lanjut Arifin, tetap tidak boleh diremehkan. Varian Omicron memang lebih ringan dibanding dengan varian delta tapi lebih gampang menular.

 

"Protokol kesehatan harus tetap berjalan. Pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta tetap menjaga jarak," katanya.

 

Ketika disinggung tentang pemicu meledaknya jumlah penderita Covid19, dr Arifin belum bisa memastikan.

 

"Saya belum bisa mengatakan apa yang menjadi pemicu lonjakan pasien. Sebab kalau kita melihat situasi, PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat.Red) kan sudah dilonggarkan sejak lama. Namun baru sekarang terjadi lonjakan. Tapi yang jelas, intinya begini, pandemi kan belum berakhir, jadi memang harus tetap dikuatkan menjaga protokol kesehatan," jelasnya.

 

Arifin mengatakan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan pemerintah sudah resmi menyatakan Indonesia sudah masuk gelombang ketiga Covid-19. Jadi, masyarakat harus lebih aware dalam menerapkan protokol kesehatan.

 

"Kalau ada yang terkena flu, meskipun itu flu biasa tapi kan kita nggak tahu pasti. Jadi bukan menjustifikasi orang lain melainkan lebih ke diri sendiri yang menjaga. Harus jaga jarak jangan sampai tertular. Memang sumpek dan sakit kalau pakai masker tapi ya tetap harus dipakai. Minimal pakai masker bedah sesuai standar," paparnya.

 

Perbedaan yang signifikan antara varian Delta dan Omicron belum bisa teruji secara klinis di Kabupaten Jombang. Di Jawa Timur sendiri, kata dia, hanya dapat diketahui secara klinis melalui tes di Surabaya.

 

Di RSNU sendiri, Arifin menambahkan, sejak merebaknya Omicron, sudah ada total 21 orang yang terdaftar sebagai pasien. Rata-rata yang positif covid19 bergejala ringan dan sedang. 

 

"Yang ringan kami perkenankan pulang untuk melakukan isolasi mandiri.  Sementara yang sedang, baru kami rawat. Total yang dirawat saat ini adalah 13 pasien. Tapi Alhamdulillah semua dalam kondisi pemulihan dan terus membaik," ujarnya.

 

Menurut Arifin, untuk saat ini pasien positif covid dengan gejala ringan diperkenankan untuk isolasi mandiri (isoman). 

 

"Pada prinsipnya, virus itu akan bisa sembuh ketika daya tahan tubuhnya bagus. Di RS kita harus memilah dan memilih. Kalau dulu memburuknya cepat. Tapi yang sekarang lebih ringan gejalanya. Jadi bisa melakukan isolasi mandiri agar tidak menularkan ke orang lain," terangnya.

 

Jika masyarakat tidak memiliki tempat isolasi mandiri yang layak, pemerintah kabupaten menyediakan tempat isolasi terpadu (Isoter).

 

"Pemkab biasanya menyediakan tempat bagi warga yang tidak punya tempat layak untuk isoman. Agar terpantau. Jika memburuk bisa segera menghubungi RS. Isolasi itu untuk karantina biar tidak menyebar. Kalau ada sesak ada alat untuk saturasi. Jika saturasi menurun harus segera dibawa ke RS," jelasnya.

 

Arifin mengimbau masyarakat untuk makin memperketat protokol kesehatan. Jika ada situasi yang memaksa harus berjabat tangan, maka segera cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. 

 

"Bahayanya kalau yang diajak berjabat tangan ini tanpa diketahui ternyata terkena virus, akan lebih mudah tertular. Proses penularannya juga lebih cepat. Ini tipikal virusnya (Omicron.Red) semacam itu. Masuknya virus itu lewat mulut, hidung dan mata," pungkasnya.

 

Pewarta : Nur Fitriana


Editor:

Daerah Terbaru