Najis adalah salah satu hal yang harus diperhatikan, apalagi ketika akan melaksanakan shalat. Hal ini disebabkan salah satu syarat shalat adalah suci dari najis, kecuali pada najis-najis yang di-ma’fu (dimaafkan).
Kaitannya najis, hukum menjauhi najis di dalam shalat akan berbeda ketika tidak dalam kondisi shalat. Dalam shalat, mushalli (orang yang melaksanakan shalat) harus menghindarinya, meliputi pakaian, badan, dan tempat. Sedangkan di luar shalat seseorang tidak diharuskan menjauhinya, selama tidak sengaja menyentuhnya (tadhommukh), maka haram jika dilakukan tanpa tujuan yang di benarkan syariat.
Syeikh Zainuddin Al Malibari dalam Fathul Mu'in-nya berkata:
ADVERTISEMENT BY OPTAD
وَلَا يَجِبُ اجْتِنَابُ النَّجِسِ فِيْ غَيْرِ الصَّلَاةِ وَمَحَلُّهُ فِيْ غَيْرِ التَّضَمُّخُ بِهِ فِيْ بَدَنٍ أَوْ ثَوْبٍ فَهُوَ حَرَامٌ بِلَا حَاجَةٍ
Artinya, “Tidak wajib menjauhi najis pada selain shalat. Kecuali sengaja menyentuhkan badan atau pakaian dengan najis, maka haram jika dilakukan tanpa ada tujuan yang dilegalkan syariat”. (Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in, halaman 79).
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Lebih lajut, menurut Syaikh Abdurrohman Bin Muhammad Bin Husein Ba'alawi mengutip dari Sayyid Abdullah Bin Umar Bin Abi Bakr Bin Yahya, keharaman menyentuh barang najis ini berlaku apabila bersamaan dengan adanya basah, baik najis atau tangan yang menyentuhnya.
(مسئلة ى)
تَحْرُمُ مُبَاشَرَةُ النَّجَاسَةِ مَعَ الرُّطُوْبَةِ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَيَجِبُ غَسْلُهَا فَوْرًا بِخِلَافِهِ لِحَاجَةٍ كَالْاِسْتِنْجَاءِ
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Artinya, "Haram hukumnya menyentuh najis bila basah, maka wajib segera membasuhnya. Kecuali apabila ada hajat seperti istinja". (Bughyatul Mustarsyidin, halaman 132).
Baca Juga
Ini Pandangan Ulama Perihal Najis Anjing
Lalu bagaimanakah bila tangan menyentuh najis?
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Tangan yang menyentuh najis bisa menjadi najis apabila keduanya atau salah satunya basah. Namun apabila keduanya kering, maka tangan tidak menjadi najis. Sebagaimana dalam Asybah wan Nadhoir, Imam As Suyuthi berkata:
اَلنَّجِسُ إِذَا لَاقَى شَيْئًا طَاهِرًا وَهُمَا جَافَّانِ لَا يُنَجِّسُهُ
Artinya, “Ketika najis bertemu dengan sesuatu yang suci dalam keadaan keduanya kering, maka najis tersebut tidak memberi dampak najis pada sesuatu yang terkena olehnya.” (As-Suyuthi, Al-Asybah wan Nazha’ir, 432).
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Dengan demikian dapat disimpulkan, tangan yang menyentuh najis dihukumi najis bila tangan atau najis tersebut basah, terlebih bila keduanya basah dan wajib segera menyucikannya kecuali bila ada hajat. Namun bila keduanya kering maka tangan tidak menjadi najis. Wallahu a'lam bishshawab.
*Ditulis oleh Ahmad Faiz, Redaktur Keislaman NU Online Jombang, Pengajar di Pesantren Tarbiyatunnasyiin, Paculgowang, Jombang.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND