Opini

Pentingnya Penguasaan Bahasa Daerah bagi Generasi Muda

Jumat, 23 Mei 2025 | 09:40 WIB

Pentingnya Penguasaan Bahasa Daerah bagi Generasi Muda

Ilustrasi seorang ayah mengajarkan bahasa daerah kepada anaknya. (Foto: Istimewa)

Bahasa adalah sarana komunikasi lisan dan ungkapan perasaan. Bahasa digunakan oleh dua pihak, untuk membahas suatu perkara. Bahasa terkait erat dengan asal mula, perkembangan maupun budaya satu suku bangsa. Bahasa dapat mengalami perkembangan terkait kejayaan suatu suku bangsa. Bahasa dapat pula punah dikarenakan makin sedikit penuturnya.


Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional, terkait erat dengan luasnya wilayah jajahan Inggris. Begitu pula bahasa Spanyol yang banyak digunakan di daerah Meksiko dan Amerika Latin. Bahasa Portugis digunakan di Brazil. Semua terkait erat dengan kolonialisme di masa lalu. Bahasa dapat pula menjadi penting dikuasai, kala suatu bangsa menguasai perekonomian internasional. Seperti bahasa Mandarin yang semakin perlu dikuasai saat ini. 


Bahasa Arab makin luas penggunaannya, hingga di luar Jazirah Arab. Hal ini terjadi sejak penguasa Islam melebarkan kekuasaannya hingga Afrika Utara. Di samping bahasa Arab juga merupakan bahasa Al-Qur'an. Kitab suci umat Islam.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Terdapat pula banyak bahasa yang punah ataupun mendekati kepunahan. Generasi muda yang tidak menguasai bahasa tutur daerahnya, berpotensi menjadikan suatu bahasa menjadi punah. Keengganan ini disebabkan generasi muda lebih tertarik berkomunikasi dengan bahasa lain yang lebih populer, orang tua yang tidak mengajarkan, maupun lebih seringnya menggunakan bahasa persatuan daripada bahasa daerah. Bahasa daerah akan lestari ketika sejak balita, seorang anak sudah dibiasakan berkomunikasi dengan bahasa daerah. Sehingga bahasa daerah menjadi bahasa ibunya.


Bagaimanapun pentingnya penguasaan bahasa internasional (bahasa Inggris, Arab, Mandarin), bahasa daerah tetaplah penting dituturkan dan dilestarikan. Ketidakmampuan mengusai bahasa daerah, mampu membuat seseorang tercerabut dari akar budayanya, dari akar kesejarahannya. Orang jawa mengarahkan, ojo nganti wong jowo ilang jowone.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Bahasa daerah banyak yang memiliki tingkatan berbahasa. Membedakan kata yang digunakan dengan orang sebaya/sederajat dan untuk orang yang lebih tua/lebih terhormat. Dalam bahasa Jawa, terdapat tingkatan bahasa ngoko untuk sepantaran, dan bahasa kromo untuk yang lebih tua dan terhormat. 


Bahasa seperti ini banyak dianggap susah dan tidak praktis bagi generasi muda. Mereka terasa kaku menggunakan bahasa dan pilihan kata yang tepat, ketika berkomunikasi dengan orang tua, guru dan atasannya. Sebenarnya kesulitan ini bukan karena suatu bahasa itu sulit. Kesulitan yang dirasa semata disebabkan kurang biasa menggunakannya. Pepatah Inggris menyatakan, language is custom. Lingkungan pergaulan yang tidak mendukung penggunaan bahasa daerah, menambah kesulitan generasi muda.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Penguasaan bahasa daerah yang bertingkat, membuat penuturnya terbiasa pandai menempatkan diri. Dengan siapa ia berhadapan. Pilihan bahasa seperti apa yang perlu digunakan. Di samping bahasa halus membuat penuturnya terbentuk menjadi pribadi yang santun dan halus budi. Tidak ada ceritanya di Jawa, seseorang marah dan menghina  menggunakan bahasa krama inggil


Penggunaan bahasa daerah juga mampu mengakrabkan penutur yang berasal dari suku yang sama. Apalagi bila sama-sama berada di perantauan. Ikatan kedaerahan tidaklah ditujukan membuat seseorang berwatak primordial dan enggan bersatu dengan suku lainnya. Pelestarian bahasa daerah justru menjadi upaya menjaga kekayaan khazanah budaya bangsa.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Di beberapa tempat, penggunaan bahasa daerah lebih efektif dalam mempersuasi masyarakat. Penyuluhan, pengajian, ceramah agama, dan acara adat, terasa lebih menyentuh saat menggunakan bahasa daerah. 


Upaya melestarikan bahasa daerah, bisa dilakukan dengan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah. Juga mewajibkan siswa berbahasa daerah pada hari tertentu. Upaya terkait pelestarian bahasa daerah yang menyentuh generasi milenial secara langsung, dapat meniru strategi orang Korea dalam mempromosikan produk budayanya. Pembuatan film, film pendek, desain grafis pepatah, dan lagu yang dikemas menarik dan kekinian, diharapkan mampu mendekatkan generasi milenial pada budaya daerahnya.
 

Penggunaan aksara setempat, juga merupakan upaya melestarikan bahasa daerah. Penggunaan aksara latin secara masif, membuat generasi muda tidak terbiasa baca tulis dengan aksara suku bangsanya. Banyak siswa belajar aksara hanacaraka, hanya ketika akan ujian semester saja. Banyak pula generasi melayu yang tidak mampu baca tulus menggunakan aksara Pegon/Arab Jawi. Bangsa China mampu melestarikan aksara mandarinnya, bangsa Jepang tetap kukuh dengan aksara kanjinya, begitu pula Negara Thailand dengan aksaranya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Upaya pelestarian bahasa daerah, berlangsung secara alami di pesantren. Santri pesantren yang literatur pelajarannya berbahasa Arab, diartikan dan dijelaskan oleh para kiai dengan bahasa daerah masing-masing. Santri juga dibiasakan bertutur dengan bahasa daerah yang halus, kala berkomunikasi dengan kiai dan guru. Metode memaknai dengan bahasa daerah bisa didapati di Jawa, Sunda, Bugis, Banjar, Sasak, dan beberapa daerah lainnya.


Penguasaan bahasa daerah mampu menguatkan karakter generasi muda, tersambung dengan akar budayanya dan menguasai kearifan lokal (local wisdom). Penguasaan bahasa daerah ditambah dengan penguasaan bahasa persatuan (bahasa Indonesia) ditambah penguasaan bahasa internasional, menjadikan generasi muda mampu think globality, act locality. Melangit sekaligus membumi. Tidak sekadar menjadi generasi yang fasih berbahasa asing, namun gagap berbahasa daerahnya sendiri.


 


*Akhmad Taqiyuddin Mawardi, Pengasuh Pesantren An-Nashriyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Redaktur Pelaksana Keislaman NU Online Jombang.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND