Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh

Daerah

Mbah Wahab Pejuang NU Sepanjang Hayat, Nyai Mundjidah Ajak Santri Meneladaninya

Putri KH Abdul Wahab Chasbullah, Nyai Hj Mundjidah Wahab. (Foto: IG Mundjidah Wahab)

NU Online Jombang,
Putri KH Abdul Wahab Chasbullah (Mbah Wahab), Nyai Hj Mundjidah Wahab mengajak kepada para santri untuk meneladi kiprah Mbah Wahab. Ia adalah salah satu pendiri sekaligus penggerak Nahdlatul Ulama (NU) yang semasa hidupnya dihabiskan untuk berjuang.


"Para santri diharapkan di masa depan, anak-anak kita yang sedang belajar di pondok pesantren, Pesantren Tambakberas khususnya bisa menjadi seperti KH Hasyim Asy'ari, pejuang seperti KH Wahab Chasbullah," katanya saat Haul ke-52 KH Abdul Wahab Chasbullah, Rabu malam (31/5/2023) di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur.


Kiprah dan perjuangan Mbah Wahab di NU masih dapat dicari dan dipahami oleh khalayak, termasuk dari kalangan santri melalui sejarah yang diabadikan oleh penulis dalam karya-karyanya. Mbah Wahab menjadi bagian dari tokoh sangat penting dalam pendirian NU. Begitu juga setelah NU resmi berdiri. Tersebarnya NU ke berbagai wilayah hingga diterima oleh masyarakat luas juga tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Mbah Wahab.


Baca Juga:
Ini Rangkaian Kegiatan Haul Ke-52 KH Abdul Wahab Chasbullah


"Dengan Haul ini kita sebagai santri hendaknya selalu dan senantiasa mengikuti jejak almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah. Mudah-mudahan mendapatkan berkahnya dan rahmat Allah swt," ujarnya.


Perempuan yang kini dipercaya sebagai bupati Jombang ini kemudian berkisah, bahwa kesungguhan KH Abdul Wahab Chasbullah untuk memperjuangkan NU sungguh kuat hingga akhir hayatnya. Hal ini dapat diketahui saat-saat ajal hendak menghampirinya. Mbah Wahab yang saat itu sudah lemah kesehatannya, masih saja memikirkan NU.


Baca Juga:
KH Wahab Chasbullah, Penggagas Awal Berdirinya Ansor NU


Tepatnya menjelang Muktamar NU di Surabaya pada tahun 1971 silam, kondisi Mbah Wahab diketahui kritis, padahal tak lama lagi akan diselenggarakan Muktamar ke-25 NU di Surabaya, forum musyawarah tertinggi di tubuh NU yang dihadiri oleh semua elemen NU. 


Nyai Hj Mundjidah Wahab menyampaikan, kondisi kesehatan Mbah Wahab menjelang Muktamar makin melemah, kritis. Bahkan para keluarganya dan anak-anaknya tak sedikit yang menangis, mengira sudah wafat.

"Subhanallah, saya tahu sendiri, juga keluarga semuanya sudah menangis karena seakan-akan sudah mengakhiri napasnya. Namun beliau bilang 'gak sido, gak sido, aku njaluk ngentene Muktamar Suroboyo disik' (gak jadi, gak jadi, saya minta nunggu Muktamar Surabaya dulu)," cerita Bu Mun, sapaan akrabnya.


Baca Juga:
Belajar Manfaatkan Media dari KH Abdul Wahab Chasbullah


Dengan izin Allah, Bu Mun melanjutkan kisahnya, kondisi Mbah Wahab mulai berangsur membaik. Sehingga pada saat Muktamar NU digelar, Mbah Wahab masih bisa menyampaikan pidato iftitah. "Alhamdulillah di Muktamar Surabaya beliau bisa berpidato iftitah dengan sambil meminta maaf kepada Muktamirin. Jadi, beban beliau sudah selesai," ujarnya.


"Kemudian satu (empat, Ensiklopedia NU) hari setelah Muktamar beliau dipanggil oleh Allah swt," lanjut salah satu pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas ini.


Bu Mun meminta doa kepada masyarakat agar para dzurriyah KH Abdul Wahab Chasbullah dapat meneladani perjuangan-perjuangan yang sudah ditorehkan Mbah Wahab di masa hidupnya.


"Semoga kita keluarga besar KH Abdul Wahab Chasbullah bisa melanjutkan (perjuangan Mbah Wahab). Saya ucapkan terima kasih kepada semuanya saja atas kehadirannya (di Haul Mbah Wahab)," ujarnya. 

Redaksi
Editor: Syamsul Arifin

Artikel Terkait