Ini 6 Lafal Niat Puasa Ramadhan yang Bisa Dibaca: Arab dan Latin
Rabu, 28 Februari 2024 | 11:34 WIB
Feni Kusumaningrum
Kontributor
Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam. Setiap umat Islam yang sudah memenuhi syarat puasa ini wajib melaksanakannya. Dalam hal berpuasa seseorang diwajibkan berniat di dalam hatinya. Artinya, niat tidak mesti diucapkan karena tempat niat di dalam hati.
Adapun lafal niat puasa Ramadhan yang biasa dibaca sebetulnya untuk membantu mempermudah mengingat adanya niat yang harus ada dalam hati. Niat puasa dilakukan pada malam hari, mulai dari terbenamnya matahari sampai sebelum terbit fajar.
Berikut ini 6 lafal niat puasa Ramadhan yang bisa diterapkan:
1. Lafal niat dari kibab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Dalam niat di atas terdapat kata “Ramadhana” termasuk mudhaf ilahi, jadi dibaca khafadh disertai dengan tanda baca fathah. Kata “sanati” diakhiri tanda baca kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah.
2. Lafal niat yang termaktub dari kitab Asna Mathalib:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Pada niat di atas ada kata “Ramadhana” menjadi mudhaf ilaihi dibaca khafadh disertai dengan tanda baca fathah. Kata “sanata” yang diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas ke-dzharafan-nya.
3. Lafal niat dikutip dari kitab Hasyiyatul Jamal dan kitab Irsyadul Anam:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Pada niat di atas terdapat kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi dan juga mudhaf sehingga diakhiri kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarr. Sedangkan, kata “sanati” diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas musyar ilaih kata “hadzihi” yang menjadi mudhaf ilaihi dari “Ramadhani”.
4. Lafal niat dikutip dari kitab I’anatut Thalibin:
نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ
Nawaitu shauma Ramadhāna
Artinya, “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.”
5. Lafal niat dikutip dari kitab I’anatut Thalibin:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ
Nawaitu shauma ghadin min/'an Ramadhāna
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.”
6. Lafal niat dikutip dari kitab Asnal Mathalib.
نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ
Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna
Artinya, “Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.”
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Akhir Syawal: Merawat Silaturahim dengan Sesama
2
Cara Melaksanakan Shalat Utaqa, 8 Rakaat di Bulan Syawal
3
Gus Kikin Kisahkan Sepak Terjang KH Asy’ari, Ayahanda KH Hasyim Asy’ari
4
Ini Desain dan Makna Logo Harlah Ke-75 Fatayat NU, Unduh di Sini
5
Memahami Makna Halal Bihalal menurut Prof Quraish Shihab
6
Indahnya Syawal, Bulan Pernikahan Rasulullah dan Siti Aisyah
Terkini
Lihat Semua