• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Warta

Jangan Anggap Tabu Edukasi Seks Untuk Anak, Orang Tua Harus Berperan Aktif

Jangan Anggap Tabu Edukasi Seks Untuk Anak, Orang Tua Harus Berperan Aktif
Ilustrasi (Sumber Foto : Kumparan.com)
Ilustrasi (Sumber Foto : Kumparan.com)

NU Online Jombang,

Memberikan pendidikan seksual sejak dini pada anak sangatlah penting. Di era digital saat ini, semua informasi mengenai apa pun, termasuk tentang seks, dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.

 

Kondisi ini membuat anak rawan memperoleh informasi yang salah atau bahkan menyesatkan seputar topik seks. Selain itu, anak juga jadi rentan mengalami kekerasan dan pelecehan seksual apabila tidak dibekali dengan pengetahuan yang memadai. 

 

Wahyuni, dosen program bimbingan konseling Universitas Islam Jember (UIJE) memaparkan, orang tua, utamanya Ibu wajib memberikan sex education pada anak sejak mereka mampu berkomunikasi dengan baik dan mengenal anggota tubuhnya.

 

Menurutnya, hal pertama yang bisa dilakukan oleh ibu itu yaitu mengenalkan bagian tubuh beserta fungsinya yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Bagian tubuh tersebut antara lain adalah dada, bibir, organ reproduksi dan pantat.

 

"Orang tua perlu mengajarkan anak konsep tentang perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki. Memberikan contoh bahwa laki-laki nantinya akan menjadi seperti ayah dan perempuan menjadi seperti ibu. Konsep perbedaan jenis kelamin ini juga berfungsi untuk mengajarkan anak menggunakan toilet dan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya," jelas Wahyuni.

 

Perempuan yang akrab disapa Yuni ini menjelaskan, ibu juga berperan sangat penting untuk menanamkan rasa malu kepada anak, agar anak dapat menghargai dirinya sendiri. 

 

"Ajarkan anak batasan-batasan dalam bermain dengan lawan jenis. Misalnya memberi arahan untuk tidak melepas, membuka atau mengganti pakaian di tempat umum," imbuh perempuan yang juga merupakan aktivis Muslimat NU ini.

 

Selain itu, lanjut dia, batasi anak untuk menonton televisi. Ada banyak dampak negatif yang muncul dari kebiasaan menonton televisi terlalu lama. Tayangan yang dipertontonkan di televisi juga tidak semuanya bernilai pendidikan. Banyaknya tayangan yang menampilkan adegan yang belum pantas dilihat oleh anak akan berdampak negatif pada anak.

 

"Hal ini akan mengakibatkan anak meniru adegan dalam tayangan tersebut. Anak-anak memiliki sifat alami dengan meniru apa yang mereka lihat. Lebih baik bermain bersama anak daripada membiarkan anak menonton televisi," ungkap Yuni.

 

Yuni menambahkan, selain televisi, dampak negatif yang jauh lebih berefek pada anak adalah penggunaan gadget pada anak secara berlebihan tanpa adanya pengawasan orang tua.

 

"Sebagian orang tua bahkan memberikan akses penuh gadget kepada anak dengan dalih agar anak dapat belajar atau agar anak tidak menganggu pekerjaan orang tua. Namun, hal tersebut bukanlah langkah yang tepat bagi orang tua," tegas perempuan yang mengajar mata kuliah psikologi ini.

 

"Anak dibiarkan mendownload games tanpa pengawasan orang tua. Padahal ada banyak konten negatif dan mengandung unsur pornografi serta perlakuan yang tidak pantas tersembunyi dari games tersebut," jelasnya.

 

Ibu atau ayah, lanjut Yuni, harus mampu menimbulkan rasa aman pada anak-anak mereka. Dengan begitu, rasa percaya akan tumbuh pada anak-anak sehingga tidak ada satupun yang mereka sembunyikan dari orang tua. Hal ini akan memudahkan ororang tua berkomunikasi dengan anak. Apabila ada perlakuan tidak pantas yang mereka terima atau mereka melihat sesuatu yang tidak pantas, mereka akan tetap menceritakan pada orang tua meskipun mendapatkan ancaman dari pelaku.

 

Yuni menegaskan, pentingnya edukasi seksual sejak dini kepada anak. Hal ini bukan lagi hal Tabu yang harus dibicarakan antara orang tua dan anak mereka. Kekerasan seksual terjadi bukan hanya pada anak perempuan melainkan juga pada anak laki-laki. Kekerasan bahkan bisa terjadi di lingkungan terdekat mereka. 

 

"Ajak anak berdiskusi sederhana. Pendidikan seks dapat ditanamkan orang tua dengan mengajak anak berdiskusi sederhana dan menyenangkan. Dan Jangan lupa untuk menjawab pertanyaan anak dengan lemah lembut. Kemudian, jelaskan juga fakta-fakta yang terjadi di lapangan dengan bahasa yang tidak vulgar dan tidak terkesan menakut-nakuti anak serta mudah dimengerti. Ajarkan edukasi seksual sesuai dengan usia mereka," paparnya.

 

Untuk memberikan pandangan dan pengetahuan tersebut, menurutnya, orang tua juga harus banyak mempelajari hal-hal terkait tentang pendidikan seks terhadap anak. Sebab, Semakin berkembangnya zaman, pemikiran anak akan semakin bertambah dan anak akan semakin kritis mempertanyakan hal-hal yang tidak dimengerti olehnya. 

 

"Penting bagi orang tua untuk banyak membaca atau mengikuti forum diskusi seputar pendidikan seks untuk anak usia dini dari pakar yang berkompeten di bidangnya," pungkasnya.

 

Kontributor : Siti Ratna Sari

Editor : Fitriana


Warta Terbaru