Khutbah

Khutbah Jumat: Hikmah Disyariatkannya Ibadah Haji

Kamis, 6 Juni 2024 | 13:30 WIB

Khutbah Jumat: Hikmah Disyariatkannya Ibadah Haji

Ilustrasi Muslim dunia melalaikan ibadah haji. (Foto: Freepik)

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ


اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ :اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Pada hari Jumat yang mulia ini, khatib berpesan kepada diri khatib pribadi, maupun kepada jamaah sekalian. Marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan imtitsaalul awaamir, wajtinaabun nawahiih. Menjalankan segala perintah Allah sejauh batas maksimal kemampuan kita. Dan menjauhi segala larangan Allah tanpa terkecuali.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Setiap ibadah yang disyariatkan oleh Allah, memiliki hikmah masing-masing. Termasuk ibadah haji yang dilakukan oleh sekitar tiga juta umat Islam pada bulan Dzulhijjah tahun ini. 


Dalil pensyariatan ibadah haji telah Allah sebutkan dalam QS. Ali Imran ayat 97:


 فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ


Artinya, “Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) makam Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Hikmah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tafsir Jalalayn, bermakna al-’ilmun naafial-mu’addi ilal amal. Ilmu yang bermanfaat, yang mampu mendorong pemilik ilmu tersebut untuk mengamalkannya. 


Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, dalam kitabnya Hikmatut Tasyriwa Falsafatuhu, menjelaskan tentang hikmah disyariatkannya ibadah haji. Beliau memaparkan, bahwa Allah telah mensyariatkan keutamaan shalat jamaah, shalat Jumat, shalat Idul Fitri maupun sholat Idul Adha, kesemuanya mengisyaratkan keutamaan persatuan, perpaduan rasa saling cinta (mawaddah) dan persaudaraan (ukhuwwah). Kesemuanya adalah kunci untuk menggapai kebahagiaan dunia maupun akhirat. 


Agaknya pensyariatan ibadah shalat jamaah dan shalat yang telah disebutkan di atas, oleh Allah dirasa belum cukup untuk mempersatukan umat Islam sedunia. Karena umat Islam tersebar seantero bumi. Mulai dari belahan bumi barat hingga belahan bumi timur. Beragam latar belakang dan beragam bahasa. Maka Allah mensyariatkan ibadah haji, agar umat Islam berkumpul di satu lapangan padang Arafah. Walau berbeda negara, berbeda madzhab yang dianut, serta sederet perbedaan lainnya. Sebagaimana firman Allah  QS. Al-Hajj ayat 27:


وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ


Artinya, "(Wahai Ibrahim) serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh". 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Ketika para jamaah haji ini telah berkumpul, maka muncullah rasa saling belas kasih dan ikatan batin. Belum lama kita lihat rekaman video di media, betapa seorang jamaah haji berpakaian ihram, yang tegap gagah berwajah Arab, rela menggendong seorang kakek asal Indonesia yang tampak kelelahan berjalan kaki. Itulah wujud nyata ukhuwwah Islamiyah. Walaupun penuh dengan perbedaan, umat Islam dipersatukan oleh satu Tuhan yang sama, oleh Nabi yang sama, dan oleh satu kiblat yang sama. 


Ibadah haji menjadi media pemersatu umat. Beragam manfaat memang terdapat dalam pelaksanaan ibadah haji, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Hajj ayat 28:


لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَۖ


Artinya, "(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir". 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Bila ada orang yang mengatakan bahwa pelaksanaan ibadah haji umat Islam itu sekadar meneruskan praktik yang dilakukan oleh orang-orang kafir penyembah berhala pada masa jahiliyah, maka kita jawab bahwa praktik haji orang jahiliyah amatlah jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim Alayhissalam. Syariat Islam datang untuk mengubah praktik jahiliyah yang melenceng dari ajaran Nabi Ibrahim. Memang Islam merupakan agama yang menegakkan millah ibrahim, ajaran nabi ibrahim. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-An’am ayat 161:


قُلْ اِنَّنِيْ هَدٰىنِيْ رَبِّيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ەۚ دِيْنًا قِيَمًا مِّلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ


Artinya, "Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah membimbingku ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik.”


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Inti dari pelaksanaan ibadah adalah menunjukkan penghambaan dan menunjukkan rasa syukur atas nikmat Allah. Dalam nusuk haji, penghambaan berwujud tadzallul, menampakkan betapa hinanya hamba di hadapan Allah swt. 


Perwujudan penghambaan dalam ibadah haji yaitu Seluruh jamaah haji memakai pakaian ihram yang sama, tanpa menggunakan asesoris penghias apapun. Seraya amat berharap atas ampunan dari murka Allah, serta berharap belas kasih-Nya. Saat melaksanakan wuquf di Padang Arafah, jamaah haji memohon ampun, beristighfar atas segala kemaksiatan/pelanggaran yang telah mereka lakukan sepanjang hidup. Sedangkan ketika tawaf, jamaah haji mengelilingi baitullah bagaikan orang yang menghadap di depan pintu rahmat Allah. 


Perwujudan rasa syukur dalam ibadah haji yaitu bersyukur atas nikmat keberlimpahan harta dan kesehatan badan. Manusia sebagian ditakdirkan berpunya, sebagian lain kurang berada. Sebagian sehat fisiknya, sebagian berkutat dengan masalah kesehatannya. Ibadah haji tidak diwajibkan bagi mereka yang tidak mampu, terkait dua nikmat tersebut.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Ibadah haji juga menjadi sarana perbaikan diri bagi para jamaah haji. Kita menyaksikan sendiri tetangga kita, teman kita maupun keluarga kita yang berangkat haji, mereka berusaha menyucikan diri, bertobat dan menjauhi kefasikan sejak sebelum berangkat ke tanah suci. Rangkaian ibadah haji yang mereka kerjakan dengan baik, akan diyakini menjadikan mereka menggapai haji mabrur yang Allah janjikan surga sebagai balasannya. 


وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ


Artinya, "Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga,” (HR. Bukhari, Muslim dari Sahabat Abu Hurairah). 


Semoga Allah menakdirkan kita untuk bisa melaksanakan rukun Islam yang ke lima. Amin Yaa Rabbal Alamiin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ


عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَر



*Ditulis Akhmad Taqiyuddin Mawardi, Redaktur Pelaksana Keislaman NU Online Jombang, Pengasuh Pesantren An-Nashriyah Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang.