• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 19 April 2024

Daerah

Ini Kenangan Indah Santri KH Abdul Nashir Fattah yang Kini Tempuh Pendidikan di Mesir

Ini Kenangan Indah Santri KH Abdul Nashir Fattah yang Kini Tempuh Pendidikan di Mesir
Kiai Nashir (NU Online Jombang)
Kiai Nashir (NU Online Jombang)

NU Online Jombang,

Rasa kehilangan mendalam atas kepergian KH Abdul Nashir Fattah juga dirasakan para santri yang dulu diajari olehnya di bangku Mualimin Mualimat Tambakberas Jombang. Mereka yang dimotivasi untuk selalu belajar hingga akhirnya menuntut ilmu di bumi Kinanah ini menuturkan kenangan indah sosok guru yang mengayomi santri-santrinya.

 

"Beliau (Abah nasir) adalah syekhku, guruku dalam ilmu, dan ayahku dalam agama serta perantara antara aku dan Tuhanku," kata M Rofiqul amin, lulusan Mualimin Tambakberas Jombang yang saat ini tengah menempuh kelas persiapan bahasa di Kairo, Mesir.

 

Sementara itu, Muhammad Zaky Saifuddin, mahasiswa Al Azhar, jurusan Tarikh wal hadharah, fakultas Lughah al Arabiyah punya kenangan tersendiri dengan KH Abdul Nashir Fattah.

 

"Abah Kiai Nashir adalah orang yang punya andil pada masa depan saya. Ada masa, beliau memanggil ayah saya untuk datang dan menyampaikan bahwa saya direkomendasikan untuk kuliah di Mesir. Beliau ngendikan, nilai saya mencukupi. Tapi saya yang penuh keraguan menolak hal itu. Namun setelah mempertimbangkan banyak hal termasuk atas pertimbangan dari Kiai Nashir juga pada akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Mesir," urainya.

 

Menurut Zaky, Kiai Nashir merupakan salah satu guru ketika ia belajar di Mualimin. Baginya, Kiai Nashir bukan hanya sosok guru melainkan juga seperti orang tua sendiri baginya.

 

"Beliau merupakan guru yang sangat sabar sekali dalam mendidik santrinya. Bahkan saya belum pernah sama sekali pernah melihat beliau marah. Jika ada santri yang tertidur di dalam kelas waktu beliau mengajar, beliau hanya bertanya dengan lembut mengapa santri tersebut tidur lalu menanggapinya dengan canda. Tidak ada hukuman atau sanksi yang diberikan kepada santri tersebut. Dari beliaulah saya belajar untuk bersabar, ikhlas, dan tawakal. Semoga saya diakui sebagai santri oleh beliau. Dan saya yakin, beliau mendapat tempat terbaik di sisiNya. Allahumma aamiin," harapnya.

 

Hal serupa disampaikan M Muhib Jihad, yang juga merupakan lulusan Mualimin, jurusan Tarikh wal hadharah, Fakultas Lughah al Arabiyah, Al Azhar, Kairo, Mesir.

 

Muhib memiliki pengalaman mengesankan ketika masih duduk di bangku Mualimin. Ketika itu, jadwal Kiai Nashir mengajar. Di tengah pelajaran, kata Muhib, Kiai Nashir tampak kesakitan. Semua santri panik. Tapi Kiai Nashir berusaha menahan sakit dan tetap melanjutkan pelajarannya.

 

"Waktu itu para santri dan abdi ndalemnya hendak membopong dan membantu Kiai untuk pulang ke ndalem. Tapi Kiai Nashir tidak mau. Beliau tidak mau dibantu dan berusaha berdiri sendiri meski jelas terlihat bahwa beliau begitu kesakitan. Jadi meski sakit, beliau tetap mengajar sampai jam berakhir. Pulangnya pun beliau dengan sekuat tenaga berjalan sendiri untuk pulang dan berobat," urai Muhib.

 

Bagi Muhib, Kiai Nashir adalah sosok yang luar biasa istiqomah dalam melakukan sesuatu. Tak hanya itu, ia juga belajar bagaimana Kiai Nashir berkhidmah pada Nahdlatul Ulama (NU) dan berkhidmah untuk kepentingan ummat.

 

"Beliau sangat sederhana. Tidak berlebihan akan segala sesuatunya. Saya adalah salah satu santri yang ingin mendapat barokahnya. Semoga saya juga diakui sebagai santri beliau," pungkasnya.


Editor:

Daerah Terbaru