Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Terpuji di Tengah Dekadensi
Kamis, 18 Juli 2024 | 10:30 WIB
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ الْفُرْقَانَ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذَيِرًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ مِدْرَارًا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُطَهِّرُوْنَ اللهَ تَطْهِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ : لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Pada hari Jumat yang mulia ini, di bulan Muharram yang mulia, khatib berpesan kepada diri khatib pribadi, maupun kepada jamaah sekalian. Marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan imtitsaalul awaamir, wajtinaabun nawahiih. Menjalankan segala perintah Allah sejauh batas maksimal kemampuan kita. Dan menjauhi segala larangan Allah tanpa terkecuali.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Akhlak terpuji adalah pemberian khalik (pencipta) kepada makhluk yang dikehendaki-Nya. Akhlak dimiliki oleh makhluk yang hidup kuat akidahnya dan teguh syari'atnya.
Baca Juga
Yang Hilang dari Diri Kita: Akhlak!
Akhlak adalah sifat yang erat kaitannya dengan perbuatan seseorang. Perbuatan adalah perwujudan dari pemikiran dan keyakinan. Apa yang diyakini berasal dari apa yang diketahui. Segala yang diketahui bersumber dari hal yang dipelajari dan dialami. Literatur yang dibaca dan dipelajari, bersama dengan pengalaman dan keteladanan, menjadi sumber perilaku seseorang.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Pada kajian tentang Al-Muhlikat wal Munjiyaat, Imam Al-Ghazali membahas dalam kitab Ihya' Ulumiddin. Beliau menjelaskan bahwa terkait Al-Muhlikat (hal-hal yang menghancurkan/akhlak madzmumah), hendaknya dijauhi (takhalli). Dan hendaknya menghiasi diri (tahalli) terkait al-Munjiat (hal-hal yang membuat selamat/akhlak mahmudah). Setelah berakhlak dengan takhalli dan tahalli, seorang hamba akan merasakan keagungan Allah secara nyata (tajalli).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Agama Islam adalah agama yang menekankan akhlak. Budi pekerti yang agung, dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad saw. Dalam pergaulan Nabi dengan sesama manusia. bahkan Rasulullah pun tetap berakhlak mulia terhadap mereka yang memusuhinya.
Rasulullah mentarbiyah sahabat dan umat dengan sebaik-baik didikan. Rasulullah adalah penyempurna akhlak yang nyata. Berbuat baik terhadap kawan maupun lawan. Sudah semestinya, umat Islam berusaha sekuat tenaga meniru akhlak Rasulullah. Allah berfirman dalam QS Al-Ahzab ayat 2:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Artinya, "Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari akhirat dan banyak menyebut Allah."
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Allah memuji Nabi Muhammad dalam Firman-Nya.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya, "Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung." (QS Al-Qalam [68]: 4).
Nabi Muhammad sebagai pemimpin berwibawa, tidak tinggal di istana yang megah. Tidur pun hanya beralas tikar yang ketika bangun meninggalkan bekas di punggung beliau yang mulia. Kewibawaan yang alami/genuine beliau dapatkan dari kekuatan iman dan indahnya akhlak yang menjadi daya tarik utama. Para sahabat rela berkorban untuk Rasulullah. Orang kafir pun segan terhadap beliau.
Dalam kapasitasnya yang amat berwibawa pun, Rasulullah tetap dekat dengan para pengikutnya (sahabat). Yang sakit dijenguk. Yang sedih dihibur. Yang tidak kelihatan, ditanyakan keberadaannya. Ketika semua sibuk, Rasulullah selalu ikut serta membersamai. Tidak sekadar mengawasi tanpa aksi. Menggali parit, mencari kayu bakar untuk makan besar, membagi hidangan dengan tangan sendiri, serta sederet perhatian tulus lainnya. Menjadi daya tarik dari sosok istimewa ini.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya Adabul Mufrod.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
"Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, sesungguhmya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Pendidikan akhlak (karakter), perlu dimulai dari penanaman akidah yang kuat, disertai dengan pengamalan syariat yang konsisten.
Bagaikan buah yang merupakan hasil dari akar yang kokoh dan dahan yang menjulang, akhlak adalah buah dari akar keimanan dan keteguhan mematuhi syariat. Bagaimana mungkin seseorang mampu berakhlak mulia, bila masih ada dalam dirinya keraguan akan kuasa Allah, lemahnya akidah, serta keengganan dalam kepatuhan terhadap aturan Allah?
Terdapat banyak keteladanan dari ulama salafus shalih terkait pentingnya akhlak. Imam Malik bin Anas, peletak dasar Madzhab Malik, menceritakan bahwa Ibuku memondokkanku, sembari berpesan "Pelajarilah adab Imam Robi'ah, sebelum kau pelajari ilmunya". Imam Robi’ah sendiri adalah salah satu dari tujuh fuqaha' Kota Madinah era tabi'in. Seorang kibarut tabi’in, Abdullah bin Mubarok menyatakan, “Dibanding segudang ilmu, kita lebih membutuhkan sedikit adab. Beliau juga pernah menceritakan, “Aku belajar etika selama 30 tahun. Dan aku belajar ilmu selama 20 tahun. Ulama salaf mempelajari adab terlebih dahulu, sebelum mempelajari ilmu.
Imam Ibnul Jauzi menyatakan bahwa hampir-hampir 2/3 ajaran agama, terdapat pada adab. Imam Abdullah bin Wahb pernah berkata, “Adab yang kupelajari dari Imam Malik, lebih banyak dari ilmu yang kupelajari darinya”.
Syaikh Abdul Wahab Asy-Sya'roni dalam kitab Kitab Tanbihul Mughtarrin merinci 110 karakter generasi salaf, salah satunya adalah berakhlak terpuji dan berkarakter mulia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kitab-kitab tasawuf menjadi pedoman umat Islam terkait cara membersihkan hati. Cara yang benar terkait upaya mendekat pada Allah. Ihya Ulumiddin, Al-Minahus Saniyah, dan kitab bercorak tasawuf lainnya banyak dikaji di pesantren. Kitab Bidayatul Hidayah menjadi acuan aktivitas seorang Muslim, mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Diupayakan agar semua bernilai takwa dan ibadah taat, hingga berujung pada tergapainya hidayah.
Kitab-kitab yang menggabungkan antara kepatuhan terhadap fiqih dan bertasawuf, banyak pula dikaji. Semisal Bahjatul Wassail, Riyadlul Badi'ah dan Sullamut Taufiq. Sullamut Taufiq memaparkan upaya untuk menjauhi pelanggaran/maksiat pada tujuh anggota badan. Yaitu mata, mulut tangan, kaki, perut, farji/kemaluan, dan hati.
Hal terkait tata krama (etika), tata busana (penampilan/berpakaian), tata wicara, tata laksana (protokoler) banyak diatur dalam ayat Al-Qur'an maupun Hadits. Semisal bagaimana etika ketika sowan kepada Rasulullah, kepada Ummul Mu'minin dan lainnya. Terdapat banyak aturan terkait mana yang istihbab dan mana yang karohiyyah. Mana yang diharuskan, disunnahkan maupun dianjurkan untuk dijauhi. Tinggal apa yang telah diketahui, diterapkan dengan teguh oleh Muslim zaman sekarang ataukah ditinggalkan dengan sederet alasan.
Hubungan dengan Allah, maupun hablum minannas antar manusia dalam ranah bisnis, dengan lawan jenis, antara guru dan murid, dengan teman, antara orang tua dengan anak, semua telah dipelajari dalam berbagai kitab fiqih maupun kitab akhlak.
Aturan terkait hablum minallah dan hablum minannas, beserta nilai kejujuran, keteguhan, keikhlasan, kesederhanaan, mentalitas bersyukur, mentalitas keberlimpahan dan sederet nilai baik lainnya, telah pula dituturkan dan dicontohkan berulang kali oleh guru dan kiai. Menandakan pentingnya hal tersebut.
Anjuran untuk menghindari perilaku yang dilarang, berulang kali disampaikan dalam ucapan dan tulisan para ulama. Perilaku yang tidak diridhai, dimurkai, dan mendatangkan murka Allah. Walaupun telah mengakar, dianggap biasa, dan membudaya; tetaplah hal yang salah. Perilaku koruptif, manipultif, dekadensi moral dan sederet perilaku negatif lainnya yang membudaya, tidak bisa dijadikan alasan pemakluman dan pembenarannya.
Pada akhirnya, hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan, agar ditunjukkan, diberi taufiq, agar dianugerahi akhlak yang terpuji. Akhlak yang disukai dan diridhai oleh Allah swt.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
*Ditulis oleh Akhmad Taqiyuddin Mawardi, Redaktur Pelaksana Keislaman NU Online Jombang, Pengasuh Pesantren An-Nashriyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND