Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh

Daerah

Katib PCNU Jombang: Mengabaikan Pancasila Sama Artinya Merobohkan Fondasi Bangsa

Ilustrasi (sumber foto: Islam kaffah)

NU Online Jombang,

Bertepatan dengan tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati hari lahir Pancasila. Nahdlatul Ulama (NU) menjadi satu-satunya ormas Islam yang mengawali penerimaan terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa.

 

Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, Ahmad Samsul Rijal mengatakan, Pancasila itu tidak bertentangan dengan akidah, syariat dan akhlak dalam islam Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja). 


Baca Juga:
Spirit Nasionalisme Generasi Milenial dan Kemajuan Bangsa

 

"Bahkan, sekurangnya antara 4 hingga 6 tokoh NU terlibat langsung dalam perumusan Pancasila. Karenanya, NU menegaskan diri untuk wajib menjaga dan melindunginya," tuturnya saat dihubungi NU Online Jombang, Rabu (1/6/2022).

 

Ia mengatakan, para muassis dan masyayikh NU pada zamannya melakukan riyadhah khusus serta istikharah untuk memastikan kebaikan dari Pancasila.

 

"Atas dasar kebaikan itulah maka NU tidak hanya menerima, tetapi juga menyatukan jiwa Pancasila kedalam jiwa Nahdliyah. Dengan begitu, NU lahir batin adalah Pancasila," katanya.


Baca Juga:
Generasi Muda Perlu Meneladani Spirit Nasionalisme Mbah Moen

 

Lebih lanjut ia menjelaskan, Pancasila yang kelahirannya pada 1 Juni 1945 ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomer 24 tahun 2016 telah menyadarkan kita sebagai bangsa. Bahwa sampai kapanpun, Pancasila menjadi kelahiran dan kesepakatan suci sebagai bangsa.

 

"Dengan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengagungkannya. Ini menjadi kewajiban setiap warga negara agar kita tidak abai dan lalai sehingga luntur kesadaran kita terhadap Pancasila," jelas dia.

 

Rijal menerangkan, NU memiliki interpretasi tersendiri terhadap Pancasila, yakni berbasis naqli dan aqli


Baca Juga:
Pupuk Nasionalisme, Santri Pondok Pesantren Wahabiah Dukung Timnas Indonesia dalam AFF

 

"Walaupun penerimaan terhadap Pancasila tidak bisa menggantikan agama, namun dengan menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, identik dengan menjalankan tuntunan agama. Maka, Pancasila wajib dan harus disyiarkan bersama sebagai warga negara dan bangsa Indonesia," terangnya.

 

Terakhir ia menambahkan, bila mempelajari dari perspektif agama maka harus paham betul bahwa mensyiarkan Pancasila dalam segala bentuk sesungguhnya cermin dari keteguhan hati serta cinta tulus atas nikmat Ilahi.

 

"Kita bisa kembali kepada jati diri bangsa, dengan kepribadian dan karakter bangsa yang berpegang pada falsafah dan ideologi Pancasila," katanya.

 

Pancasila itu, lanjut dia, merupakan benteng dan kekuatan ideologis bagi bangsa agar tumbuh lebih matang dan berkepribadian khas.

 

"Kemajuan zaman harus terus diikuti, namun mengabaikan Pancasila sama artinya dengan merobohkan fondasi rumah bangsa," pungkasnya.

Annisa Rahma
Editor: Nur Fitriana