Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ : وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Pada kesempatan yang muliaini, khatib berpesan kepada diri khatib pribadi, maupun kepada jamaah sekalian. Marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan imtitsaalul awaamir, wajtinaabun nawahiih. Menjalankan segala perintah Allah sejauh batas maksimal kemampuan kita. Dan menjauhi segala larangan Allah tanpa terkecuali.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Shalat merupakan tiang agama. Penegak agama Islam. Shalat yang dilaksanakan dengan benar sesuai tuntunan, mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Rasulullah pernah memancing rasa antusias para sahabat untuk melaksanakan shalat. Rasulullah bertanya, bagaimana bila seseorang mandi lima kali sehari di sungai. Para sahabat menjawab, tentunya tubuh orang itu amat bersih. Rasulullah menyatakan, begitu pula orang yang shalat lima kali sehari. Pastilah dirinya bersih dari dosa.
Rasulullah sangat menganjurkan pelaksanaan sholat secara jamaah. Dan Rasulullah pun juga selalu mengerjakannya. Tanpa pernah sekalipun meninggalkannya. Kecuali dalam keadaan sakit menjelang kewafatannya. Bahkan, dalam keadaan payah pun, saat itu Rasulullah minta dituntun ke masjid untuk berjamaah. Dengan menjadi makmum dari Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Rasulullah bersabda, dalam hadits riwayat sahabat Abdullah bin Umar:
أَنَّ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "صَلاةُ الجَمَاعَةِ أَفضَلُ مِنْ صَلاةِ الفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ درَجَةً" متفقٌ عليه
Artinya "Rasulullah saw bersabda, shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendiri (tidak berjamaah) dengan keunggulan sebanyak 27 derajat." Hadits Muttafaq alaihi.
Rasulullah menyatakan bahwa shalat jamaah lebih baik 27 derajat dibanding shalat yang dilaksanakan sendiri. Shalat sendirian memang sah. Gugur sudah kewajibannya. Namun memandang perhatian Rasulullah atas pelaksanaan shalat jamaah, Para ulama menghukumi shalat jamaah berhukum fardu kifayah. Kewajiban komunal. Harus ada orang yang menegakkan dalam satu komunitas.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Dalam keadaan menjelang perang pun, Rasulullah tetap melangsungkan shalat Jamaah. Rasulullah membagi pasukan menjadi dua kelompok besar. Ada yang menjadi makmum secara bergantian. Satu kelompok mengikuti Rasulullah, satu kelompok lain berjaga waspada sewaktu-waktu musuh datang. Shalat model seperti ini kita kenal sekarang dalam kajian fiqh sebagai shalat fi syiddatil khouf. Shalat jamaah yang dilakukan dalam kewaspadaan yang tinggi. Dalil shalat berjamaah disebutkan dalam QS. An-Nisa ayat 102:
وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوٓا۟ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا۟ فَلْيَكُونُوا۟ مِن وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا۟ فَلْيُصَلُّوا۟ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا۟ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ ۗ وَدَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم مَّيْلَةً وَٰحِدَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًى مِّن مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَن تَضَعُوٓا۟ أَسْلِحَتَكُمْ ۖ وَخُذُوا۟ حِذْرَكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَٰفِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا
Artinya, "Apabila engkau (Nabi Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu dan dalam keadaan takut diserang), lalu engkau hendak melaksanakan shalat bersama mereka, hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) bersamamu dengan menyandang senjatanya. Apabila mereka (yang shalat bersamamu) telah sujud (menyempurnakan satu rakaat), hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh). Lalu, hendaklah datang golongan lain yang belum shalat agar mereka shalat bersamamu dan hendaklah mereka bersiap siaga dengan menyandang senjatanya. Orang-orang yang kufur ingin agar kamu lengah terhadap senjata dan harta bendamu, lalu mereka menyerbumu secara tiba-tiba. Tidak ada dosa bagimu meletakkan senjata jika kamu mendapat suatu kesusahan, baik karena hujan maupun karena sakit dan bersiap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir."
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Pendisiplinan diri berjamaah adalah salah satu metode pembersihan hati (tazkiyatun nafs) dan jalan menggapai hidayah, sebagaimana diterangkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah. Shalat jamaah mendidik umat untuk disiplin, satu komando, tidak mendahului imam, teratur, satu barisan dan menghargai waktu.
Dalam riwayat sahabat Utsman bin Affan dinyatakan:
سمعتُ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ: "مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ، فَكَأَنَّما قامَ نِصْف اللَّيْل وَمَنْ صَلَّى الصبْح في جَمَاعَةٍ، فَكَأَنَّما صَلَّى اللَّيْل كُلَّهُ" رواه مُسلِم
Pada Hadits di atas, Rasulullah menyatakan, pahala jamaah Isya', bagaikan pahala shalat separuh malam tanpa henti. Sedangkan pahala shalat subuh berjamaah adalah bagaikan shalat sepanjang malam. Malam dihitung mulai tenggelamnya matahari waktu Maghrib, hingga terbitnya fajar waktu Subuh. Mulai pukul 18.00 hingga pukul 04.00. Sekitar 10 jam. Dapat kita bayangkan betapa utamanya jamaah Isya', hingga orang yang melaksanakannya bagaikan shalat 5 jam tanpa henti. Terlebih lagi jamaah subuh uang diibaratkan sholat 10 jam tanpa henti.
Shalat Isya' dan Subuh, dinyatakan dalam hadits sebagai shlat yang dilakukan di waktu keadaan gelap dan dingin. Diriwayatkan dari sahabat Buroidah:
عن النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "بشِّروا المَشَائِينَ في الظُّلَمِ إِلى المسَاجِدِ بِالنور التَّامِّ يَوْمَ القِيامَةِ" رواه أبُو داود والترمذي
Artinya, "Nabi bersabda, “Berikanlah kabar gembira kepada orang yang banyak berjalan di malam gelap gulita menuju masjid, bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari kiamat.”
Kala itu memang belum ditemukan penerangan listrik. Ditambah cuaca gurun yang sangat dingin setelah tenggelamnya matahari. Rasulullah menyatakan, andai saja seseorang tahu betapa besar pahala jamaah subuh, pastilah orang itu rela mendatanginya, walaupun merangkak/ngesot. Walaupun tidak ada yang menuntun.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Rasulullah juga menyatakan ada dua shalat yang berat dilakukan oleh orang munafik. Orang yang mengaku iman, namun menyimpan kebencian terhadap Islam dalam hatinya. Keislamannya hanya kedok belaka. Memang di zaman Rasulullah, banyak orang cari aman dengan memeluk agama Islam. Mereka hakikatnya membenci Islam. Bagai musuh dalam selimut, umpama musang berbulu ayam, ibarat serigala berbulu domba. Mereka ini amat berat hadir saat jamaah Isya' dan subuh. Dua shalat ini dapat dijadikan indikator keteguhan keimanan seseorang.
وعنهُ قَالَ: قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "لَيْسَ صَلاةٌ أَثْقَلَ عَلَى المُنَافِقينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشاءِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهما لأَتَوْهُما وَلَوْ حبْوًا" متفقٌ عَلَيهِ
Alkisah, Sahabat Abdullah bin Ummi Maktum, sahabat nabi yang buta, pernah isti'dzan, meminta izin pada Rasulullah untuk tidak mendatangi shalat jamaah. Ia shalat di rumahnya saja. Ia beralasan tidak ada yang menuntunnya. Terlebih kala itu banyak hewan berbahaya dan rintangan di jalan menuju masjid. Namun saat sahabat yang menjadi penyebab turunnya surat Abasa ini akan pamit, Rasulullah menanyakan apakah Ia masih mendengar seruan adzan. Sahabat Ibnu Ummi Maktum menjawab, ia masih mendengar adzan. Rasulullah lalu berkata, "kalau begitu, tetaplah kau mendatangi jamaah shalat."
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Rasulullah sangat gelisah terhadap orang Islam yang enggan shalat jamaah di masjid. Hingga Rasulullah pernah berandai, andaikan aku serahkan tugas menjadi imam shalat pada seseorang lalu aku kelilingi rumah orang yang tidak shalat jamaah. Lalu aku bakar rumahnya. Redaksi haditsnya sebagai berikut :
وعن أبي هريرةَ رضي اللَّه عنهُ أَنَّ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيدِهِ لَقَدْ هَمَمْت أَن آمُرَ بحَطَبٍ فَيُحْتَطَب، ثُمَّ آمُرَ بالصَّلاةِ فَيُؤذَّنَ لَهَا، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيُؤمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلى رِجَالٍ فأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهمْ" متفقٌ عَلَيهِ
Hadits ini tidak untuk dimaknai mentah-mentah. Hadits ibarat ancaman Rasulullah, bagi mereka yang menyepelekan shalat jamaah. Dan wujud ekspresi kekecewaan Rasulullah terhadap mereka.
Generasi Salafus Shalih tercatat tidak pernah meninggalkan shalat jamaah. Para Kiai dan Ibu Nyai, selalu mendawamkan shalat jamaah. Dan shalat jamaah mereka, selalu di masjid. Bukan di kamar dengan suaminya, istrinya, anaknya, ataupun muridnya. Shalat jamaah yang dimaksud Rasulullah, bukanlah shalat di rumah. melainkan di masjid.
Yang disyariatkan shalat berjamaah, memanglah kaum lelaki. Pahala shalat jamaah diberikan setara bagi kaum wanita yang shalat di awal waktu. Wanita diperbolehkan mendatangi shalat jamaah di masjid, selama suami meridhainya, dan tidak ada gangguan/fitnah/godaan lelaki tidak senonoh di tengah jalan menuju masjid.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Godaan bagi mereka yang ajeg shalat berjamaah adalah merasa lebih baik daripada mereka yang tidak shalat jamaah memandang rendah mereka yang tidak jamaah. Hal ini bisa menggugurkan pahala jamaah.
Godaan bagi mereka yang malas berjamaah, adalah perasaan enggan shalat di masjid. Enggan mendatangi seruan adzan. Merasa shalat sendirian toh tetap sah. Merasa shalat jamaah membuang waktu. Bahkan merasa lebih baik shalat sendiri tidak terlihat orang, daripada shalat jamaah terlihat orang dan takabbur.
Shalat berjamaah tidaklah ditujukan memperlihatkan amal ibadah pada orang banyak. Rasulullah dan semua orang saleh mengamalkannya. Maka tidak selayaknya kita meninggalkan shalat jamaah dengan berbagai alasan yang ada.
Kader penggerak umat, guru, orang tua, pejabat, perlu memberikan keteladanan tentang keajegan berjamaah. Menjadi inspirasi bagi kaum awam, bagi anaknya, muridnya, pengikutnya, serta rakyatnya. Imbauan tanpa disertai contoh nyata tokoh panutan, berat untuk dipahami.
Melaksanakan ibadah wajib saja, bisa kita istilahkan sebagai ibadah minimalis. Sekedar menggugurkan kewajiban. Menghindarkan diri dari dosa dan murka Allah. Namun bila ingin menjadi hamba yang lebih dekat dengan Allah, lebih meningkatkan kualitas keislaman, menguatkan semangat perjuangan dan syiar Islam, maka shalat jamaah adalah caranya. Di samping memperbanyak ibadah sunnah.
Semoga Allah menjadikan kita, sebagai hamba bertakwa yang bisa istikamah melaksanakan shalat berjamaah. Aamiin yaa rabbal aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
*Ditulis oleh Akhmad Taqiyuddin Mawardi, Redaktur Pelaksana Keislaman NU Online Jombang, Pengasuh Pesantren An-Nashriyah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Akhir Syawal: Merawat Silaturahim dengan Sesama
2
Gus Kikin Kisahkan Sepak Terjang KH Asy’ari, Ayahanda KH Hasyim Asy’ari
3
Ini Desain dan Makna Logo Harlah Ke-75 Fatayat NU, Unduh di Sini
4
Memahami Makna Halal Bihalal menurut Prof Quraish Shihab
5
Indahnya Syawal, Bulan Pernikahan Rasulullah dan Siti Aisyah
6
Halal Bihalal LTN MWCNU Diwek: Pompa Spirit Baru Tingkatkan Literasi dan Komitmen Rampungkan Buku
Terkini
Lihat Semua