• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 19 April 2024

Daerah

SMA Trensains : Mempertahankan Salaf, Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Bagian V)

SMA Trensains : Mempertahankan Salaf, Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Bagian V)
Prinsip Dasar Tebuireng (Foto : NU Online/ Arif Fachrudin Achmad)
Prinsip Dasar Tebuireng (Foto : NU Online/ Arif Fachrudin Achmad)

NU Online Jombang,

Pada 24 Agustus 2014, Trensains didirikan dan diresmikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin. Di tahun 2016, santri angkatan pertama Trensains mengikuti ujian nasional dan nilai santri Trensains langsung menjadi peringkat 3 se-Jombang.

 

Kerja keras kepala sekolah, guru dan santri membuahkan hasil. Tak cuma mendapat peringkat 3 besar dalam nilai ujian nasional, namun 60 persen angkatan pertama lulusan Trensains diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama.

 

Kerja Keras dan Disiplin yang Tinggi

Tahun 2014, SMA Trensains dibuka. Di awal, konsepnya adalah laki-laki semua. Namun dirasa kurang pas, lalu berubah menjadi perempuan semua. Tapi perombakan konsep terus terjadi dan tidak segera menemukan titik temu.

 

"Profesor Agus bilang akhirnya laki-laki dan perempuan yang diterima dan itu yang menjadi keputusan finalnya. Di awal, target kami adalah 120 siswa. Awalnya yang tes 140 siswa dan kami terima hanya 118 siswa. Ya karena dengan kompetensi yang tinggi itu, kami tidak sembarangan dalam menerima calon siswa," jelas Ainur Rofiq, Kepala SMA Trensains Tebuireng.

 

Namun karena fasilitas yang belum komplit dan juga sistem penerimaan masih belum terlalu selektif, maka dari 118 siswa yang masuk, yang lulus hanya 98 orang.

 

"Ya namanya seleksi alam. Ada yang karena tidak kuat dengan kurikulum di sini, ada yang awal masuknya dipaksa orang tua lalu di tengah jalan merasa tidak sesuai. Ada juga yang kita boyong paksa karena melanggar aturan. Sejak awal kami sudah menerapkan pola kedisiplinan yang tinggi. Kami tidak akan segan-segan mengeluarkan siswa yang terbukti melakukan pelanggaran," ujar pria yang akrab disapa Rofiq.

 

Waktu itu, menurut Rofiq, Profesor Agus dan Gus Sholah menargetkan dalam jangka pendek. Prinsipnya lulusan pertama bisa diterima di PTN ternama, itu sudah bagus. Target awal 80% lulusan bisa diterima di PTN ternama.

 

Di angkatan pertama, dari 98 siswa, ada 90 anak yang diterima di PTN ternama di seluruh Indonesia dan juga di luar negeri. Semua siswa yang diterima di PTN itu bukan melalui jalur undangan, melainkan melalui seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Sebab, waktu itu jalur undangan belum masuk.

 

"Alumni pertama belum mencapai target. Namun, Alhamdulillah alumni ke dua, tembus 83%. Kemudian angkatan ke tiga 82%, Angkatan ke empat turun, hanya 76%. Karena penerimaan PTN hanya menggunakan tes TPS bukan TPA. Sedangkan angkatan ke lima tembus 85%. Tak hanya di Indonesia, anak-anak lulusan Trensains juga ada yang ke Al Azhar, Mesir. Kebanyakan anak-anak kita yang ke Al Azahar kan Islam Studies, Tapi karena ini sekolah sains, mereka mengambil jurusan sains. Ada yang ambil biologi ataupun kedokteran di Al Azhar. Ada juga yang kuliah di Jepang, Italia, Turki, Alhamdulillah," jelasnya.

 

Dibantu Konsultan dari Unesa, ITS dan Ma'had Aly Tebuireng

Untuk memahamkan kurikulum semesta kepada guru-guru SMA Trensains, training of trainer (ToT) selalu dilakukan. 

 

"Kami meminta bantuan ke Unesa untuk tenaga pendidik awalnya, karena konsultannya dari Unesa. Selain itu, kami juga dibantu dari ITS untuk penajaman materi MIPA serta alumni dari Ma’had Aly Tebuireng untuk menopang diniyahnya. Jadi yang menopang Trensains ada 3 universitas, UNESA, ITS dan Ma’had Aly Tebuireng," terang Rofiq.

 

SMA Trensains juga mewajibkan guru IPA (fisika, biologi dan kimia) untuk belajar Al Qur’an. Walaupun mereka mengajar mata pelajaran (mapel) IPA, mereka juga ada madrasatul Qur’an, dan memastikan hafalan Qur’an santri.

 

Rofiq menambahkan, santri didampingi ustadz atau ustadzahnya di kamar masing-masing sedangkan guru-guru yang akan memastikan hafalan siswanya di kelas tiap minggu sekali. 

 

"Jadi konsepnya memang terpadu. Antara pondok dan sekolah itu jadi satu kesatuan," jelasnya.

 

Tes Penerimaan Siswa Baru yang Selektif, IQ Minimal 110

Rofiq mengatakan, untuk tes penerimaan siswa baru, pertama adalah IQ nya harus 110 ke atas. Di bawah itu, akan otomatis ditolak. Kedua, Tes Potensi Akademik (TPA) yang meliputi pelajaran IPA harus mencapai nilai minimum yang sudah ditetapkan. 

 

"Karena di sini kami hanya ada 1 jurusan saja yaitu IPA. Untuk soal-soal tes, kami susun bersama dengan UNESA dan ITS," jelasnya.

 

Yang ke tiga, adalah tes Al Qur’an. Anak SMA Trensains sudah tidak lagi belajar baca Al Qur’an dari awal, namun sudah harus fasih membaca dan memahami Al Qur’an. Di SMA Trensains, banyak santri yang menghafal Al-Qur'an meskipun tidak semua. 

 

Namun hal tersebut, kata Rofiq, bukan merupakan prioritas atau target utama. Santri yang memenuhi target dan ingin menghafal Qur'an akan difasilitasi. 

 

"Selama sudah tidak ada remidi di semua mapel, nilainya bagus ya monggo kita fasilitasi dengan ustadz/ustadzah disini yang hafidz. Seperti tadi yang saya ceritakan, ada beberapa guru disini seorang hafidz Qur'an. Misal guru alumni ITS yang jurusan matematika, itu juga hafidz. Guru BK, Kimia dan beberapa guru juga begitu. Jadi tidak susah untuk memfasilitasi anak-anak yang memang ingin secara khusus menghafal Qur'an," ujarnya. 

 

Untuk awal berdiri hingga tahun kemarin, kuota SMA Trensains hanya 120 siswa. Untuk tahun ini, kami menambah kuota menjadi 180 siswa. Menerima 6 kelas, putra dan putri masing-masing 3 kelas. 

 

"Problem yang sering disini adalah, IQ tinggi, TPA nya tinggi, Al Qur’annya yang lemah. Diterima atau tidak? Kita tolak. Tapi kami memang memiliki kebijakan khusus untuk daerah-daerah yang tertinggal. Misalnya Indonesia timur. Masa anak dari Papua dg IQ dan TPA bagus kita tolak? Lalu dari Sampit misalnya yang kemampuan agamanya rendah, itu masih kita tampung. Disini seluruh Indonesia soalnya. Aceh juga ada. Siswa saya dari Malaysia juga ada, Thailand juga ada. Thailand asli lho ya. Bukan orang Indenesia yang hidup di Thailand. Tapi sudah lulus tiga-tiganya. Sekarang mereka kuliah di China, ngambil kedokteran," katanya.

 

Mendatangkan Volunteer dari Jerman

Sejak berdiri, Trensains sudah menganalisis sesuai dengan kebutuhan ajar dan disesuaikan dengan amanat Permendiknas 24 tahun 2013. Fasilitas laboratorium fisika, biologi, kimia dan TIK sudah terpenuhi. 

 

"Hanya satu yang belum tercapai. Yaitu, laboratorium observatorium. Tapi kami juga sudah beli teleskop bintang untuk melengkapi praktik anak-anak," ujarnya. 

 

Sebelum pandemi, SMA Trensains rutin mendatangkan volunteer dari Jerman untuk memberikan kuliah umum. Hal itu berlangsung dari tahun pertama hingga tahun ketiga. 

 

"Mereka benar-benar tidur di sini selama 8 bulan untuk memberikan kuliah umum. Nanti Insyaallah, kalau pandemi sudah reda, kami dijanjikan akan dikirim lagi volunteer dari Jerman, berjumlah 4 orang. Ini sebenarnya hasil dari komunikasi dengan PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Jerman. Disana ada Mas Oding dan Profesor Hendro yang menjadi guru besar di Jerman. Kalau Mas Oding kan keluarga Denanyar, teman baiknya Gus Sholah. Jadi kita terbantu dengan hubungan baik ini. Sebelum mendapat akses dari PCINU Jerman, kami menggunakan akses Universitas Brawijaya. Advisnya Brawijaya saya bawa kesini untuk mengajar di Trensains," paparnya.

 

Kuliah umum ini, lanjut Rofiq, diagendakan 2 kali dalam satu semester. SMA Trensains mengundang profesor-profesor dari Universitas ternama untuk memberikan kuliah umum. Seperti Profesor Mikrajudin, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) menyampaikan teori nanosains yang digunakan dalam teknologi kesehatan.

 

"Lalu untuk telegrafi, kami mendatangkan dari King Abdul Aziz University Arab Saudi. Lalu Profesor dari UM yang memberikan materi tentang limbah. Ada juga pakar fisika partikel, Pak Zainuri. Waktu materi itu, anak-anak sangat antusias karena membahas tentang persenjataan dan ketersediaan bahan untuk senjata di negeri ini. Tapi sayang sekali karena kondisi pandemi ini, kuliah umum masih kita hentikan," terangnya.

 

Melihat Kebesaran Allah Melalui Praktikum

 

​​​​

 

Selain menerima materi di kelas, santri SMA Trensains juga melakukan praktik di luar kelas. Salah satunya adalah melakukan observasi bulan purnama. 

 

"Tapi praktikum ini bukan untuk menentukan 1 syawal. Ya, mohon maaf karena penentuan 1 syawal tingkat kesulitannya lumayan tinggi dan butuh alat yang lumayan canggih. Tapi kalau untuk menghisab bulan purnama kan agak mudah menghitungnya. Begitu matahari tenggelam, bulannya kelihatan di sebelah timur. Itu salah satu kompetensi di Trensains," urainya.

 

Rofiq menambahkan, santri-santri ini akan menghitung dulu kapan terjadi bulan purnama. Ada pergeseran berapa derajat saat tanggal 14 bulan Muharam. Beberapa menit setelah tenggelamnya matahari, akan terlihat berapa derajat sebelah timur. Dan ketika hitungan mereka tepat, hisabnya pas, spontanitas mereka sujud syukur.

 

"Mereka luar biasa senang. Tanpa ada aba-aba semua sujud syukur. Ya Allah, senangnya bukan main. Dan itu sangat memotivasi anak-anak. Saya bilang waktu itu, ini lho rek kuasanya Allah," ujarnya.

 

Suatu kali, kata Rofiq, anak-anak dibawa ke Puncak Bogor. Di dekat Bosscha, Bandung. Di sana, ada rumah pengintai milik Profesor Hendro. Di sana, perlengkapannya sangat lengkap. 

 

"Kebetulan, yang punya rumah pengintai adalah Pengurus Lembaga Falakiyah PBNU, dosen di ITB yang juga kebetulan alumni Tebuireng. Kebetulan lagi, anaknya dititipkan disini. Melihat jagat raya membuat anak-anak semakin terpacu dan termotivasi. Jadi, anak-anak memahami bahwa bumi mengitari matahari tidak sekedar teori. Anak-anak juga sudah membuktikan sendiri kebenarannya," terangnya.

 

Rofiq menceritakan, praktikum dan penelitian ini membuat para santri jadi lebih kreatif dan jeli. Saat muncul teori bumi itu datar, anak-anak segera membuat karya ilmiah untuk menyanggah teori tersebut. 

 

Seluruh argumen baik dari Al Qur’an maupun fisika dibuat. Begitu ada lomba karya ilmiah di universitas Airlangga (UNAIR), para santri yang sudah menyelesaikan karya ilmiah itu mendaftar dan mendapat juara 1. 

 

Tidak hanya itu, ada banyak lagi karya ilmiah yang dimenangkan santri-santri SMA Trensains Tebuireng.  

 

"Waktu ke Bandung, mereka membawa karya penelitian. Membuat gas metan dari sisa makanan jabo. Hasilnya bisa menggerakkan jenset. Langsung saya belikan jenset kecil waktu itu. Berhasil. Meski nggak menang juara 1, mereka tetap dapat juara harapan 1. Tapi saat di Indonesia Clean Energy Forum (ICEF), itu foto yang saya pampang di dinding ruangan saya. Itu 4 kali juara 1 terus," ujarnya sembari mengenang.

 

Rofiq mengatakan, santri SMA Trensains juga pernah memenangkan medali emas dalam lomba karya tulis ilmiah (LKTI) dan olimpiade Matematika di Singapura. Pesertanya berasal dari 12 negara. Santri Trensains asal Bondowoso yang berhasil membawa pulang emas.

 

"Ya anak-anak ini yang mengharumkan nama Trensains. Waktu itu kan kita belum dikenal orang. Jadi agar bisa dikenal, setiap ada lomba atau olimpiade di kampus-kampus, selalu saya ikutkan. Yang ICEF juara I itu masih angkatan pertama. Wah langsung dikenal kita ketika itu," ujarnya.

 

Tetap Mempertahankan Ilmu Salaf

Salah satu hal yang diunggulkan dari SMA Trensains adalah selain unggul dalam bidang sains dan teknologi, namun tetap mempertahankan ilmu salaf. Kitab-kitab klasik tetap dipelajari. Rofiq bahkan berani menjamin santri Trensains jika harus lomba baca kitab kuning tidak akan kalah dengan Pondok Pesantren salaf lainnya. 

 

Pembelajaran di SMA Trensains ini antara asrama dengan sekolah tidak terpisah. Semua dibuat terhubung. Interkoneksi.

 

Karena itu, pembelajaran kompetensi yang diajarkan di malam hari, akan dievaluasi pada pagi harinya. 

 

"Saya sebagai kepala sekolah, juga harus mengetahui aktivitas guru-guru malam. Misalnya Nahwu shorof, malam diberikan 2 jam, paginya 2 jam dan itu nyambung satu sama lain. Pembelajarannya tidak terpisah," jelasnya.

 

Sekolah Sains dengan Kultur Pesantren

Tujuan mendirikan sekolah Trensains adalah untuk mendidik dan membimbing anak-anak agar pintar dan jeli dengan mengombinasikan beberapa strategi pendidikan yang mengakomodir 3 kompetensi dasar tadi. Dari Profesor Agus, Gus Sholah dan kurikulum nasional.

 

Namun yang paling penting, adalah 5 prinsip dasar pesantren Tebuireng yang disampaikan Gus Sholah harus benar-benar diterapkan di SMA Trensains.

 

"Keikhlasan, kejujuran anak-anak, kerja keras, dan tanggung jawab serta toleransi terus menerus kita ajarkan kepada anak-anak. Dari pagi hingga pagi lagi. Setelah sholat Maghrib, anak-anak masuk kelas lagi, untuk diniyah. Tapi tidak memakai seragam. Ya hanya pakai sarung dan koko saja untuk laki-laki. Rok dan kemeja untuk perempuan. Khusus hari Kamis, mereka ke sekolah pakai baju pesantren. Sesuai dengan budaya. Karena kita kulturnya pesantren, ya memakai baju ala pesantren," ungkapnya. 

 

-selesai


Editor:

Daerah Terbaru