• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Daerah

Kepatihan, Desa yang Menjunjung Tinggi Toleransi di Tengah Keberagaman

Kepatihan, Desa yang Menjunjung Tinggi Toleransi di Tengah Keberagaman
Kades Kepatihan (kanan) dan ketua PRNU Kepatihan (kiri). (Foto: NU Online Jombang/Siti Ratna Sari)
Kades Kepatihan (kanan) dan ketua PRNU Kepatihan (kiri). (Foto: NU Online Jombang/Siti Ratna Sari)

NU Online Jombang, 
Desa Kepatihan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang memiliki julukan Desa Pancasila. Pasalnya, masyarakat daerah sekitar berasal dari berbagai organisasi masyarakat (ormas), seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Juga aneka etnis dan agama, mulai dari Madura, China, Arab, Hindu, Buddha, dan lain sebagainya.


Atas kondisi itu, Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi menyampaikan, aspek toleransi harus dikunjung tinggi oleh pemerintah desa dan masyarakatnya.


Terbukti, terdapat sebuah masjid yang berdekatan dengan gereja. "Ada masjid selang satu rumah itu gereja. Ketika hari Ahad ada kebaktian, mobil parkir di masjid. Ketika di masjid ada pengajian, halaman gerejanya juga boleh dipakai," jelasnya.


Ia menambahkan, di masyarakat Kepatihan sudah memiliki tempat peribadatan sesuai keyakinannya masing-masing. Seperti masjid, gereja, klenteng, dan wihara. Hanya saja, Desa Pancasila ini belum memiliki pura.


Ia selalu mendukung kegiatan apapun yang dilakukan oleh masyarakatnya, selagi hal itu positif dan bermanfaat bagi warganya.


"Salah satu kegiatan yang diadakan oleh UPZISNU, khitan sultan. Saya selalu di belakang untuk mendukungnya, karena hal itu positif. Tidak hanya kalangan NU saja yang mendapatkan manfaatnya. Tapi, seluruh warga Kepatihan," katanya.


Pria yang kerap disapa Erwin menegaskan, plularisme yang ditandai dengan keberagaman agama dan paham atau ideologi di Kepatihan membuat kerukunan di tengah masyarakatnya sangat indah. "Saya tidak jauh lebih hebat, saya hanya mengorganisir saja. Masyarakat itu sendiri yang hebat dengan toleransinya," tegasnya.


Di Desa Pancasila itu, lanjutnya, saling bahu membahu bukan lagi menjadi slogan. Hal itu telah dipraktikkan oleh masyarakat sekitar sejak dulu. 


Jika misalnya tanggal 25 Desember tidak terjadi PPKM level 3, maka, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kepatihan akan diminta untuk menjaga dan mengamankan saudara-saudara yang beribadah di Gereja.


"Seperti itu penghormatan kita, saya kira itu lebih indah. Itu saja pola-pola yang saya lakukan," katanya.


Kontributor: Siti Ratna Sari
Editor: Ahmad


Daerah Terbaru